KRITERIA
5.2.1
ELEMEN
DOKUMEN TERKAIT KETERANGAN
PENILAIAN
RUK Puskesmas dengan kejelasan
EP. 1
kegiatan tiap program
RKP Puskesmas, dengan kejelasan
EP. 2
kegiatan tiap program
EP. 3 RUK dan RPK
TAHUN 2016
I. Pendahuluan
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi baru lahir (SBBL) merupakan salah
satu upaya mendapatkan generasi yang lebih baik. Skrining atau uji saring pada bayi baru
lahir (Neonatal Screening) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa
hari untuk memilah bayi yang menderita kelainan kongenital dari bayi yang sehat.
Skrining bayi baru lahir dapat mendeteksi adanya gangguan kongenital sedidni mungkin,
sehingga bila ditemukan dapat segera dilakukan intervensi secepatnya.
Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid
yang didapat sejak lahir. Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan
metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium.
Di Indonesia, diantara penyakit-penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi
baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK) merupakan penyakit yang cukup banyak ditemui.
Kunci keberhasilan pengobatan anak dengan HK adalah dengan deteksi dini melalui
pemeriksaan laboratorium dan pengobatan sebelum anak berumur 1 bulan. HK sendiri
sangat jarang memperlihatkan gejala klinis pada awal kehidupan. Pada kasus dengan
keterlambatan penemuan dan pengobatan dini, anak akan mengalami keterbelakangan
mental dengan kemampuan IQ di bawah 70. Hal ini akan berdampak serius pada masalah
sosial anak. Anak tidak mampu beradaptasi di sekolah formal dan menimbulkan beban
ganda bagi keluarga dalam pengasuhannya. Bahkan negara akan mengalami kerugian
dengan berkurangnya jumlah dan kualitas SDM pembangunan akibat masalah HK yang
tidak tertangani secara dini pada bayi baru lahir.
Secara garis besar dampak hipotiroid kongenital dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Dampak terhadap anak.
Bila tidak segera dideteksi dan diobati, maka bayi akan mengalami kecacatan yang
sangat merugikan kehidupan berikutnya. Anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik secara keseluruhan, dan yang paling menyedihkan adalah
perkembangan mental terbelakang yang tidak bisa dipulihkan
B. Dampak terhadap keluarga
Keluarga yang memiliki anak dengan gangguan hipotiroid kengenital akan mendapat
dampak secara psikososial. Anak dengan retardasi mental akan membebani keluarga
secara ekonomi karena akan harus mendapat pendidikan, pengasuhan dan
pengawasan yang khusus. Secara psikososial, keluarga akan lebih rentan terhadap
lingkungan sosial karena rendah diri dan menjadi stigma dalam keluarga dan
masyarakat. selain itu produktivitas keluarga menurun karena harus mengasuh anak
dengan hipertiroid kongenital.
C. Dampak terhadap Negara
Bila tidak dilakukan skrining pada setiap bayi baru lahir, negara akan menanggung
beban biaya pendidikan maupun pengobatan terhadap kurang lebih 1600 bayi dengan
hipotiroid kongenital setiap tahun. Jumlah penderita akan terakumulasi setiap
tahunnya. Selanjutnya negara akan mengalami kerugian sumber daya manusia yang
berkualitas untuk pembangunan bangsa.
III. Tujuan
A. Tujuan umum
Memotivasi keluarga, ayah/ibu bayi baru lahir sangat penting. Penjelasan kepada
orang tua tentang skrining pada bayi baru lahir dengan pengambilan tes darah tumit
bayi dan keuntungan skring ini bagi masa depan bayi akan mendorong orangtua
untuk mau melakukan skrining bagi bayinya.
B. Persetujuan/penolakan
1. Persetujuan (informed consent)
Bila tindakan pengambilan darah pada BBL ditolak, maka orangtua harus
menandatangani formulir penolakan. Hal ini dilakukan agar jika di kemudian hari
didapati bayi yang bersangkutan menderita HK, orangtua tidak akan menuntut atau
menyalahkan tenaga kesehatan dan/atau fasiltatif pelayanan kesehatan.
C. Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril non powder
2. Lancet
3. Kotak limbah tajam
4. Safety box
5. Kertas saring
6. Kapas
7. Alkohol 70% / alkohol swab
8. Kassa steril
9. Rak pengering
D. Pengambilan spesimen
VI. Sasaran
1. Orang tua balita (0-5 tahun)
2. Pengasuh balita
3. Bidan
4. Dokter gigi
5. Perawat
6. Petugas gizi
7. Kader
8. Forum kesehatan kelurahan
Jadwal kegiatan kelas ibu balita dilaksanakan setiap bulan di 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Yosomulyo, Kelurahan Hadimulyo Barat dan Kelurahan Hadimulyo Timur.
-
IX. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Menggunakan registrasi yang sudah ada yaitu kohort bayi dan balita, LB3 KIA
dilaporkan setiap bulan kepada Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo dilanjutkan ke
Dinas Kesehatan Kota Metro.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo
I. Latar Belakang
Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar, sekitar 23% dari seluruh
populasi. Sebagai generasi penerus, kelompok ini merupakan aset atau modal utama
sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa dimasa yang akan datang.
Sejalan dengan derasnya arus globalilsasi yang melanda berbagai sektor dan sendi
kehidupan, berkembang pula masalah Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang terjadi
di masyarakat. Masalah tersebut, baik fisik, psikis dan psikososial perilaku sosial seperti
kehamilan pada usia muda, penyakit akibat hubungan seksual dan aborsi, maupun
masalah akibat pemakaian narkotik. Zat adiktif, alkohol dan merokok. Masalah tersebut
apabila tidak ditanggulangi dengan sebaik-baiknya, bukan hanya menyebabkan masa
depan remaja yang suram, akan tetapi juga dapat menghancurkan masa depan bangsa.
Salah sau penyebab masalah, kemungkinan karena faktor ketidaktahuan sebagai akibat
remaja tidak mendapat informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai kesehatan
reproduksi remaja serta permaslahannya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas remaja anatara lain adalah
dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), termasuk
kualitas dalam memberikan informasi kesehatan remaja dan pelayanan konseling.
Diharapkan remaja yang menghadapi masalah kesehatan dapat mengetahui secara baik
dan benar siapa dan dimana yang dapat memberikan pelayanan preventif, promotif dan
kuratif bahkan rehabilitatif.
II. Definisi
Definisi PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasian, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan
kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima, sesuai,
komperhensif, efektif dan efesien.
Sosialisasi
VI. Sasaran
1. Orang tua balita (0-5 tahun)
2. Pengasuh balita
3. Bidan
4. Dokter gigi
5. Perawat
6. Petugas gizi
7. Kader
8. Forum kesehatan kelurahan
Jadwal kegiatan kelas ibu balita dilaksanakan setiap bulan di 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Yosomulyo, Kelurahan Hadimulyo Barat dan Kelurahan Hadimulyo Timur.
-
IX. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Menggunakan registrasi yang sudah ada yaitu kohort bayi dan balita, LB3 KIA
dilaporkan setiap bulan kepada Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo dilanjutkan ke
Dinas Kesehatan Kota Metro.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo
KERANGKA ACUAN
PENYELIAAN FASILITATIF KESEHATAN IBU DAN ANAK
I. Pendahuluan
Sejak tahun 1989 kebijakan penempatan bidan PTT merupakan salah satu upaya
terobosan kementerian kesehatn untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) kebijakan ini membuat bidan PTT/ bidan di
kelurahan desa sebagai ujung tombak tenaga kesehatan yang memberi pelayanan dasar
melalui fasilitas pos kesehatan kelurahan (poskeskel) maupaun sebagai Bidan Praktek
Mandiri (BPM).
Penyebab kematian berdasarkan hasil analisis sensus penduduk tahun 2010 hipertensi
dalam kehamilan 32%, komplikasi nifas 31%, perdarahan post partum 20%, abortus 4%,
perdarahan ante partum 3%, kelainan amnion 2% dan partus lama 1%. Target MDGs 2015
AKI dapat diturunkn menjadi 102/100.000 KH, tetapi faktanya justru terjadi peningkatan
menjadi 128/100.000 KH. Berdasarkan SDKI tahun 2012 AKB 32/200 kelahiran hidup
dan angka kematian balita 40/1000 kelahiran hidup. Tahun 2015 di Puskesmas Yosomulyo
kematian ibu tidak ada, kematian bayi 10 orang dan kematian balita 1 orang.
III. Tujuan
A. Tujuan umum
Sosialisasi
VI. Sasaran
9. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
10. Puskeskel
11. Puskesmas Pembantu
12. Bidan Praktek Mandiri
13. Klinik
Kegiatan penyeliaan fasilitatif dilakukan secara berkala setiap fasilitatif kesehatan diselia
2 kali setahun.
Untuk evaluasi program KIA, Tim PF dapat melakukan pemantauan dan evaluasi baikk
untuk kinerja klinis profesi bidan maupun kinerja material program KIA. Kegiatan
pemantauan dilakukan setiap 3-4 bulan, sedangkan evaluasi internal dilakukan 2 kali
dalam setahun.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo
KERANGKA ACUAN
I. Latar Belakang
Kelas ibu balita dalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0 5 tahun
secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing
oleh fasilitator dan menggunakan buku KIA. Pada UPTD Puskesmas Yosomulyo tahun
2015 terdapat 10 kematian bayi, 4 karena IUFD, 3 karena asfiksia dan 3 karena kelainan
jantung bawaan, serta 1 kematian balita dikarenakan kejang.
II. Tujuan
A. Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA
dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
B. Tujuan khusus
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI Eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya imunisasi pada bayi
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASIdan gizi seimbang
kepada balita
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan melakanakan stimulasi
perkembangan balita
5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang caa perawatan gigi balita dan mencuci
tangan yang benar
6. Meningktakan pengetahuan iu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan
perawatan balita.
Sosialisasi
V. Sasaran
14. Orang tua balita (0-5 tahun)
15. Pengasuh balita
16. Bidan
17. Dokter gigi
18. Perawat
19. Petugas gizi
20. Kader
21. Forum kesehatan kelurahan
Jadwal kegiatan kelas ibu balita dilaksanakan setiap bulan di 3 kelurahan yaitu
Kelurahan Yosomulyo, Kelurahan Hadimulyo Barat dan Kelurahan Hadimulyo Timur.
-
VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Menggunakan registrasi yang sudah ada yaitu kohort bayi dan balita, LB3 KIA
dilaporkan setiap bulan kepada Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo dilanjutkan ke
Dinas Kesehatan Kota Metro.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo
I. PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Kota Metro, yang erat kaitannya dengan peningkatan curah hujan,
kepadatan dan mobilitas penduduk, sejalan dengan semakin lancarnya hubungan
transportasi serta tersebar luasnya virus Dengue dan nyamuk penularnya (Aides Aigepty)
diberbagai lokasi di Kota Metro.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari dilaksanakannya Fogging Fokus DBD adalah untuk memutus rantai
penularan nyamuk dewasa yang diidentifikasi membawa virus dengue di sekitar rumah
penderita DBD
2. Tujuan Khusus
a. Dilaksanakanya kegiatan Fogging Fokus di lingkungan pasien penderita DBD
dengan berkoordinasi dengan pihak kelurhan dan RT/RW setempat
b. Menghimbau masyarakat agar melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk melalui kegiatan 3 M PLUS, dan larvasidasi, untuk membunuh jentik
nyamuk
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Melaksanakan kegiatan Fogging Fokus DBD di radius 100 m sekitar rumah tinggal
penderita DBD setelah melalui tahapan Penyelidikan Epidemiologi sebelumnya
VI. SASARAN
Lingkungan di radius 200 m dari rumah penderita DBD dengan hasil PE( + )
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo