Anda di halaman 1dari 3

1.

stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah anak berusia 2 tahun.

2. Dampak

Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan


produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
ketimpangan Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting…. Menghambat
Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas Pasar kerja Hilangnya 11% GDP Mengurangi pendapatan
pekerja dewasa hingga 20% 2 Singapura, 17 Vietnam Memperburuk kesenjangan/inequality, 50 Thailand
Mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup Kemiskinan antar-generas,i 52 Malaysia 64
Indonesia, (Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu organisasi global
bergengsi, terhadap kompetensi pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang
membaca, matematika, dan science. Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in Early Years
brief, 2016.)

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara serius.
Indonesia adalah Negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/baduta (bayi
dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat
berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambatpertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.
Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan
hilangnya11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa
hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya
kesenjangan/inequality, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga
menyebabkan kemiskinan antar-generasi. Anak pendek yang terjadi di Indonesia sebenarnya
tidak hanya dialami oleh rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena
stunting juga dialami oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40%
tingkat kesejahteraan social dan ekonomi (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan RI, 2017).

Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup
tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) pada balita serta masalah
anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu
hamil tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan
kekurangan gizi pada balita. Permasalahan gizi disebabkan oleh penyebab langsung seperti
asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung
permasalahan gizi adalah masih tingginya kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan,
ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan yang
belum optimal (Kemenkes RI, 2017).

Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada empat


program salah satunya adalah penurunan prevalensi balita pendek (stunting) (Pusdatin Kemenkes
RI, 2016). Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh multi-faktorial dan
bersifat antargenerasi. Di Indonesia masyarakat sering menganggap tumbuh pendek sebagai
faktor keturunan. Persepsi yang salah di masyarakat membuat masalah ini tidak mudah
diturunkan Hasil studi membuktikan bahwa pengaruh factor keturunan hanya berkontribusi
sebesar 15%, sementara unsur terbesar adalah terkait masalah asupan zat gizi, hormone
pertumbuhan dan terjadinya penyakit infeksi berulang pada balita (Aryastami dan Tarigan,
2017).

3. Penanggulangan stunting
1. Pendidikan kesehatan & gizi
2. Penguatan surveilans
3. Pelayanan kesehatan dasar,pemberian suplemen gizi
4. Penyediaan air bersih dan dan sanitasi
5. Peningkatan akses pangan
REFERENSI

Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Kementeria Kesehatan RI.
2018.
Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting.2017
WartaKESMAS (edisi 02.Tahun 2018)
Buku STUDY GUIDE - STUNTING DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA: Atikah Rahayu, S.KM.,M.PH ,Fahrini Yulidasari, S.KM., M.PH,dkk. 2018

Anda mungkin juga menyukai