MANAJEMEN LAKTASI
Oeh :
NI KADEK YULI DHARMAYANTI (010215A045)
NUCKY SEPTIRIANTIKA (010215A049)
VINSENSIUS FERNANDO HUGO (010215A069)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai
tumbuh kembang yang optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih
kurang, hal ini berdasarkan data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002 2003, pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan
hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46 % pada
bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 5 bulan (KBI,2005).
Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung,
faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu
formula, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung PPASI, kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk
bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).
Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah singkatnya masa
cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif
berakhir sudah harus kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI
eksklusif, yang menyebabkan penggunaan susu botol/susu formula lebih dini
(Dwi Sunar Prasetyo,2009). Kondisi di atas diperberat lagi dengan adanya
kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Pusat
Kesehatan Kerja Depkes RI).
Salah satu profesi yang menyerap wanita bekerja denga prosentase banyak
adalah profesi keperawatan. Sebagai perawat kita dituntut untuk bisa menjadi role
model bagi masyarakat khususnya dalam penerapan manajemen ASI Eksklusif.
Namun masih banyak perawat yang tidak dapat menjalankan peran ini secara
efektif karena tingkat pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku perawat sendiri
yang kurang mendukung tercapainya Program PP-ASI(SELASI,2009). Hal ini
diperkuat lagi dengan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan
Oktober 2009 bahwa dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang
perawat yang menyusui di RSUD Tugurejo Semarang bahwa hanya ada 1 orang
perawat yang memberikan ASI secara Eksklusif sehingga perlu adanya penelitian
kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma
atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :
1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus
yaitu duktus yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI),
selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus
laktiferus.
2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.
Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk
lobus sedangkan duktus dan alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan
alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga
dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk
diproses sintesis menjadi ASI. Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak,
pembuluh darah syaraf dan lymfa.
Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih
hitam sekitar puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang
mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur ( Depkes RI, 2005).
Gambar Anatomi Payudara(http://askep-free.blogspot.com/2010/04/manajemen-laktasi.html )
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui
tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja
dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam
2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan
jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk
keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan
makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan.
Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup.
Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan
kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk
menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai
bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah:
- Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting
susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui
nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan
hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar
kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI.
- Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :rooting reflex
(reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan
bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada
ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan
pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak
keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi
ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down
reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau
klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung
dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah
pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang
diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak
mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI.
Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang
gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
protein,vitamin
yang
tinggi
dan
Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai,
juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA
dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan
dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu
masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam
linoleat).
b. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
c. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya
d. Aspek Kecerdasan
kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki
IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih
tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun,
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
e. Aspek Neurologis
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian
akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu
formula dan peralatannya.
g. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara
umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
a. Manajemen Laktasi
Manajemen adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses
menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses
bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal
danpostnatal (Dwi Sunar Prasetyono,2009). Ruang lingkup Manajemen Laktasi
periode postnatal pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui,
memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan ASI Peras, memberikan ASI
Peras dan pemenuhan gizi selama periode menyusui.
aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta
perkembangan bayi.
b. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi
bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu
formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan
proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu
produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta
meningkatnya resiko infeksi.
c. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai ppuas. Bila bayi puas , maka
ia akan melepaskan puting dengan sendirinya.
2. Keteerampilan menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu
harus mempunyai keterampilan menyuusui agar ASI dapat mengalir dari
payudara Ibuke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik
meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.
Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi
berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan
perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan
Ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudar Ibu
(perlekatan/attachment). Posisi badan Ibu saat menyusui dapat posisi
duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.
Saat menyusui, bayi harus di sanggah sehingga kepala lurus
menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi
menempel dengan badan Ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan
leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi
terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara
menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan putung
susu keatas, lalu masukan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langitlangitnya. Masukan payudara Ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi
sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat di banding areola
bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada
payudara dan puting susu terlipat dibawah bibir atas bayi.
3. Posisi tubuh yang baik
a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada Ibu (chest to chest)
a.
b.
c.
d.
Persiapan Memerah.
Cuci bersih kedua tangan Anda dengan benar dan menggunakan sabun.
Usahakan rileks dan pilihlah tempat atau ruangan untuk memerah
ASI yang tenang dan nyaman.
Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk kecil, waslap, atau
kain lembut lainnya.
secara
bertahap
ke
seluruh
bagian
payudara.
Dengan
menggunakan sisir yang bergigi lebar, sisirlah payudara secara lembut, dari
dasar payudara ke arah puting susu. Dengan ujung jari, lakukan stroke dari
dasar payudara ke arah puting susu.
c. Shake
Dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/goyangkan payudara
dengan lembut menggunakan tangan, biarkan daya tarik bumi meningkatkan
stimulasi pengeluaran ASI. Untuk menjamin pengeluaran ASI lancar, lakukan
perawatan pemijatan payudara secara rutin, dan kompres air hangat & air
dingin bergantian.
d. Let-down reflex (LDR)
Sering disebut milk ejection reflex adalah sebuah proses hormonal yang
menyebabkan ASI mengalir deras. Ibu biasanya merasakan sensasi geli atau
seperti kesemutan beberapa saat ketika sedang menyusui bayi. Menurut buku
The Breastfeeding Answer Book, saat sedang menyusu, gerakan ritmik
rahang, bibir, dan lidah bayi mengirimkan sinyal pada bagian hipotalamus
(otak) ibu sehingga hormon prolaktin dan oksitosin dilepaskan, dan masuk ke
dalam aliran darah. Hormon ini menyebabkan sehingga otot-otot kecil yang
mengelilingi gudang ASI (alveoli) menekan ASI ke dalam saluran sehingga
menuju reservoir ASI (lactiferous sinuses) yang terletak 1 inci di belakang
puting dan keluar dari payudara.
cangkir plastik
kantong ASI
Kondisi Wadah
- bening tanpa gambar
Daftar Pustaka
Judarwanto.
Pemberian
ASI
saat
Ibu
Bekerja.
ASI
Eksklusif
dan
faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi.
ASI
Eksklusif
di
Indonesia
Masih
Memprihatinkan.2005.