Induksi Laktasi (IL) adalah sebuah teknik merangsang keluarnya ASI pada
ibu yang belum pernah menyusui atau telah lama sekali tidak menyusui. Hal ini
semakin populer dilakukan dengan tingginya tingkat kesadaran para ibu tentang
pentingnya menyusui serta manfaat ASI.
Telah kita ketahui proses laktasi akan melibatkan unsur hormonal di dalam
tubuh manusia. Setelah memasuki usia kehamilan 16 minggu, wanita hamil
tersebut sudah mulai memproduksi ASI, tetapi produksi ASI tidak berlanjut
karena tertahan oleh kehamilannya. Ketika bayi lahir dan plasenta keluar, hormon
yang mempengaruhi proses pembentukan ASI akan menjadi aktif, apalagi bila
tindakan inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa hal yang utama untuk proses
laktasi adalah stimulasi pada payudara, baik itu oleh hisapan bayi ataupun
kegiatan memerah ASI, baik secara manual ataupun dengan bantuan alat. Jadi
walaupun seorang wanita tidak mampu untuk hamil dan melahirkan, ia akan dapat
memproduksi ASI karena ASI tidak diproduksi dari hormon yang berhubungan
dengan proses reproduksi melainkan dari bagian otak yang bernama hipofisis.
Hisapan bayi merupakan hal yang terbaik untuk stimulasi payudara dalam
memproduksi dan mengeluarkan ASI. Untuk dapat mengeluarkan ASI secara
efektif, bayi harus dapat melekat dengan baik pada payudara. Bayi yang melekat
dengan baik akan membuka mulut dengan lebar, dagu bayi akan menempel pada
payudara ibu, sebagian besar areola terutama areola bagian bawah masuk ke
dalam mulut bayi. Bibir bawah bayi tampak terpuntir keluar, bayi menghisap kuat
dengan irama perlahan dan ibu merasa nyaman, tidak merasa perih pada puting
payudaranya.
Pada bayi baru lahir pelekatan yang benar tergantung dari posisi bayi
menyusu pada ibu. Posisi bayi menempel menghadap ibu, satu tangan bayi
terletak di belakang badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus. Kepala bayi terletak pada lengkung siku, menghadap payudara dan puting
berada di depan muka bayi. Sangga bokong bayi dengan telapak tangan ibu, bila
diperlukan gunakan bantal untuk menyangga tangan ibu. Bayi yang lebih besar,
seringkali sudah memiliki posisi menyusu yang nyaman baik untuk bayi maupun
ibunya.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/relaktasi-dan-induksi-laktasi
Mekanisme laktasi atau menyusui dipengaruhi oleh tiga refleks maternal yang
utama yaitu : Prolaktin, ereksi nipple dan refleks let down (Bobak, 2000)
1. Prolaktin
Prolaktin ialah suatu hormon peptide yang diproduksi oleh pituitari anterior.
Prolaktin merupakan hormon kunci untuk menginisiasi dan mempertahankan
sekresi ASI. Adanya reseptor pada puting susu, apabila dirangsang dengan isapan
bayi akan menimbulkan impuls yang dikirim ke nervus vagus dan dilanjutkan ke
hypotalamus. Hipotalamus merangsang pituitari anterior untuk mengeluarkan
prolaktin yang menyebabkan produksi ASI oleh alveoli mammae (Bobak, 2000).
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap
berlangsung.
2. Ereksi Nipple
Stimulus pada puting susu yang disebabkan oleh isapan mulut bayi menimbulkan
ereksi nipple. Stimulus membuat puting susu lebih menonjol. Refleks ereksi
nipple membantu dalam propulsion (dorongan) air susu keluar melalui sinus-sinus
laktiferus kearah lubang puting susu.
3. Let Down
Pancaran air susu dari alveoli dan aliran air susu terjadi sebagai hasil pancaran air
susu atau disebut refleks let down. Timbulnya stimulus isapan pada hipothalamus
akan meningkatkan pengeluaran oksitosin dari pituitari posterior. Kontraksi dari
sel-sel muscleike (seperti otot) ini menyebabkan air susu terdorong melalui sistem
saluran dan masuk ke sinus-sinus laktiferus dan memungkinkan bayi untuk
menyusui.
Tanda keberhasilan let down gampang dikenal dengan pemberian ASI. Refleks let
down adalah karakteristik dengan adanya perasaan sensasi yang menimbulkan
perasaan adanya tarikan atau memeras dari dalam. Faktor-faktor yang
meningkatkan refleks let down adalah jika ibu melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sebaliknya faktor-
faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan
bingung (pikiran kacau, takut, cemas). Keadaan emosi dan psikologik ibu
mempengaruhi sikap ibu dalam menyusui.
Daftar Pustaka