Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN KONSELING MENYUSUI

Konseling menyusui adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (konselor) untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui
bayinya (Depkes, 2007).
Menyusui adalah proses memberi susu pada bayi atau anak kecil dengan
ASI dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapat dan
menelan susu. Bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri/ wanita lain. ASI juga dapat
diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain. Pemerintah dan organisasi
internasional sepakat untuk mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik
untuk pemberian gizi bayi setidaknya tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi.
Secara ringkas, keuntungan dari ASI dan menyusui yaitu ASI zat gizinya
lengkap, mudah dicerna dan diserap, melindungi dari infeksi, biaya lebih rendah,
membantu bonding dan perkembangan, dapat menunda kehamilan, dan
melindungi kesehatan ibu.

Gambar 1. Ringkasan perbedaan dari berbagai jenis susu (Kemenkes, 2017)


Di dalam payudara terdapat alveoli, yang berbentuk kantong-kantong sangat
kecil dari sel-sel pembuat ASI. Hormon prolaktin membuat sel-sel alveoli tersebut
memproduksi ASI. Pada masa kehamilan tingkat prolaktin yang tinggi tidak
membuat sel-sel memproduksi ASI, karena di hambat oleh hormon progesteron.
Setelah melahirkan kadar progesteron menurun dan prolaktin mulai dapat bekerja.
Ini membuat produksi ASI meningkat setelah melahirkan.
Ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik dari puting dikirim ke otak.
Sehingga bagian belakang kelenjar pituitari di dasar otak mengeluarkan hormon
oksitosin. Oksitosin masuk ke darah menuju payudara, dan merangsang sel-sel
otot sekeliling alveoli berkontraksi. Kontraksi membuat ASI yang telah terkumpul
di alveoli mengalir sepanjang duktus menuju ke puting. Kadang ASI mengalir
keluar payudara. Inilah refleks oksitosin, atau refleks pengaliran ASI.
Refleks oksitosin dapat dipancing dengan hal positif seperti membayangkan
bayi dengan kasih sayang, suara bayi, melihat bayi, dan sang ibu juga harus
percaya diri. Sedangkan yang menghambat refleks ini yaitu perasaan negatif
seperti cemas, stress, rasa sakit, dan ragu.
Pengaliran ASI juga dipengaruhi oleh pelekatan bayi dan payudara ibu.
pelekatan yang kurang baik dapat membuat seorang ibu tampak seolah-olah tidak
menghasilkan cukup ASI. Bila ini berlanjut, payudaranya mungkin akan benar-
benar menghasilkan ASI lebih sedikit. Pada keadaan lain dapat mengakibatkan
kenaikan berat badan bayi yang kurang atau kegagalan menyusui. Penyebab
pelekatan yang kurang baik di antaranya penggunaan botol, ibu tidak
berpengalaman, kesulitan fungsional, dan kurang bantuan yang terampil.
Dengan penjelasan singkat di atas, perlu adanya bimbingan/ edukasi kepada
ibu menyusui supaya diketahui dasar-dasar menyusui yang baik. Karena
berdasarkan data Riskesdas pada 2013, menunjukkan bahwa cakupan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan hanya 30,2% (Kemenkes, 2013). Edukasi
ini dapat diberikan oleh konselor yang memiliki kemampuan konseling ASI agar
dapat melakukan konseling secara efektif.
Pengetahuan minimal yang harus dimiliki konselor menyusi yaitu tentang
cara pelekatan yang baik dan tanda-tanda menyusui yang efektif. Pelekatan baik
jika ada lebih banyak areola di atas mulut bayi daripada di bawahnya, mulut bayi
terbuka lebar, bibir bawah bayi terputar keluar, dan dagu bayi menyentuh
payudara. Sedangkan tanda-tanda menyusu efektif yaitu bayi melakukan isapan
lambat dan dalam, bayi berhenti sesaat dan menunggu sampai saluran ASI terisi
lagi, bayi akan mengambil beberapa kali isapan cepat untuk memulai aliran ASI,
bayi mengisap lebih dalam dan lambat kembali setelah ASI mengalir, dapat dilihat
dan didengar suara menelan bayi, dan pipi bayi membulat.
Terdapat panduan bagi konselor untuk membantu ibu mengatur posisi
menyusui. Adapun panduannya sebagai berikut:
1. Beri salam pada ibu dan tanyakan bagaimana menyusuinya.
2. Nilailah kegiatan menyusuinya.
3. Jelaskan apa yang mungkin bisa membantu, dan tanyakan apakah Ibu
menghendaki kita menunjukkannya.
4. Pastikan ibu merasa nyaman dan santai, baik dalam posisi duduk atau
berbaring.
5. Duduklah dengan posisi yang nyaman dan sopan.
6. Jelaskan cara memegang bayinya, dan tunjukkan pada ibu dengan boneka.
Empat butir kunci memegang bayi yaitu kepala dan badan bayi lurus, badan
bayi dekat dengan badan ibu, menopang seluruh tubuh bayi, dan wajah bayi
menghadap payudara ibu dengan hidung bayi menghadap puting ibu.
7. Tunjukkan ibu cara menyangga payudaranya yaitu jari-jari diletakkan pada
dinding dada di bawah payudara, jari telunjuk menyangga payudara, dan ibu
jari di atas payudara. Jari-jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan puting.
8. Jelaskan atau tunjukkan pada ibu cara membantu bayi melekat yaitu sentuh
bibir bayi dengan putingnya, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan
gerakkan dengan cepat bayi ke payudara ibu, arahkan bibir bawah bayi di
bawah puting.
9. Perhatikan bagaimana respon ibu dan tanyakan bagaimana rasanya menyusui
bayinya sekarang.
10. Carilah tanda-tanda pelekatan yang baik. Jika pelekatan tidak baik, coba lagi.
11. Tunjukkan pada ibu cara memegang bayi dengan posisi lain yang mungkin
lebih mudah dan nyaman.
Selain menyusui langsung, ASI juga dapat diperah untuk kondisi tertentu.
ASI dapat diperah dengan menggunakan tangan (manual) atau pompa elektrik.
Memerah ASI dengan tangan adalah cara paling bermanfaat. Cara ini tidak perlu
peralatan, jadi ibu dapat melakukannya di mana saja dan kapan saja. Seorang ibu
hendaknya memerah ASI-nya sendiri.

Gambar 2. Cara Memerah ASI


Untuk menyimpan ASI perah sendiri diperlukan wadah untuk menampung,
seperti plastik bersih atau gelas dengan tutup rapat dan lemari es untuk
menyimpan ASI dalam jangka waktu yang lama. Adapun cara lain untuk
memerah ASI yaitu menggunakan pompa karet, tetapi cara tersebut tidak terlalu
dianjurkan karena pompa sukar dibersihkan dan tidak efisien.
Setelah menyampaikan edukasi tersebut, konselor dapat mengkaji riwayat
menyusui ibu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sapa ibu dan perkenalkan diri sendiri.
2. Gunakan selalu nama ibu dan nama bayi (jika ada).
3. Mintalah ibu menceritakan tentang dirinya dan bayinya dengan caranya
sendiri.
4. Lihat Kartu Menuju Sehat Anak (KMS).
5. Ajukan pertanyaan terpenting (gunakan FORMULIR KAJIAN RIWAYAT
MENYUSUI).
6. Hindari ucapan yang bersifat mengkritik.
7. Usahakan tidak mengulang pertanyaan.
8. Luangkan waktu untuk mempelajari hal-hal yang sulit dan sensitif.

Anda mungkin juga menyukai