KALA II LAMA
Di susun oleh :
Kelompok 5
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Suport
Salawat serta salam marilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua, dan semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang kala II
Kelompok 5
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
10
d. kematian janin dalam kandungan
2.1.3 Etiologi Kala II lama
13
Menurut Hardjono (2008; 388) etiologi kala II lama adalah sebagai
berikut :
2.1.3.1 Kelainan letak janin
2.1.3.2 Kelainan-kelainan panggul
2.1.3.3 Kelainan his
2.1.3.4 Pimpinan partus yang salah
2.1.3.5 Janin besar, ada kelainan congenital
2.1.3.6 Primitua
2.1.3.7 Ketuban pecah dini
2.1.4 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi kala II lama (Ujiningtyas, 2009 ; 23) adalah
sebagai berikut :
2.1.4.1 Keadaan lingkungan yang kurang sehat
2.1.4.2 Mal nutrisi
2.1.4.3 Usia terlalu muda kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 35
tahun
2.1.4.4 Diabetes mellitus
2.2 Primipara
Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama
kalinya (Mochtar, 2008 ; 92). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2009 ; 121)
primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
17
besar untuk hidup di dunia luar matur atau prematur. Jadi dapat disimpulkan
primipara adalah wanita yang melahirkan bayi untuk pertama kalinya.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami
gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini
mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada
bayi selama atau sesudah persalinan (Depkes RI, 2009 dalam
Prambudi, 2013 ; 112).
2.3.4 Patofisiologi
Menurut Wiknjosastro (2013 ; 65), gangguan suplai darah
teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat
20
antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal
ini diikuti oleh serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika
asfiksia bertambah berat.
2.3.4.1 Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini
dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru
mengembang saat kepala dijalan lahir atau bila paru tidak
mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan
diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
2.3.4.2 Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi
klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –
usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan
membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak
mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan
dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan memasuki
periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi
yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan
terjadi
2.3.4.3 Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya
turun di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin
sedikit meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi
bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengahengah
bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa
semakin memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun
berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
2.3.4.4 Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama
dengan pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya.
Walupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan
frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea
terminal.
2.3.4.5 Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia.
Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat
dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok
memburuk apnea terminal.
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam pada multi. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun
pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Penyebab
asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin
yang menyebabkan persalinan lama atau macet. Faktor ini yang berperan
pada kejadian asfiksia. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan
oksigen ke bayi menjadi berkurang (Maharani, 2015 ; 4)
30
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Pernafasan spontan bayi baru lahir
tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila
terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat, selama . Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu
disertai dengan penurunan frekuensi. Pada persalinan lama belum tentu
mengalami Asfiksi, selama tidak terjadi pertukaran gas dan bayi dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang baru maka Asfiksia dapat di hindari
(Hendarso, 2014) dalam Maharani (2015 ; 6). Sedangkan dari faktor ibu yang
mempunyai riwayat preeklampsia berat cenderung akan melahirkan bayi yang
mengalami asfiksia.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bobak (2004) dalam Maharani
(2015 ; 7), vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun. Menurunnya oksigen maternal berarti terjadi hipoksia pada ibu,
menurut Towell (1996) dalam Hassan (2007) dalam Maharani (2015 ; 6),
hipoksia pada ibu akan menimbulkan hipoksia pada janin. Akibat lanjut dari
hipoksia pada janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan
karbondioksida sehingga terjadi asfiksia pada bayi baru lahir.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yuningsih bahwa lama persalinan kala II
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir
karena ibu bersalin dengan lama kala II berpeluang terhadap penurunan kadar
O2 sehingga mengganggu sirkulasi gas dan transport oksigen dari ibu ke
janin. Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan berkelanjutan dari
anoksia/hipoksia janin. Sedangkan menurut Prawirohardjo (2010) dalam
Maharani (2015 ; 5), pada lama persalinan kala II dengan his yang adekuat
namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks dapat
mengakibatkan denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif.
Hal ditas didukung oleh penelitian Fathoni (2011) bahwa usia berhubungan
dengan tingkat kesakitan dan kematian perinatal. Usia dibawah 19 tahun dan
diatas 35 tahun memiliki resiko kesakitan dan kematian perinatal lebih besar
dari pada yang memiliki usia 20 tahun sampai 35 tahun. Persalinan primipara
lebih berisiko mengalami kala II lama hal ini terjadi karena pada primipara
ibu belum pernah merasakan persalinan sebelumnya sehingga kemungkinan
timbul takut dan kecemasan yang dapat mengganggu kelancaran persalinan.
Berat lahir janin berhubungan dengan terjadinya kala II lama, hal ini karena
semakin besar berat lahir maka angka morbiditas cenederung meningkat.
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Skema 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian