Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

POSISI MENYUSUI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui

Dosen pengampu:

Gita Kostania, SST., M.Kes.

Disusun oleh:

Silvi Eka Wulandari (P17311193021)

Aurelia Putri Islamay (P17311193022)

Alvina Derby Maria Trisnandya (P17311193023)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG

2021
1.1 Pengertian Menyusui
Laktasi atau menyusui merupakan cara yang optimal dalam memberikan
nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap
pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan
psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun-tahun berikutnya
(Varney, 2008).
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanan bayi secara ideal dan alamiah, serta merupakan dasar biologik dan
psikologik yang dibutuhkan untuk pembuahan. Air Susu Ibu merupakan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, dkk, 2014).
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu (Rukiyah, 2010).

1.2 Manfaat Pemberian ASI atau Menyusui


Asi merupakan makanan terbaik untuk bayi. Namun, pemberian ASI tidak
hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu dan juga
keluarga.
1. Manfaat Pemberian ASI bagi bayi :
1. Dapat membantu kenaikan berat badan bayi setelah lahir dan
mengurangi terjadinya obesitas pada bayi.
2. Membantu bayi dalam meningkatkan antibodi dan sebagai zat
protektif, dalam olostrum yang dihasilkan ibu mengandung antibodi
yang kuat untuk mencegah terjadinya infeksi.
3. Pemberian ASI bagi bayi sebagai bahan makanan yang baik dengan
proporsi seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang
diperlukan bayi dalam 6 bulan pertama.
4. Mengurangi terjadinya karies dentis pada bayi.
5. Memberikan efek psikologis yang meguntungkan karena pada saat
bayi menyusui ada kontak kulit dengan ibunya sehingga memperoleh
rasa nyaman dan aman bagi bayi.
6. Mengurangi kejadian maloklusi rahang karena maloklusi rahang
disebabkan oleh kebiasaan lidah mendorong ke depan akibat
menyusui dengan dot dan botol.
2. Manfaat Pemberian ASI bagi ibu :
1. Memberikan manfaat dalam aspek kontrasepsi, hisapan mulut bayi
pada putting susu ibu mampu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan hormon prolactin.
Prolactin masuk ke indung telur kemudian menekan produksi
esterogen sehingga menyebabkan tidak adanya ovulasi.
2. Memberikan manfaat dalam aspek kesehatan ibu, hisapan bayi pada
payudara ibu akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitoksin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persainan. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan pasca persalinan serta mengurangi
prevalensi anemia defisiensi zat besi.
3. Bermanfaat dalam aspek psikologis ibu, pemberian ASI dapat
mempererat hubungan ibu dan bayinya, karena dalam proses
menyusui ibu dapat mencurahkan kasih sayang kepada bayinya.
Selain itu, saat menyusui ibu dapat memperoleh kepuasan dan
kebanggaan tersendiri karena telah memberikan yang terbaik bagi
bayinya.
4. Bermanfaat dalam aspek penurunan berat badan ibu, pada ibu yang
menyusui eksklusif mampu lebih mudah kembali ke berat badan
seperti sebelum hamil. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan
ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi
sebagai cadangan tenaga yang akan terpakai.

1.3 Macam- macam Posisi Menyusui


Menyusui dapat dilakukan dengan duduk atau tidur miring (Kemenkes RI &
WHO, 2013). Tidak ada satu posisi yang paling benar untuk menyusui, yang
terpenting adalah posisi ibu saat menyusui harus mantap dan nyaman serta
rileks baik di atas kursi maupun di tempat tidur.

a. Posisi Tubuh yang Benar


1. Posisi ibu duduk atau berbaring dengan santai dan nyaman.
2. Untuk menyangga bayi dapat digunakan bantal atau selimut.
b. Posisi Duduk yang Benar
1. Gendong bayi setinggi payudara. Gunakan bantal untuk menyangga
punggung atau lengan ibu.
2. Ibu mengatur posisi bayi sehingga tubuh bayi miring menghadap ibu
dan perut bayi menempel pada perut ibu.
3. Siku dan lengan bawah ibu menyangga kepala, leher, dan punggung
bayi, serta tangan ibu memegang bokong atau paha atas bayi.
4. Lengan bayi yang lebih dekat dengan ibu diusahakan melingkari
tubuh ibu agar tidak menghalangi mulut bayi.
Berikut berbagai posisi yang bisa dipraktikkan dalam menyusui:
a. Menyusui dengan Posisi Menggendong (Cradle)
Posisi ini cocok untuk bayi yang sudah agak besar. Langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Ibu duduk dengan posisi santai dan nyaman.
2. Gunakan bantal atau selimut untuk menyangga punggung dan
lengan ibu.
3. Bila perlu gunakan penopang kaki untuk menyangga kaki ibu.
4. Posisi bayi miring menghadap ibu dan perut bayi menempel ke perut
ibu.
5. Gendong bayi setinggi payudara ibu dan bila tubuh bayi kecil
gunakan bantal sebagai penyangga.
6. Letakkan kepala bayi pada siku ibu, sangga punggung bayi dengan
lengan bawah ibu, tangan ibu yang lain memegang bokong bayi atau
paha atas bayi.
7. Tangan bayi diletakkan melingkari perut ibu.
8. Pegang payudara dengan tangan ibu yang satunya, arahkan, dan
masukkan puting susu ke arah mulut bayi.
b. Menyusui dengan Posisi Menggendong Silang (Cross Cradle)
Posisi ini cocok untuk bayi baru lahir dan ibu yang pertama kali
menyusui. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Cari tempat duduk yang nyaman, gunakan bantal untuk menyangga
punggung ibu.
2. Bila perlu gunakan penopang kaki untuk menyangga kaki ibu.
3. Baringkan bayi di atas pangkuan ibu, bila perlu letakkan bantal untuk
menopang bayi.
4. Sangga kepala bayi dengan tangan kiri ibu dan punggung bayi
dengan lengan bawah ibu.
5. Pegang payudara kanan dengan tangan kanan membentuk huruf C
dengan jempol diatas dan empat jari pada pada bagian bawah
payudara..
6. Atur posisi bayi sehingga perut bayi menempel pada perut ibu,
arahkan dan masukkan puting susu ke mulut bayi.
c. Menyusui dengan Posisi Memegang Bola (Football)
Posisi ini cocok bila payudara ibu besar dan menggantung. Langkah-
langkahnya sebagai berikut:
1. Ibu bersandar di kursi atau tempat tidur.
2. Letakkan satu atau dua bantal atau selimut disamping ibu, tidurkan
bayi di atas bantal atau selimut tersebut.
3. Sangga punggung dan leher bayi dengan siku dan lengan bawah ibu,
serta sangga kepala bayi dengan tangan.
4. Tubuh bayi menempel pada ibu, muka bayi langsung menghadap ke
puting dan areola mammae.
5. Pegang payudara dengan tangan ibu yang satunya.
6. Tarik bayi ke arah payudara ibu, atur posisi puting susu dan areola
mammae, lalu masukkan puting susu ke dalam mulut bayi.
7. Jaga agar lengan ibu santai selama menyusui.

d. Menyusui dengan Posisi Berbaring Miring (Side Lying)


Bila ibu melahirkan dengan operasi caesar dan ibu sudah boleh
miring ke kiri dan kanan, ibu bisa menyusui dalam posisi miring. Bila ibu
melahirkan normal, menyusui miring sangat baik untuk bisa dapat
beristirahat.
1. Ibu berbaring miring dengan nyaman.
2. Letakkan satu atau dua bantal di bawah dan sisipkan satu bantal di
belakang punggung ibu.
3. Letakkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut ibu.
4. Baringkan bayi dengan posisi miring ke arah payudara ibu, mulut bayi
sejajar dengan puting susu.
5. Gunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring
atau sisipkan gulungan selimut atau handuk di belakang punggung
ibu.
6. Gunakah tangan ibu yang bebas untuk memegang payudara yang
paling dekat dengan bayi, kemudian susukan bayi.
7. Apabila ingin menyusui dengan payudara yang satunya maka
balikkan badan ibu ke sisi yang berlawanan dengan sisi semula.

1.4 Cara atau Teknik Menyusui yang Benar


Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
Langkah- langkah menyusui yang benar:
1. Mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun, perah sedikit ASI
dan oleskan disekitar putting ibu. Pilih posisi duduk atau berbaring dengan
santai.
2. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/
kursi. Ibu harus merasa rileks.
3. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,
hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa
sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar
dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/ menyamping, telinga,
bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
4. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusu : membuka mulut, bergerak mencari
dan menoleh. Bayi harus berada dekt dengan payudara ibu dan ibu tidak
harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya
untuk mencapi puting susu ibu.
5. Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu
hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di
bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus
membentuk huruf “C”. Semua jari ibu tidak boleh terlau dekat dengan
aerola.
6. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu
rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.
Bibir bayi melengkung keluar.
7. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung byi berhadapan dengan
putting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuhkan bibir bayi
ke putting susu dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
8. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut
bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan
payudra.
9. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk- nepuk punggung
bayi.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar:

Apabila ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat


mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi menjadi
enggan menyusu. Namun, jika ibu telah menyusui dengan teknik yang
benar mka akan memperlihatkan tanda- tanda sebagai berikut :

− Bayi tampak tenang.


− Badan bayi menempel pada perut ibu.
− Mulut bayi terbuka dengan lebar
− Dagu bayi menempel pada payudara ibu
− Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk.
− Hidung bayi mendekati dan kadang- kadang menyentuh payudara
ibu.
− Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya
putting saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibanding
lingkar areola bawah.
− Bibir bayi melengkung keluar.
− Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
− Puting susu tidak terasa nyeri
− Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
− Kepala bayi agak menengadah
− Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang
disertai berhenti sesaat.

1.5 Perlekatan Menyusui yang Benar


Setelah memposisikan ibu dan bayi dengan benar maka, pelekatan mulut
bayi pada payudara juga perlu diperhatikan agar proses menyusui
berlangsung dengan sukses. Pelekatan yang salah akan berakibat puting
lecet dan luka, sehingga menurunkan produksi ASI.
Oleh karena itu, ibu perlu mengetahui bentuk perlekatan yang benar dan
salah. Bagaimana ibu mengetahui bahwa perlekatan menyusui anak benar
atau salah?

Jika posisi dan pelekatan bayi saat menyusu tepat, maka bayi akan
menghisap secara efektif sehingga proses menyusui akan menjadi sangat
nyaman dan menyenangkan bagi ibu dan bayi. ASI yang dikonsumsi juga
akan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang optimal bayi. Hal
ini ditandai dengan kenaikan berat badan bayi yang cukup setiap bulan pada
grafik pertumbuhan anak. Produksi ASI juga akan lancar karena proses
menyusui berlangsung dengan baik. Sebaliknya, bayi yang menghisap tidak
efektif akan gelisah, cenderung menyusu sebentar-sebentar, dan sering
sehingga puting menjadi lecet/luka dan berdarah. Ibu juga bisa mengalami
pembengkakan payudara atau bendungan ASI akibat pengosongan payudara
yang tidak sempurna oleh bayi saat menyusu.
1.6 Cara Menyendawakan Bayi
Selesai disusui, bayi perlu untuk disendawakan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah bayi kembung dan mengurangi tekanan di saluran cerna bayi akibat
adanya gas yang ikut memenuhi lambung bayi saat menyusu yang dapat
menyebabkan bayi muntah (gumoh) setelah menyusu. Selain itu,
menyendawakan bayi juga membantu memberikan rasa nyaman kepada bayi
setelah menyusui. Bayi dapat disendawakan dengan beberapa posisi, yaitu :

1. Bayi digendong dengan satu tangan dalam posisi tegak menghadap ke


badan ibu, posisi kepala dan dagu bayi di bahu ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
2. Bayi dibaringkan tengkurap di pangkuan ibu dengan menyangga bagian
kepala bayi lebih tinggi dibanding dada menggunakan satu tangan, lalu
usap/tepuk punggung bayi sampai bayi bersendawa.
3. Bayi didudukan di pangkuan ibu dengan satu tangan menopang bagian
dagu dan dada bayi. Selanjutnya ibu mengusap/menepuk lembut
punggung bayi dengan satu tangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

G, Satriani. 2021. Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui. Malang:


Ahlimedia Press.

Kustriyani, Menik, & Priharyanti Wulandari. 2021. Buku Ajar Post Partum,
Menyusui, dan Cara Meningkatkan Produksi ASI. Pasuruhan: CV.
Penerbit Qiara Media.

Praborini, Asti & Ratih Ayu. 2018. Anti Stres Menyusui. Jakarta: Kawan Pustaka.

Taufiqa, Zuhrah. 2021. Modul Edukasi ASI, Menyusui, dan Pertumbuhan Anak.
Pasaman Barat: Wonderland Publisher.

Anda mungkin juga menyukai