Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada

bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak di berikan apa-apa, kecuali makanan yang

langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui

ASI (Khasanah, 2010). ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan

terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Roesli, 2012).

Dalam kajian World Health Organization (WHO), yang melakukan

penelitian sebanyak 3000 kali bahwa ASI mengandung semua nutrisi yang

diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, mulai hormon

antibodi, faktor kekebalan, hingga antioksidan. Berdasarkan hal tersebut, WHO

kemudian mengubah ketentuan mengenai ASI eksklusif yang semula 4 bulan

menjadi 6 bulan. Sejalan dengan WHO, menteri kesehatan melalui kepmenkes RI

No. 450/MENKES IV/2004 pun akhirnya menetapkan perpanjangan pemberian

ASI secara eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (Riskani, 2012).

Menurut provinsi, Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan

di Provinsi Riau pada tahun 2015 sebesar 68,8%. Capaian ini lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 52,4%, meskipun capaian ini terus

meningkat persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi belum mencapai target

80%. Sedangkan untuk capaian Kabupaten/kota maka cakupan pemberian ASI

eksklusif tertinggi pada tahun 2015 adalah Kota Dumai sebesar 78,8% diikuti

1
2

Kabupaten Rokan Hilir sebesar 78,1% dan Kabupaten Indragiri Hulu (74,4%).

Sedangkan untuk kota Pekanbaru menempati urutan yang ke lima (71,3%).

Sedangkan cakupan terendah terdapat di Kabupaten Kep. Meranti sebesar

53,6%, diikuti oleh Kabupaten Pelalawan sebesar 59% dan Kabupaten Indragiri

Hilir sebesar 59,7%. Dari 12 Kabupaten/kota di Provinsi Riau belum ada

Kabupaten/kota yang telah mencapai target program. Kondisi ini menuntut kerja

keras semua pihak untuk meningkatkan capaian program, mengingat pentingnya

manfaat ASI Eksklusif bagi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya masa

yang akan datang (Riau, 2015).

Dari data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2016 ASI eksklusif

tertinggi terdapat di Puskesmas Lima Puluh Kota Pekanbaru (83,06%), kemudian

Puskesmas Sidomulio Rawat Jalan (81,64%). Sedangkan yang paling terendah

terdapat di Puskesmas Rumbai (37,27%).

Dari hasil penelitian Tia Komala Sari tahun 2015 di kabupaten Semarang

menunjukkan yang mengalami kegagalan ASI eksklusif sebanyak 66 orang

(71,7%), pengetahuan ibu yang kurang dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak

36 orang (39,1%), pekerjaan ibu dalam pemberian ASI eksklusif berada pada

kategori bekerja sebanyak 54 orang (58,7%), dukungan suami dalam pemberian

ASI eksklusif pada kategori rendah 29 orang (31,5%). Sedangkan promosi susu

formula dalam pemberian ASI eksklusif dalam kategori tidak tertarik 44 orang

(47,8%) (Sari, 2015).

Faktor - faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI yang pertama adalah

karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif (32%) yaitu ibu-ibu
3

menghentikan pemberian ASI karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal ini

tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup melainkan

karena kurangnya pengetahuan ibu. Kedua disebabkan oleh ibu bekerja (28%)

yaitu ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena harus kembali

bekerja. ketiga disebabkan oleh gencarnya promosi susu formula (16%), dimana

ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena pengaruh iklan susu formula.

Sedangkan lainnya disebabkan oleh faktor sosial budaya (24%) yang

meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang menghambat keberhasilan ibu

dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor dukungan dari petugas kesehatan (24%)

dimana kegagalan pemberian ASI eksklusif disebabkan kurangnya dukungan dari

petugas kesehatan yang dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan

penggalakan ASI dan kemudian adalah faktor dari keluarga (24%) dimana

banyak ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif karena orang tua, nenek atau

ibu mertua mendesak ibu untuk memberikan susu tambahan formula. Kemudian

yang terakhir adalah karena faktor estetika banyak ibu menyusui yang

beranggapan bahwa ketika ia memberikan ASI eksklusif berat badannya akan

bertambah dan payudara akan kendor, sehingga inilah yang menyebabkan ibu

tidak menyusui bayinya (Bangnes, 2010).

Selain itu faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI adalah ketidak

nyamanan yang timbul saat proses menyusui, seperti bayi sulit menghisap ASI,

puting susu lecet, bendungan payudara dalam masa nifas, dan pembengkakan

payudara (Pertiwi, 2014).


4

Sebuah laporan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Nigeria (NHDS)

dilakukan pada tahun 201, sebanyak 9 % ibu menyusui di Abuja, selama 6 bulan

pertama. Sebagian besar ibu tiak melakukan pemberian ASI eksklusif karena tidak

ingin payudara mereka kendor. Penelitian di Negeria, menunjukkan penurunan

berat badan sebanyak 1,53 kg pada ibu menyusui eksklusif dan sebanyak 0,33 kg

pada ibu ibu yang tidak menyusui eksklusif selama 6 minggu. Berdasarkan survey

awal yang dilakukan di Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru, pada tanggal 17 Maret

2017 dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 10 orang ibu yang memiliki

anak dengan rentang umur 1-12 bulan ditemukan sekitar 7 dari 10 ibu menyusui

eksklusif (70%) berat badannya lebih cepat menurun dan kembali keberat badan

sebelum hamil sedangkan 2 orang yang menyusui secara parsial (20%) ibu

mengatakan berat badannya menurun tapi dalam jangka waktu yang lama.

Sedangkan 1 orang (10%) ibu yang tidak menyusui ibu mengatakan berat

badannya bertambah.

“Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran

Pemberian ASI dan Perubahan Berat Badan pada Ibu Menyusui di Puskesmas

Lima Puluh Pekanbaru”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimanakah gambaran pemberian Air Susu Ibu dan perubahan berat

badan pada ibu menyusui di Puskesmas Lima Puluh tahun 2017 ”


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pemberian Air Susu Ibu dan perubahan berat

badan pada ibu menyusui di Puskesmas Lima Puluh tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini untuk :

1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden di Puskesmas Lima

Puluh tahun 2017.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI di Puskesmas Lima Puluh

tahun 2017.

3. Mengetahui distribusi frekuensi perubahan berat badan pada ibu yang

memberikan ASI di Puskesmas Lima Puluh tahun 2017 .

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Penulis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis dibidang

penelitian kesehatan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini.

1.4.2 Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi tempat penelitian mengenai gambaran

pemberian ASI dan perubahan berat badan pada ibu menyusui sehingga bisa

membenahi diri untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang

pentingnya memberikan ASI untuk mempercepat pengurangan berat badan.


6

1.4.3 Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan data awal bagi mahasiswa Akademi Kebidanan

Helvetia Pekanbaru yang akan meneliti lebih lanjut tentang perubahan berat

badan pada ibu menyusui yang memberikan ASI .

1.4.4 Ibu Menyusui

Menambah pengetahuan tentang manfaat ASI untuk perubahan berat badan


2

Anda mungkin juga menyukai