TINJAUAN TEORI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, sebagai makanan utama
bagi bayi. ASI menurut stadium laktasi adalah kolostrum, air susu transisi, dan air
Asi eksklusif merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan, protein, laktosa,
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
bagi makanan bayi. Asi merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah, ia mampu menghasilkan ASI.
Dengan demikian, ASI merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi
alveoli terdiri dari jairngan lemak dan jaringan pengikat yang turut menentukan
ukuran payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar 2-3 kali ukuran
normal. Saat itu,saluran-saluran air susu beserta alveoli dipersiapkan untuk masa
laktasi..
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Saat melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam
reflex. Refleks produksi ASI (Milk production reflex). Bila bayi mengisap putting
payudara, maka akan diproduksi suatu hormone yang disebut prolaktin yang
berfungsi untuk mengaatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Reflex
mengeluarkan (let down reflex), isapan bayi juga merangsang produksi hormone
oxytocin yang membuat sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progestrogen turun
drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks
1. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan lamanya
bayi mengisap.
darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus, dan sinus
menuju puting susu. Beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk
b) Refleks mengisap (sucking reflex), Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan
puting susu atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung
c) Refleks menelan (swallowing reflex), Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan
Nugroho, 2011).
Secara umum, ASI mengandung komponen mikro dan makro nutrient. Komponen
makronutrien dalam ASI antara lain karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan
kandungan mikronutrien dalam ASI adalah vitamin dan mineral (Siti Nur Khamzah,
2012).
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya lebih
banyak dibandingkan PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah
7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Laktosa diperlukan
glukosa).
2. Mineral
ASI mengandung 88,1% air, sehingga ASI yang diminum bayi sudah
mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan kesehatan bayi. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mirenal yang sangat stabil dan mudah diserap tubuh.
Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus dan
zat besi yang bisa terserap dalam PASI hanya berjumlah sekitar 5-10%.
3. Protein
Protein utama ASI adalah whey lebih mudah dicerna, sedangkan protein susu
sapi adalah casein yang cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi.
Perbandingan casein dan whey dalam ASI adalah 35:65 sedangkan dalam susu
sapi 80:20.
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak didalam ASI yang
DHA (decosahexoid acid) dan AA (arachidonic acid) adalah asam lemat tak
jenuh yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak secara optimal. Asam
lemak ini juga berguna dalam proses myelinisasi, yaitu pembentukan selaput
khusu dalam saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf.
yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau infeksi akibat
Laktoferin adalah pengangkut zat besi dalam darah yang berfungsi untuk
kebutuhan bayi. ASI bervariasi setiap harinya, tergantung kepada makanan dan
minuman yang di makan oleh ibu, adapun demikian, ASI sangat besar manfaatnya
1. Bagi Bayi
lebih dari 60% kebutuhan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai
kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, frekuinsi menyusuin yang sering
dihasilkan lebih banyak sehinggga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
b) Mengandung anti bodi. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit
dibandingkan bayi yang tidak memperoleh ASI. Apabila ibu mendapat infeksi
maka tubuh ibu akan membentuk anti bodi dan akan disalurkan dengan
didalam ASI juga terdapat anti bodi terhadap bakteri E.coli, anti bodi terhadap
salmonella typhi, shigl dan anti bodi terhadap virus, seperti rota virus, polio
dan campak.
dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak
gigi.
d) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan
bayi, hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit
social yang lebih baik. Selain itu, hormon yang terdapat dalam ASI dapat
menciptakan rasa kantuk dan nyaman. Hal ini dapat membantu menenangkan
anak-anak yang tidak mendapat ASI. Menurut survey nasional data kesehatan
sebagai anak yang tidak peduli denngan prilaku dirinya. Karena menurut
f) Terhindar dari alergi, pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna.
Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi system ini dan dapat
alergi.
g) ASI meningkatkan kecerdasan bayi. IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih
tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak diberi ASI. Berdasarkan hasil
penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang diberi Asi pada usia 9
tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak yang minum susu
untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat
ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang.
a) Aspek kontrasepsi, hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung
b) Aspek kesehatan ibu, isapan bayi pada payudara akan merangsang oksitosin
kangker payudara pada ibu yang menyusui juga lebih rendah. Beberapa
melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka
penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini menunjukkan
bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang
sampai 20-25%.
pengecilan rahim lebih cepat dibandingakan dengan ibu yang tidak menyusui,
panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah kedalam
ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali. Pada saat hamil, berat badan
bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada
tenaga dalam proses produksi ASI. Sehingga ketika menyusui, tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi
sebagai cadangan tenaga akan terpakai dan berat badan ibu cepat kembali ke
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlakukan, rasa yang
3. Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
Selain itu bayi yang diberi ASI juga jarang sakit sehingga mengurangi biaya
berobat.
jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, adanya factor protektif dan
nutrisi yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi serta kesakitan dan
formula.
akan terjamin.
a. Umur
reproduksinya dipengaruhi oleh usia. Menurut Warsini (2009), usia reproduksi yang
aman adalah pada rentang usia 20-35 tahun. Martadisoebrata (dalam Hidajati 2012)
mengatakan, perempuan yang berumur < 20 tahun dianggap masih belum matang
secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi pemberian ASI secara eksklusif
pada bayinya. Sedangkan perempuan yang melahirkan diatas umur 35 tahun termasuk
beresiko, karena erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat mempengaruhi
produksi ASI sehingga akan lebih banyak menemukan kendala seperti produksi ASI
kurang dan mudah lelah (Arini, 2012). Hasil penelitian Scott, et al (2009) di Perth
Australia menyatakan ibu yang termasuk dalam kelompok umur > 35 tahun memiliki
resiko sebesar 1,78 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif
terdapat hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian
usia ibu semakin kecil kemungkinan untuk memberikan ASI Eksklusif. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Yamin (2007), tidak semua ibu mempunyai
kemampuan yang sama dalam menyusui karena rata-rata ibu yang lebih muda mampu
b. Pendidikan
dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan
bermakna antara pendidikan ibu dengan praktek pemberian ASI eksklusif. Ibu yang
berpendidikan tinggi lebih banyak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dimana
sekitar 40,9% sedangkan ibu yang berpendidikan rendah hanya 3,6%. Hasil penelitian
Ulfah (2014) juga menyatakan ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI
(24,6%) yang terdiri dari 8 orang (10,9%) tidak memberikan ASI eksklusif dan 10
orang (13,6%) lainnya memberikan ASI eksklusif serta responden dengan tingkat
pendidikan ibu lulus SMA/sederajat atau lebih tinggi berjumlah 42 orang (57,5%)
yang terdiri dari 30 orang (41,0%) memberikan ASI eksklusif dan 12 orang (16,4%)
a. Psikologis
Ibu yang merasakan cemas, stress dan tidak percaya diri akan mengurangi atau
Aktivasi menyusui bayi dapat membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan
bayi, selain itu perasaan aman dan tenang juga dapat dirasakan. ASI tidak hanya
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Saat menyusui, terjalinlah ikatan psikologis antara
ibu dan bayi, proses ini desebut bonding. jika kondisi ini terus dipertahankan hingga
bayi berusia 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangannya lebih cepat dan sehat.
Menyusui adalah cara optimal dalam memberikan nutrisi bagi bayi dengan
dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun- tahun berikutnya
(Varney,2007).
Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah
dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-
kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI
dekat puting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara
dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan
berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan
penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus
selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup
maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan
sampai terjadi obesitas. Obesitas yang terjadi pada wanita disebabkan oleh faktor
sosial, ekonomi, lingkungan, dan faktor reproduksi. Perubahan fisiologi yang terjadi
pada ibu. Penelitian di Amerika Serikat menyatakan berat badan yang tidak segera
turun pasca melahirkan menyebabkan terjadinya obesitas pada ibu. Peningkatan kasus
obesitas wanita di negara berkembang seperti yang terjadi di Negara India meningkat
dari 21,8% tahun 1998-1999 menjadi 28,9% tahun 2005-2006. Penelitian yang
berat badan secara alami antara 5,4 kg sampai 11,33 kg disebabkan proses kelahiran
dan menyusui. melahirkan akan menyebabkan ibu kehilangan berat badan selama
hamil sekitar 5-6kg akibat pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban dan darah. Dimana
tubuh melakukan adaptasi fisiologis karena semua organ akan kembali seperti
sebelum hamil sejak satu jam plasenta lahir sampai 6 minggu post partum. Pada saat
ini terjadi lagi penurunan berat badan sebanyak 2-3 kg melalui pengeluaran lokhea,
dan involusi uteri. Sebagian besar ibu hamper mencapai kembali berate badan
Periode post partum atau masa nifas/menyusui pada ibu adalah masa dimana
seorang ibu yang baru melahirkan mengalami waktu penyembuhan dan perubahan
nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein,
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, organ tubuh,
dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak,
berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang
tinggi badan seseorang. Formula IMT digunakan diseluruh dunia sebagai alat
diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal, overweight dan
obesitas. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti
dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
meter). Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health Organization
Obesity Task Force (IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity
and Its Treatment (2000) seperti dikutip oleh Sugondo (2007) untuk kawasan Asia
Tabel 2.2.4 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut
No IMT Klasifikasi
1. < 18,5 Kurus (Kurang)
2. 18,5 – 22,9 Normal (Ideal)
3. 23 – 29,9 Kelebihan (Overweight)
4. 30 – 34,9 Kegemukan (Obesitas) Tingkat I
5. 35 – 39,9 Kegemukan (Obesitas) Tingkat II
6. > 40 Kegemukan (Obesitas) Tingkat III
2.3 Overwight
Metabolisme energi di dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai faktor, baik
pemakaian energi (Meutia, 2005). Pemakaian energi tubuh diatur dalam keadaan
seimbang. Bila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, kelebihan
otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23.
Secara ilmiah kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat mengonsumsi kalori
lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak
keseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan secara
pasti.
Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas yang sebagian besar
merupakan interkasi antara faktor genetic dengan faktor lingkungan, antara lain
aktivitas fisik, sosial ekonomi, dan nutrisi. Perubahan gaya hidup menyebabkan
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, pol makan, serta pemilihan jenis
dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu perubahan gaya hidup juga
(Octari, 2014).
a. Faktor Genetik
Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya
bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat
Sartika (2011) Jika ayah dan/atau ibu menderita overweight maka kemungkinan
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan termasuk perilaku atau pola gaya hidup. Seseorang tidak dapat
mengubah pola genetiknya tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
terdapat restoran cepat saji atau fast food akan memiliki kecenderungan untuk jarang
mengomsumsi buah dan sayuran. Mereka lebih sering makan jenis fast food dan
minum-minuman bersoda bila terdapat satu restoran cepat saji didekat sekolah
mereka. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa restoran saji di sekitar sekolah
akan memengaruhi pola dan kebiasaan makan dari siswa di sekolah tersebut. Pada
akhirnya perubahan pola dan kebiasaan tersebut akan memengaruhi jumlah siswa
yang kelebihan berat badan atau overweight dan kegemukan atau obesitas.
soft drink, bir dan wine akan menyebabkan berat badan karena karbohidrat. Jenis ini
lebih muda diserap oleh tubuh. Para ahli menyebutkan bahwa orang yang makan
dalam jumlah sedikit dengan frekuensi 4-5 kali sehari memiliki kadar kolesterol dan
gula darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi makannya kurang
dari itu.
d. Faktor Psikis
Orang gemuk sering kali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak
bila mereka tegang atau cemas. Dari hasil penelitian juga membuktikan
kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam situasi yang sangat
tergantung dari dua faktor, yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan
angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan
sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar
kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur fungsi metabolisme tubuh
secara normal.
2.4 Hipotesis
2.4.1 H1 diterima artinya ada Hubungan Pemberian ASI Esklusif Dengan Berat
2.4.2 Ho ditolak aritnya tidak ada Hubungan Pemberian ASI Esklusif Dengan Berat
Hubungan Pemberian
Perubahan Berat
ASI Eksklusif
Badan Pada Ibu
..