Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KMB II

PEMBERIAN OBAT TETES MATA DAN SALEP MATA

Dosen Pengampu: Ni Putu Sumartini, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Dian Rizki Tri Handayani (P07120421050)
2. Fitratunnisa (P07120421057)
3. Lisa Loria Susila Madani (P07120421067)
4. M. Hadi Purnomo (P07120421072)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas segala rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pemberian Obat Tetes
Mata Dan Salep Mata” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
pengikut–pengikutnya sampai akhir zaman.
Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan

Mataram, 10 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
A. Pengertian Pemberian Obat Melalui Mata .................................................................. 6
B. Barier Bola Mata ......................................................................................................... 6
C. Rute Pemberian Obat Melalui Mata ............................................................................ 7
D. Mekanisme Kerja Obat Pada Mata.............................................................................. 9
E. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat ..................................................................... 9
F. Indikasi ...................................................................................................................... 10
G. Kontraindikasi ........................................................................................................... 10
H. Efek Samping ............................................................................................................ 10
CEKLIST PEMBERIAN OBAT TETES MATA ............................................................... 11
CEKLIST PEMBERIAN SALEP MATA ........................................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17
A. Kesimpulan................................................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal
sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan pertahanan
terhadap terhadap infeksi karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat
menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari
mata (Muzakkar, 2007).
Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita
memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Dalam
pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan
pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja
tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata (Lukas, 2006)
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan
bola mata. Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya
sebanding dengan NaCl 0,9%. Larutan obat mata mempunyai mata mempunyai pH
yang sama dengan air dengan air mata yaitu mata yaitu 4,4 dan bebas dari partikel
asing.
Penggunaan tetes pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan
setelah tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi
kontaminasi dengan bebas (Muzakkar, 2007).
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata yang mengandung basis,
dimana pembuatan sediaan salep mata dilakukan dengan menambahkan bahan obat
sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril yang termikronisasi dalam dasar salep
steril yang hasil akhirnya dimasukkan secara aseptis dalam tube steril salep yang
disterilkan dengan cara yang cocok (Ditjen POM, 1979).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur melakukan pemberian obat melalui mata?
2. Apa saja rute pemberian obat melalui mata?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui mata?
4. Apa efek samping pemberian obat melalui mata
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur melakukan pemberian obat melalui mata
2. Untuk mengetahui rute pemberian obat melalui mata
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui mata
4. Untuk mengetahui efek samping pemberian obat melalui mata
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian Obat Melalui Mata


Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan
salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas, misalnya air mata buatan dan
vasokonstrikstor. Obat mata untuk: mendilatasi pupil, pemeriksaan struktur internal
mata, melemahkan otot lensa, pengukuran refraksi lensa, menghilangkan iritasi lokal,
mengobati gangguan mata, meminyaki kornea dan konjungtiva.
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan salep/obat salep mata yang dikemas
dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan
responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang
rendah misalnya 2%. Pemberian obat pada setiap segmen memiliki tantangan
tersendiri karena adanya perbedaan barier dalam penyerapan obat. Barier tersebut
terdiri dari lapisan air mata, konjungtiva, kornea, sklera, sawar darah akuos, dan
sawar darah retina.
Pemberian obat pada mata dibagi menjadi topikal, lokal, dan sistemik.
Pemberian obat mata secara sistemik memiliki hambatan untuk mencapai target
jaringan. Pemberian obat topikal dan injeksi lokal merupakan rute pemberian obat
terbaik karena obat dapat langsung menuju target jaringan.
Sangatlah penting untuk diingat bahwa seluruh obat-obatan termasuk tetes
mata memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh tetes
mata bersifat lokal, artinya hanya berefek pada mata saja. Seperti mata merah, iritasi,
dan penglihatan yang kabur. Sebagian besar bahan medikasi pada tetes mata dapat
tertinggal di dalam atau di sekitar mata. Tetapi dalam jumlah kecil, dapat juga
berefek pada tubuh (American Academy of Ophthalmology, 2011).

B. Barier Bola Mata


Obat mata dapat diberikan ke dalam mata melalui rute segmen anterior dan
segmen posterior bergantung dari lokasi target obat yang dituju. Setiap lapisan
jaringan mata mempunyai karakteristik khusus dan menjadi barier yang berbeda
dalam pemberian obat. Segmen anterior terdiri dari konjungtiva, kornea, iris, badan
siliar, bilik mata sedangkan segmen posterior terdiri dari badan vitreus, sklera,
koroid, dan retina.
Konjungtiva adalah selaput tipis bening yang menutupi sklera. Konjungtiva
melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata yang terdiri dari epitel berlapis tidak
berkeratin dan sel goblet.
Kornea adalah jaringan avaskular yang transparan dan jernih. Kornea terdiri
dari lima lapisan yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, dan
endotel yang berada paling dalam.
Sawar darah retina adalah barier fisiologis yang mengatur aliran ion, protein,
dan air ke dalam atau ke luar retina. Sawar darah retina mencegah masuknya
makromolekul atau zat berbahaya lainnya ke dalam retina. Sawar darah retina
memliki permeabilitas yang terbatas antara darah dan retina. Sawar darah retina
terdiri dari dua tingkat yaitu selendotel kapiler retina dan sel epitel pigmen retina.
Sawar darah retina terdiri dari dua jenis yaitu bagian dalam dan bagian luar sawar
darah retina. Barier ini memiliki kesamaan dengan sawar darah otak, apabila
mengalami gangguan maka penglihatan akan terganggu.

C. Rute Pemberian Obat Melalui Mata


1. Topikal
Pemberian obat mata topikal dapat berupa obat tetes mata dan salep mata.
Tetes mata merupakan rute pemberian topikal yang banyak digunakan. Rute
pemberian topikal memberikan konsentrasi maksimal pada segmen anterior mata
dengan meminimalkan toksisitas sistemik.
Peningkatan jumlah obat tetes mata tidak akan memberikan jumlah obat lebih
banyak ke mata tetapi meningkatkan kemungkinan efek samping sistemik.
Obat topikal dapat menembus segmen anterior setelah melewati membran sel
hidrofobik di epitel kornea, kemudian melewati stroma hidrofilik, dan terakhir
melalui membran sel hidrofobik di endotelium kornea.
Tetes mata tersedia sebagai larutan atau suspensi air dan lipid. Larutan adalah
campuran yang besifat homogen antara molekul, atom, atau ion dari dua zat.
Suspensi adalah campuran yang bersifat heterogen dan media terdispersi dalam
cairan. Sediaan suspensi memiliki sifat lebih penetrasi terhadap kornea
dibandingkan dengan sediaan larutan.
Penggunaan salep mata meningkatkan waktu kontak obat mata. Salep
berbahan dasar dari minyak mineral dan petrolatum. Minyak mineral
menyebabkan salep meleleh pada suhu tubuh. Kedua bahan tersebut juga
merupakan pelarut lipid yang efektif. Formulasi dapat ditoleransi dengan baik
dan aman, namun dapat menyebabkan penglihatan kabur dan pada mata.
Penggunaan obat salep mata disarankan diberikan pada malam hari.
2. Lokal
Injeksi subkonjungtiva atau subtenon dapat melewati hambatan epitel
konjungtiva dan kornea sehingga mudah diserap ke jaringan intraokular. Injeksi
subkonjungtiva, subtenon, dan retrobulbar dapat mencapai tingkat terapeutik di
daerah target yang dituju. Injeksi subkonjungtiva menyuntikan jarum diantara
konjungtiva dan kapsul Tenon.
Kapsul Tenon adalah barier lipofilik sehingga apabila obat hidrofilik
disuntikkan ke dalam ruang subtenon, obat tersebut dapat menembus jaringan
intraokular lebih cepat dibandingkan dengan topikal. Injeksi subtenon memiliki
risiko perforasi risiko perforasi lebih besar dibandingkan injeksi subkonjungtiva.
Injeksi retrobulbar biasanya dilakukan untuk anestesi bola mata pada operasi
katarak.
Injeksi intraokular adalah teknik menyuntikan obat secara langsung ke dalam
mata seperti intrastromal di lapisan stroma kornea, intrakameral di bilik mata
depan, dan intravitreal di rongga vitreus.
Keuntungan dari injeksi intraokular adalah memperpendek jarak yang
dibutuhkan obat untuk berdifusi sehingga meningkatkan konsentrasi obat dan
mengurangi efek samping sistemik.
Kekurangan dari injeksi intraokuler adalah memiliki sifat invasif sehingga
suntikan berulang dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan vitreus,
ablasi retina, dan endoftalmitis.
Pemberian injeksi intraokular harus dihindari dari obat dengan bahan
pengawet dan dosis berlebih sehingga jaringan mata terlindung dari toksisitas.
Tindakan aseptik harus dilakukan sebelum penyuntikan untuk mencegah
terjadinya infeksi. Injeksi antibiotik intrakameral pada akhir operasi katarak
dapat mencegah endoftalmitis.
Injeksi intravitreal merupakan jenis tindakan yang paling sering dilakukan
pada intraokular. Retinopati diabetik, degenerasi makula, dan endoftalmitis dapat
di lakukan penyuntikan intravitreal sebagai terapi.
3. Sistemik
Pemberian obat sistemik dapat berupa peroral atau injeksi intravena. Semua
bentuk pemberian obat oral akan mengalami proses absorpsi. Injeksi intravena
memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan dengan oral.
Obat oral akan diabsorpsi oleh saluran pencernaan dan mengalami
metabolisme di hati, sehingga konsentrasi obat yang sampai ke mata akan
minimal.
Pemberian obat sistemik agar mencapai dosis terapeutik diperlukan
konsentrasi obat yang relatif tinggi dalam plasma darah untuk mencapai dosis
yang efektif di dalam mata. Barier pemberian obat sistemik terdapat di saluran
pembuluh darah endotel di retina. Obat dengan kandungan lipid yang tinggi lebih
mudah menembus sawar darah mata. Kloramfenikol memiliki kelarutan tinggi
dalam lemak sehingga dapat menembus sawar darah 20 kali lebih baik daripada
penisilin.

D. Mekanisme Kerja Obat Pada Mata


Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat
tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan
cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan
otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat


1. Perbedaan genetik
a. Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat.
b. Pola metabolik dalam keluarga seringkali sama, faktor genetik menentukan
apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian
obat, akibatnya anggota keluarga sensitive terhadap obat.
2. Variabel fisiolgis
a. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat
tertentu.
b. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua
senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama.
c. Usia berdampak langsung pada kerja obat.
d. Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan memengaruhi
responterhadap terapi obat.
3. Kondisi lingkungan
a. Stres fisik dan emosi yang berat
b. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan
aktivitas enzim.
c. Panas dan dingin.
d. Klien yang dirawat diisolasi, dan diberi obat analgesik memperoleh efek
lebih kecil dibanding klien yang di ruang biasa.
4. Faktor psikologis
a. Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau
pengaruh keluarga.
b. Obat seringkali memberi rasa aman.
c. Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan
pada respon klien terhadap pengobatan.
5. Diet
a. Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient.
b. Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.

F. Indikasi
1. Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang disebabkan debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
2. Antiseptik dan anti infeksi.
3. Radang atau alergi mata.

G. Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh
digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan
anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.

H. Efek Samping
Pemberian Obat Melalui Mata Evaluasi tindakan: efek samping obat tetes dan
salep untuk mata adalah:
1. Penglihatan kabur
2. Nyeri pada mata
3. Iritasi atau infeksi mata, sakit kepala, Alergi kontak
CEKLIST PEMBERIAN OBAT TETES MATA

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Definisi:
Memberikan obat pada mata dalam bentuk cairan
Tujuan:
1. Mengobati gangguan mata
2. Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
3. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
4. Mencegah kekeringan pada mata
Indikasi:
1. Mata merah
2. Infeksi
3. Radang atau alergi
4. Post operasi
Kontraindikasi: -
Persiapan alat
1. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
2. Kartu atau formulir obat
3. Bola kapas atau tisu
4. Baskom cuci dengan air hangat
5. Penutup mata (bila diperlukan)
6. Sarung tangan
Persiapan pasien:
1. Identifikasi klien untuk meyakinkan tindakan dilakukan pada klien
yang tepat
2. Jelaskan tujuan prosedur dan rasional tindakan (inform concent)
3. Jelaskan posisi, waktu yang dibutuhkan dan beberapa
ketidaknyamanan dan efek samping
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat alat
Tahap orientasi:
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu
5. Memposisikan pasien senyaman mungkin
6. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga
8. Dekatkan alat
9. Jaga privasi klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap kerja:
1. Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat,
dosis, waktu pemberian dan rute obat.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien
langsung
4. Jelaskan prosedur pemberian obat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantungdalam, basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang
telah mengering dansulit di buang dengan memakai lap basah atau
bola kapas mata selama beberapa menit. Selalu membersihkan dari
bagian dalam ke luar kantus
7. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas
tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
8. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan
tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
orbita
9. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
10. Teteskan obat tetes mata, dengan cara:
a. Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang
penetes mata atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas
sakus konjungtiva
b. Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus
konjungtiva

c. Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh
ke pinggiran luar kelopa mata, ulangi prosedur ini.
d. Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup
mata dengan perlahan.
e. Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik,
lindungi jari anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan
berikan tekana nlembut pada duktus nasolakrimalis pasien
selama 30–60 detik
Tahap terminasi:
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien
Tahap dokumentasi:
1. Mendokumentasikan seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan dan respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
CEKLIST PEMBERIAN SALEP MATA

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Definisi:
Salep mata dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit ataupun selaput
lendir pada bagian mata
Tujuan:
Mengobati gangguan mata
Indikasi:
1. Mata merah
2. Infeksi
3. Radang atau alergi
4. Post operasi
Kontraindikasi:
1. Obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak
boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata
lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan
nasehat dokter.
Persiapan pasien:
1. Identifikasi klien untuk meyakinkan tindakan dilakukan pada
klien yang tepat
2. Jelaskan tujuan prosedur dan rasional tindakan (inform concent)
3. Jelaskan posisi,waktu yang dibutuhkan dan beberapa
ketidaknyamanan dan efek samping
Persiapan alat dan bahan:
1. Masker
2. Handscoon
3. Baki dan alas
4. Bak instrument
5. Pinset anatomis
6. Pinset sirugis
7. Gunting perban
8. Bengkok
9. Kapas
10. Tisu
11. Kasa steril
12. Obat dalam tempatnya berupa salep
13. Kartu obat

Tahap pre interaksi


1. Cuci tangan
2. Siapkan alat alat

Tahap orientasi:
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu
5. Memposisikan pasien senyaman mungkin
6. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga
8. Dekatkan alat
9. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
Tahap kerja:
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat,daya kerja dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien dengan terlentang atau duduk dengan
hiperektensi leher
4. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam
keluar
5. Memasukkan salep mata
6. Minta pasien untuk melihat ke langit langit
7. Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan
tubesehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam
kelopak mata bawah pada konjungtiva
8. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva
dalam.
9. Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan
sirkular menggunakan bola kapas.
10. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan
perlahan dari bagian dalam ke luar
11. Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.
Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada mata
12. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang
sudah dipakai
13. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan
matayang menerima obat (kiri, kanan atau keduanya).
Tahap terminasi:
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien
Tahap dokumentasi:
Mendokumentasikan seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
dan respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak
dalam lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal
sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Pemberian obat pada mata dilakukan
dengan cara meneteskan obat mata ataumengoleskan salep mata. Pemberian obat pada
mata dibagi menjadi topikal, lokal, dan sistemik. Efek samping obat tetes dan salep
yang ditumbulkan bisa berbahaya, yaitu meliputi: Penglihatan kabur, nyeri pada mata,
iritasi atau infeksi mata, sakit kepala, alergi kontak dll.
B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang dapat memberikan efek samping yang tidak
baik jika kita salah menggunkannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik–baiknya tanpa menimbulkan masalah-
masalah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert.1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta; EGC
Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful.2005. Buku Saku Pratikum:Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan Pratik Edisi 1.
Jakarta: EGC
Hidayat, Aaa. Uliyah,Musriful.2008.Konsep Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai