Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN PENANGGULANGAN

MASALAH KESEHATAN SAAT ERUPSI GUNUNG BERAPI

Oleh :
VINSENSIUS FERNANDO HUGO
010215a069

STIKES NGUDI WALUYO


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
REGULER TRANSFER
2016
Letusan Gunung Berapi

Sampai saat ini terdapat 129 gunung berapi yang masih aktif dan 500 tidak aktif di
Indonesia. Gunung berapi aktif yang ada di Indonesia merupakan 13 persen dari seluruh
gunung berapi aktif di dunia, 70 gunung di antaranya merupakan gunung berapi aktif yang
rawan meletus dan 15 gunung berapi kritis. Sebagian besar dari gunung api aktif tersebut
merupakan tipe A yaitu gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-
kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Tipe B, yaitu gunung api yang sesudah tahun 1600
belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan. Dan
tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tandatanda kegiatan masa lampau pada tingkat lemah.
Sebaran gunung api di Indonesia berdasarkan tipenya dapat dilihat pada tabel berikut:
Daerah Tipe-A Tipe-B Tipe-C Jumlah
1 Sumatera 13 12 6 31
2 Jawa 21 9 5 35
3 Bali 2 - - 2
4 Lombok 1 - - 1
5 Sumbawa 2 - - 2
6 Flores 16 3 5 24
7 Laut banda 8 1 - 9
8 Sulawesi 6 2 5 13
9 Kep. Sengihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 2 - 7
Jumlah 79 29 21 129

Gunung berapi ini membentuk sabuk memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara pada satu rangkaian dan menerus ke arah utara sampai Laut Banda dan bagian
utara Pulau Sulawesi. Panjang rangkaian ini mencapai kurang lebih 7.000 kilometer dan di
dalamnya terdapat gunung berapi dengan karakter beragam. Saat ini lebih dari 10 persen
penduduk Indonesia bermukim di kawasan rawan bencana gunung berapi. Selama 100 tahun
terakhir lebih dari 175 ribu jiwa manusia menjadi korban letusan gunung berapi.
Indonesia berada di daerah beriklim tropis dan memiliki musim hujan dan musim
kemarau. Di samping bahaya letusan langsung berupa muntahan dan jatuhan materialmaterial
atau gas beracun, dalam musim penghujan gunung berapi dapat menimbulkan bahaya tidak
langsung berupa aliran lahar atau perpindahan material vulkanik yang membahayakan.
Salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia adalah Gunung Merapi. Gunung
berapi ini memiliki karakteristik erupsi berupa runtuhan kubah lava yang menyebabkan
bahaya aliran awan panas yang sering disebut wedhus gembel. Kejadian runtuhan kubah
lava ini dapat berlangsung berulang kali dalam periode yang cukup panjang sampai beberapa
bulan, sehingga perlu diamati dengan teliti dan terus-menerus, baik melalui pengamatan
visual maupun telemetri dengan pengukuran kegempaan. Sebagai ilustrasi, sejak tangal 13
Mei sampai dengan 21 Juni 2006, Gunung Merapi masih dalam kondisi AWAS dan belum
menunjukkan penurunan aktivitas yang berarti. Kejadian guguran awan panas terjadi ratusan
kali dengan jarak luncuran mencapai 6 kilometer dan mengancam permukiman penduduk
terutama di Kabupaten Sleman (D.I. Yogyakarta) dan Kabupaten Klaten dan Magelang (Jawa
Tengah). Penduduk yang diungsikan lebih dari 17.212 jiwa dengan korban meninggal 2 orang
akibat terperangkap dalam bunker penyelamatan di Kaliadem, Cangkringan Kabupaten
Sleman (Data Posko BAKORNAS PB per tanggal 15 Juni 2006).

Bahaya Akibat Letusan Gunung Api


Bahaya letusan gunung api dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya. Yaitu bahaya
utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Bahaya primer adalah bahaya yang langsung
terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Sedangkan bahaya sekunder adalah
bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Kedua jenis bahaya tersebut
masing-masing mempunyai risiko merusak dan mematikan.
1. Bahaya langsung (primer) letusan gunung api yaitu:
a. Leleran lava (lava flow)
Lava adalah magma yang mencapai permukaan, berupa cairan kental dan bersuhu
tinggi (antara 700 1.200C). Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti
lereng/lembah dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava tersebut sudah dingin,
maka berubah wujud menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya menjadi
ladang batu.
b. Awan panas (piroclastic flow)
Awan panas adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran)
terdorong ke bawah akibat densitasnya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh
menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng.
Suhunya sangat tinggi antara 300 - 700C dan kecepatan luncurnya pun sangat tinggi
yaitu > 70 km/jam.
c. Hujan abu lebat
Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) diterbangkan angin dan jatuh
sebagai hujan abu dengan arah yang tergantung pada arah angin. Karena ukurannya
halus, maka berbahaya bagi pernafasan dan mata serta dapat mencemari air tanah,
merusak tetumbuhan (terutama daun), korosif pada atap seng karena mengandung
unsur-unsur kimia yang bersifat asam.
d. Lontaran material (bom vulkanik)
Jatuhnya lontaran bisa mencapai ratusan meter jauhnya, sangat bergantung dari
besarnya energi letusan. Suhunya tinggi (> 200C) dan ukurannya besar (garis tengah
>10 cm) sehingga dapat membakar sekaligus melukai bahkan mematikan mahluk
hidup.
e. Lahar letusan/ lahar primer
Lahar letusan/ lahar primer terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah.
Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat
terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
f. Gas racun
Gas racun yang muncul dari gunung api tidak selalu didahului oleh letusan tetapi dapat
keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada meskipun kerap kali diawali
oleh letusan. Gas utama yang biasa muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2 dan CO. Yang
paling sering dan merupakan penyebab utama kematian adalah CO2. Sifat gas jenis ini
lebih berat dari udara sehingga cenderung menyelinap di dasar lembah atau cekungan
terutama bila malam hari dan cuaca kabut atau tidak berangin, karena dalam suasana
tersebut konsentrasinya akan bertambah besar.
g. Tsunami gunung api
Umumnya terjadi pada gunung api pulau. Ketika terjadi letusan, materialnya masuk ke
dalam laut dan mendorong air laut ke arah pantai sehingga menimbulkan gelombang
pasang.
2. Bahaya sekunder yaitu :
Lahar hujan yaitu bila suatu gunung api meletus, akan terjadi penumpukan material dalam
berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian
material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah
sebagai banjir bebatuan yang disebut lahar.
Permasalahan Kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api
Masalah kesehatan yang timbul akibat letusan gunung api antara lain :
1. luka bakar
2. gangguan napas
3. gejala keracunan gas
4. penyakit mata
5. ISPA
Melihat besar dan luasnya potensi bahaya yang ditimbulkan maka apapun yang
berada dekat dengan gunung api rentan terhadap bahaya, termasuk manusia, tanaman pangan
dan ternak, bangunan, ekologi dan sumber air bersih. Oleh karena itu masyarakat dan
khususnya petugas kesehatan yang bertugas di daerah yang rawan bencana gunung api
seharusnya sadar dengan bahaya yang dihadapi. Sosialisasi mengenai bahaya yang dapat
diakibatkan oleh aktivitas gunung api dan upaya penanggulangannya perlu digiatkan.

Anda mungkin juga menyukai