Anda di halaman 1dari 5

RELAKTASI, Bila Akan Kembali Memberi ASI Yang

Sempat Terhenti.
ASI ternyata mempunyai sejuta manfaat dan sejuta kelebihan. Ilustrasi kalimat itu menunjukkan
betapa luar biasa karunia Tuhan kepada manusia berupa ASI yang ada pada setiap ibu.Mengenai
pentingnya pemberian ASI, sesuai rekomendasi mengenai optimal feeding dari World Health
Organization (WHO) ada empat unsur, yaitu inisiasi menyusui setelah bayi lahir, ASI eksklusif
sampai usia enam bulan, mulai usia enam bulan diberi makanan pendamping ASI yang
berkualitas, dan menyusui hingga usia anak dua tahun.
Pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan yang diteruskan hingga anak berusia
dua tahun ditambah makanan pendamping yang tepat, akan meningkatkan kualitas kesehatan
bayi hingga tumbuh dewasa nanti.

Terhenti ASI

Namun, beberapa kasus pada anak-anak sempat terhenti pemberian ASI karena berbagai alasan.
Diantaranya, ibu harus dirawat karena sakit, ibu sibuk bekerja, ASI mengering, atau ibu
mengalami sakit yang sementara waktu dilarang memberikan pada bayinya.

Sebagian ibu lainnya kesulitan untuk menyusui karena mendapat tekanan dari lingkungan,
minimnya pengetahuan orangtua tentang ASI, hingga berbagai mitos tidak benar seputar
menyusui.
Hal tersebut menjadi penyebab kegagalan ibu menyusui dengan baik. Produksi ASI berkurang
dan bayi malas menyusu sehingga ASI mengering. Berbagai informasi mengenai ASI akhir-akhir
ini semakin banyak ditularkan untuk menyadarkan orangtua betapa pentingnya “cairan hidup”
anugerah dari Tuhan tersebut.

Anak-anak yang sempat terhenti untuk mendapat ASI bisa mendapatkan ASI kembali. Karena
ternyata produksi ASI dari seorang ibu dapat diaktifkan kembali. Jika ibu tersebut memutuskan
kembali menyusui anaknya setelah berhenti menyusui sama sekali beberapa lama, ini disebut
dengan relaktasi atau kembali menyusui.

Relaktasi adalah proses menyusui kembali yang dilakukan setelah beberapa hari, beberapa
minggu, bahkan beberapa tahun setelah berhenti menyusui. Beberapa alasan perlu dilakukannya
relaktasi, antara lain sebagai bagian dari pengobatan rehidrasi pada bayi mencret dan kurang gizi
setelah penyapihan, ingin menyusui kembali setelah disapih atau memulai menyusui yang
tertunda karena bayi prematur, ibu atau bayi sakit keras.

Selain itu, relaktasi juga biasanya dilakukan karena bayi tidak cocok dengan berbagai susu
formula atau ibu berubah pikiran ingin menyusui, dari pemakaian susu formula. Bisa juga karena
kondisi harga susu formula yang terus meroket.

Kasus ekstrem relaktasi dikerjakan seorang nenek yang menyusui cucunya. Selain itu, juga
dikenal adoptive breastfeeding, yaitu usaha untuk menyusui anak adopsi. Tentunya dengan
motivasi yang kuat, maka bisa mengeluarkan ASI.

Beberapa kasus mencontohkan terdapat seorang ibu yang berhasil menyusui tiga anak adopsinya.
Seorang ibu yang baru saja berhenti menyusui tiga atau enam bulan, hampir pasti bisa menyusui
kembali. Sementara itu, nenek yang sudah menopause saja bisa menyusui lagi atau ibu yang
tidak pernah hamil dan melahirkan juga bisa menyusui. Hanya, memang ada tahap-tahap yang
harus dilakukan dan dibantu oleh konselor laktasi. Saat ini, di dunia laktasi, relaktasi sangat
mungkin dilakukan oleh setiap ibu. Meski perlu diketahui bahwa selama masa istirahat dari
kegiatan menyusui, produksi ASI mungkin menjadi jauh berkurang bahkan terhenti. Saat sang
ibu hendak menyusui kembali, seluruh organ produksi ASI butuh waktu untuk mempersiapkan
diri agar dapat bekerja kembali dan siap memproduksi ASI.

Sebuah kasus yang tidak pernah menyusui hingga anak berusia enam bulan karena alasan
tertentu, lalu menyusui lagi diperlukan waktu sekitar 1 sampai 1,5 bulan. Dengan cara yang
benar dan tepat, ini bisa dilakukan untuk pemenuhan gizi anak di bawah usia dua tahun.
ASI Kembali Lancar

Ada teknik-teknik khusus untuk kembali membuat si organ produksi ASI bekerja kembali.
Sevara umum terdapat dua hal, yaitu dilakukan stimulasi pada payudara dan organ-organ
produksi ASI dengan cara dipompa atau diperas.Mengajarkan kembali sang anak bagaimana cara
menyusu di payudara sang ibu. Di sini biasanya dibutuhkan alat tambahan, seperti lactationaid.

Persiapan Mental

Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk
melakukan relaktasi. Sebaiknya, diskusikan terlebih dahulu alasan-alasan yang telah
dikemukakan diatas, dan ajaklah keluarga, terutama suami, untuk membantu dalam melakukan
persiapan mental:

 Bersiap-siaplah untuk menghadapi stres yang mungkin akan dialami selama minggu-
minggu pertama dimulainya masa relaktasi. Ada kemungkinan bayi akan menolak
menyusu langsung dari payudara, atau bayi akan lebih banyak menangis karena merasa
frustasi dengan sedikitnya ASI yang mulai keluar.
 Mintalah dukungan mental dari orang-orang terdekat di lingkungan, selain suami dan
keluarga. Misalnya, dokter, konsultan laktasi ataupun teman yang pernah berhasil
melakukan kegiatan relaktasi. Sering membuka informasi internet atau milis kesehatan di
internet.
 Percaya diri dan motivasi yang tinggi adalah kunci utama keberhasilan program relaktasi.
Percaya bahwa akan mampu untuk memberikan yang terbaik untuk bayi, dan walaupun
awalnya terasa sangat sulit, namun yakin bahwa perjuangan akan membuahkan hasil.
Persiapan Relaktasi
Bila sudah mantap memutuskan untuk melakukan relaktasi, berikut adalah persiapan awal yang
dapat dilakukan adalah :

 Pastikan cukup makan dan minum. Mulai meningkatkan konsumsi protein dan cairan ke
dalam menu makan sehari-hari untuk membantu mempercepat tubuh dalam memproduksi
ASI.
 Mintalah kepada dokter obat yang dapat membantu tubuh dalam memproduksi ASI, atau
mulai mengkonsumsi jamu ataupun jenis makanan lainnya yang dipercaya dapat
meningkatkan produksi ASI.
 Banyak beristirahat. Mulailah mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang
sekiranya bisa delegasikan, karena akan menghabiskan hampir seluruh waktu bersama
bayi selama minggu-minggu pertama program relaktasi.
 Kurangi jadwal kegiatan diluar rumah, dalam minggu-minggu pertama masa relaktasi
sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi.
 Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya baik pada malam
maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah sesering mungkin. Katakan kepadanya
bahwa aku sangat mencintaimu, dan ingin memberikan yang terbaik untuknya.
 Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi dikerjakan sendiri,
seperti memandikan, menggantikan popok, menidurkan dan mengajaknya bermain.
 Berlatih memposisikan bayi pada payudara. Cobalah dengan berbagai cara untuk
menemukan kembali posisi yang paling nyaman ketika mulai menyusui.

Cara Melakukan Relaktasi

Relaktasi hanya bisa dilakukan dengan satu cara, yaitu : membiarkan bayi menyusu
sesering mungkin pada payudara. Frekuensi menyusui ini setidaknya adalah 10 kali dalam
24 jam, atau lebih jika memang bayi menginginkannya.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat tempuh untuk meningkatkan frekuensi menyusui
bayi.

 Cobalah untuk menyusui bayi setiap 2 jam sekali.


 Biarkan bayi menyusu kapan pun, setiap kali ia terlihat berminat.
 Sebaiknya membiarkan bayi mengisap payudara sekitar 30 menit setiap kali ia menyusu,
jika dimungkinkan. Atau secara bertahap dapat ditingkatkan durasi menghisapnya
tersebut, dimulai dari sekurangnya 15 menit pada saat menyusu.
 Usahakan untuk selalu bersama bayi terutama pada malam hari ketika hormon prolaktin
(penghasil ASI) sedang banyak-banyaknya dihasilkan.
 Sebagai langkah awal harus memberikan seporsi penuh susu (formula atau Asper) sesuai
dengan berat badan bayi, atau dalam jumlah yang sama seperti yang dikonsumsi
sebelumnya.\
 Segera setelah ASI mulai keluar sedikit, porsi susu (formula atau ASIP) tersebut dapat
dikurangi sebanyak 30-60ml dalam sehari, sampai habis.
 Jika bayi kadang-kadang masih menyusu, pasokan ASI dapat meningkat dalam beberapa
hari. Jika bayi sudah berhenti menyusu, mungkin diperlukan beberapa minggu untuk
menghasilkan kembali pasokan ASI.
 Lama berhenti menyusui dapat dijadikan tolak ukur kasar mengenai jangka waktu
relatasi. Jika baru berhenti menyusui, maka dibutuhkan waktu yang tidak lama untuk
menghasilkan kembali pasokan ASI. Namun, jika telah berhenti menyusui lama, mungkin
akan dibutuhkan waktu yang lama pula untuk menghasilkan ASI kembali.
 Relaktasi lebih mudah jika bayi sangat muda (kurang dari 3 bulan), daripada jika bayi
berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi dimungkinkan pada usia berapa saja.
 Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu dibandingkan dengan bayi
yang sudah lebih lama berhenti menyusu. Namun, relaktasi dimungkinkan kapan saja.
 Pastikan bahwa ketika menyusui, posisi badan, posisi badan dan posisi pelekatan bayi
sudah benar, nyaman dan tepat.
 Sebaiknya mengurangi sexara bertahap pemberian makanan (susu formula) lewat botol
yang menggunakan dot bayi. Gantilah dengan metode pemberian melalui cangkir,
sendok, pipet ataupun dengan jari tangan. Sebaiknya tidak memberikan empeng pada
bayi. Gantilah kebiasaan comfort sucking bayi pada empeng dengan comfort sucking
pada payudara.
 Jika bayi menolak mengisap payudara yang ’kosong’, dapat memberikan susu (formula
atau ASIP) pada saat bayi sedang mengisap payudara dengan memeriksa secara teratur
apakah bayi tidak kekurangan nutrisi. Hal itu dilakukan dengan memantau kenaikan berat
badannya, yaitu sekurangnya 500gr dalam sebulan, dan frekuensi harian BAK (5-6 kali).

Jangka Waktu Relaktasi


Jangka waktu yang dibutuhkan agar pasokan ASI seorang wanita meningkat sangat bervariasi.
Akan sangat membantu jika Anda sangat termotivasi dan bayi Anda sering menyusu sesuai
dengan frekuensi yang telah disarankan. Namun, sebaiknya tidak perlu cemas apabila waktu
yang diperlukan untuk menghasilkan ASI kembali lebih lama dari yang diperkirakan.

Lebih penting adalah menghindari segala perasaan negatif, terutama harapan yang sangat besar,
jika setelah berakhirnya masa relaktasi pasokan ASI tidak sebanyak sebelum berhenti menyusui.
Setiap ibu membutuhkan durasi yang berbeda-beda untuk meningkatkan atau menghasilkan
pasokan ASI. Memberikan bayi ASI, berapapun jumlah, sangat jauh lebih bermanfaat daripada
tidak memberikan ASI sama sekali. Jadi, walaupun pada akhirnya tetap harus memberikan susu
formula bersamaan dengan ASI. Fokuskan pada perasaan positif pada bayi, dan bukan pada
seberapa banyak ASI yang didapatkan hasilnya.

dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai