Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Menyusui Yang Benar


2.1.1 Defenisi
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan ibu
mengenai cara menyusui yang benar. Cara menyusui yang benar
adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar. Menyusui dengan cara yang tidak
benar dapat mengakibatkan puting susu lecet, ASI tidak keluar
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah
disebabkan karena kesalahan ibu dalam memposisikan dan
meletakkan bayi saat menyusu (Fatimah, 2014).
2.1.2 Waktu Menyusui
Pada bayi yang baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata
adalah 10-12 kali menyusu tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Dalam
meyusui bayi sebaiknya tidak dijadwal, sehingga dapat dilakukan
setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi
meminta atau kapanpun dibutuhkan oleh bayi (artinya akan lebih
banyak dari rata-rata menyusu). Menyusui on-demand merupakan cara
terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap
kenyang (Astutik, 2015, 14).
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui
dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian
(Astutik, 2015, 15).

6
7

2.1.3 Perlekatan
Perlekatan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut cara
bayi menahan putting ibu dalam mulutnya. Perlekatan menyusui yang
benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara, mulut terbuka lebar,
bibir melengkung keluar. Areola lebih banyak terlihat diatas mulut
daripada dibawah mulut (Rukiyah, 2011, 30).
Perlekatan yang kurang baik disebabkan karena :
1. Menggendong bayi dalam posisi yang kurang benar.
2. Pemakaian baju ibu yang berlebihan.
3. Kemungkinan bayi tidak siap menyusu, hal ini bisa dikarenakan
bayi bingung putting atau malas menyusu.
4. Adanya penyakit, baik pada ibu maupun bayi.
5. Tidak cukup privacy saat menyusui misalnya di tempat umum atau
tempat kerja yang tidak disediakan pojok laktasi (Astutik, 2015,
15).
2.1.4 Cara Menyusui Yang Benar
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan ke
putting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara :
a. Ibu duduk atau berbaring santai.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak apda
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan,
kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
c. Bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
d. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
e. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas damn jari yang lain
menopang dibawah, jangan menekan putting susu dan areolanya
saja.
8

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)


dengan cara :
a. Menyentuh pipi dengan putting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi :
a. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak dibawah areola.
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi.
6. Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara samapi kosong,
sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi :
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut.
b. Dagu bawah bayi ditekan.
7. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
dikosongkan.
8. Setelah selesai menyusu, bayi disendawakan dengan tujuan
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah.
a. Bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, lalu
punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurpa di pangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan (Maryunani, 2012, 116).
9

2.1.5 Posisi Menyusui


Posisi menyusui menurut Astutik (2015, 17) antara lain :
1. Posisi setengah duduk
Posisi setengah duduk dapat diterpakan pada ibu post sectio
cesarea (SC) dengan tujuan agar tidak menekan luka.
2. Posisi berbaring miring
Posisi berbaring miring dapat dilakukan oleh ibu yang ingin
menyusui bayinya secara santai. Bayi dipegang dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong
bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh mengadah,
leher dan punggung bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. Hati-
hati dengan menyusui posisi berbaring, karena jika ibu tertidur
dikhawatirkan payudara menekan hidung bayi sehingga bayi tidak
bisa bernafas dan mengakibatkan tersedak.
3. Posisi berbaring terlentang
Jika ibu menyusui dengan posisi terlentang, maka diusahakan
agar posisi bayi tepat menghadap ibu dengan putting dan areola
masuk seluruhnya ke mulut bayi. Satu tangan bayi diletakkan di
belakanng badan ibu dan yang satu di dada ibu.
4. Posisi duduk bersandar di kursi
Bila ibu menginginkan menyusui sambil duduk, lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Jika
menggunakan kursi yang tinggi, maka diusahakan kaki ibu ada
penopang kaki.
5. Posisi duduk di tempat tidur
Ibu duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Bayi
diletakkan diatas bantal menghadap ke ibu. Telinga dan lengan
bayi terletak pada satu garis tegak lurus.
10

6. Posisi berdiri
Posisi berdiri bisa dilakukan jika dengan posisi berbaring
ataupun duduk bayi tetap rewel. Ibu berdiri dengan menopang
tubuh bayi dan badan bayi menempel pada perut ibu.
Adapun posisi menyusui berdasarkan teknik persalinan menurut
Maryunani (2013, 79) adalah :
1. Posisi menyusui ibu yang bersalin normal (persalinan spontan)
Ibu yang melahirkan spontan bisa lebih leluasa dalam posisi
menyusui, sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi
duduk yang dipilih :
a. Gunakan kursi yang nyaman.
b. Upayakan telapak kaki menginjak lantai.
c. Gunakan bangku kecil sebagai pengganjal kaki bila posisi kaki
agak menggantung.
2. Posisi ibu menyusui yang melahirkan melalui persalinan seksio
sesarea
Football position adalah posisi menyusui yang disarankan
untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio sesarea. Pada
posisi ini :
a. Tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu.
b. Upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara
dan membentuk garis lurus dengan badan bayi.
c. Posisi ini aman karena di bagian bawah perut ibu yang masih
nyari akibat operasi daoat terlindungi.
d. Posisi ini merupakan posisi paling nyaman bagi ibu dan
bayinya.
3. Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar
Sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio sesarea,
football position (dengan cara seperti memegang bola) juga tepat
untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan
kanan, dengan cara :
11

a. Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi,


seperti memegang bola.
b. Letakkan tepat dibawah payudara ibu.
c. Posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar.
d. Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu
bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih
sepinggang ibu.
e. Dengan demikian, cukup ibu menopang kepala kedua bayi
kembar saja.
f. Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan
ibu.
2.1.6 Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Menyusui dengan teknik tidak benar dapat mengakibatkan putting
susu lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi
ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi
telah menyusu dengan teknik yang benar atau salah, beberapa hal
yang bisa diamati diantaranya adalah :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian
bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Putting susu ibu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis tegak lurus.
9. Kepala agak mengadah, saat satu payudara tampak terasa kosong,
maka ganti menyusui pada payudara lain (Astutik, 2015, 20).
12

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekadar menjawab pertanyaan what. Ilmu (science) bukan hanya
sekadar menjawab what, melainkan akan menjawab pertanyaan why
dan how (Notoadmodjo, 2012, 1).
2.2.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012, 10), berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional atau
non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara moderen
atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian dan diuraikan sebagai
berikut:
1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
a. Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara ini di pakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya di
lakukan dengan coba-coba. Bila percobaan pertama gagal, di
lakukan percobaan yang kedua dan seterusnya sampai masalah
tersebut terpecahkan.
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c. Cara Kekuasaan atau Otoriter
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebisaaan dan
tradisi yang di lakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah
yang di lakukan tersebut baik atau tidak. Kebisaaan ini bisaanya
di wariskan turun temurun. Kebisaan ini seolah-olah di terima
dari sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan
dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal.
13

Para pemegang otoritas pada prinsipnya adalah orang lain


menerima pendapat yang di kemukakan oleh yang mempunyai
otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan perasaannya sendiri.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain
yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. 
e. Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat kadang-kadang atau common sense kadang-
kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu
pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu
menggunakan cara hukuman fisik agar anaknya mau menuruti
nasihat orang tuanya. Ternyata cara ini berkembang menjadi teori,
bahwa hukuman adalah metode bagi pendidikan anak.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan do’a agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional
atau tidak.
g. Kebenaran secara intuitif
Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar
kesadaran tanpa melelui proses penalran atau berpikir.
14

h. Melalui jalan pikiran


Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh
pengetahuannya.
i. Induksi.
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pertanyaan-pertanyaan khusus, pertanyaan-pertanyaan
bersifat umum. Pengetahuan didapat melalui penarikan
kesimpulan pengalaman empiris.
j. Deduksi.
Pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke
pernyataan yang khusus.
2. Cara baru atau Ilmiah
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian.
2.2.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan menurut
Notoatmodjo (2014, 27) yaitu:
1. Tahu (know).
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi telah dipelajari
sebalumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
15

3. Aplikasi (aplication).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disinii dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebaginya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam konpomen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis menunjukkan kapada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifkasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Ariani (2014, 24), pengetahuan dipengaruhi oleh faktor,
antara lain :

1. Umur
Umur adalah rentang waktu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Jika seseorang memiliki umur
yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang
matang pula.
16

2. Pendidikan
Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang
dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan
lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang
melibatkan perilaku individu atau kelompok.
3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan gunamemenuhi kebutuhan setiap
hari.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang
dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
baik atau buruk.
5. Sumber informasi
Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Pengetahuan bisa
didapat dari beberapa sumber antara lain media cetak, elektronik,
papan, keluarga, teman, dan lain-lain.

2.3 Kerangka Teori


Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi dan
dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor-faktor predisposisi (presdisposing
factor), faktor-faktor yang mendukung (enabling factor), dan faktor-faktor
yang memperkuat atau mendorong (Reinforcing factor). Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus
diarahkan kepada ketiga faktor tersebut. Pada penelitian ini lebih ditekankan
pada faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Variabel
pengetahuan menjadi pokok dari penelitian ini. Skema Blum dan Green dapat
dimodifikasi sebagai berikut :
17

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Pendidikan

Faktor Pendukung
Perilaku Kesehatan
Ketersediaan waktu
Kesadaran

Faktor Pendorong

Peran petugas
Peran keluarga
Pengalaman

Sumber : Teori Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010, 101)

Catatan : Menunjukkan pengaruh langsung

Menunjukkan akibat sekunder

Anda mungkin juga menyukai