OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri
Dosen Pengampu:
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
A. Pengkajian ................................................................................................. 6
B. Diagnosa .................................................................................................. 8
C. Intervensi................................................................................................... 9
D. Implementasi Dan Evaluasi .................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil
Dengan Serotinus” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas kami
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan serotinus dahulu tidak dianggap sebagai suatu masalah selain bahwa kehamilan
serotinus sering disertai dengan makrosomia dan pelahiran yang sulit. Namun, akhir-akhir ini kehamilan
lewat waktu merupakan suatu masalah yang sering dibicarakan berkaitan dengan angka kematian perinatal
yang meningkat bermakna sehingga mendorong diadakannya intervensi seperti pelahiran atau penelusuran
kesejahteraan janin dalam rahim.(Cunningham, 2001)
Insiden kehamilan serotinus sangat bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan untuk
diagnosis. Frekuensi yang dilaporkan berkisar 4-14% dengan rata-rata sekitar 10%. Sebagai perbandingan,
11% kelahiran hidup di Amerika Serikat adalah kehamilan preterm yang merupakan penyebab kematian
utama dari neonatus, sedangkan kehamilan serotinus sekitar 8%. Dan terdapat kecenderungan bahwa ibu
akan mengalami kehamilan serotinus berulang. Di Norwegia, insiden kehamilan serotinus berturutan
meningkat dari 10% menjadi 27% bila kehamilan pertama adalah serotinus dan menjadi 39% bila terjadi
kehamilan serotinus dua kali berturutan sebelumnya. (Mathai Matthews, 2004)
Saat ini yang menjadi masalah pada kehamilan serotinus adalah kapan dan dengan cara apa akan
dilakukan terminasi pada kehamilan yang serotinus Pada beberapa kasus misalnya tidak bisa dilakukan
pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim, oligohidramnion, (intra uterine growth retardation) IUGR
yang merupakan kehamilan dengan risiko tinggi mungkin dilakukan terminasi kehamilan pada usia
kehamilan yang lebih cepat. Pada kasus lain, ada beberapa pilihan untuk mempertimbangkan kapan
terminasi dilakukan dengan mempertimbangkan umur kehamilan, pemeriksaan serviks, taksiran berat
janin, pertimbangan dari pasien, dan riwayat kehamilan lalu. Pada kehamilan serotinus, morbiditas dan
mortalitas perinatal tidak meningkat pada kehamilan yang diterminasi pada 40-41 minggu, dan menjadi
dua kali lipat bila umur kehamilan lebih dari 42 minggu dan meningkat 6 kali lipat pada umur kehamilan
43 minggu.(Buttler, 2006)
Masalah utama dalam kehamilan serotinus adalah bahwa mortalitas perinatal yang meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan sebelum intervensi yang dilakukan untuk kehamilan yang
melampaui 42 minggu dilakukan. Penelitian di Swedia menunjukkan bahwa mortalitas perinatal meningkat
ketika kehamilan melampaui 41 minggu. Lucas dkk (1965) membandingkan hasil akhir perinatal pada
kehamilan serotinus dan kehamilan yang dilahirkan antara usia gestasi 38-41 minggu, ternyata semua
komponen mortalitas perinatal yaitu kematian antepartum, intrapartum, dan neonatal meningkat pada usia
gestasi 42 minggu dan sesudahnya. Peningkatan yang paling signifikan adalah kematian intrapartum.
(Muray E, 2000).
Tingginya tingkat kejadian serotinus tidak lepas dari berbagai faktor dan sangat berpengaruh terhadap
tingkat mortalitas dan morbiditas seorang ibu, antara lain kurang gizi, penyakit ibu dan infeksi. Selain itu
faktor umur ibu, paritas, pendidikan , sosial ekonomi, umur kehamilan, dapat juga menjadi faktor penting
dalam kontribusi terjadinya serotinus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari serotinus?
2. Apa saja etiologi serotinus?
3. Apa saja manifestasi serotinus?
4. Bagaimana Pemeriksaan penunjang serotinus?
5. Bagaimana Penatalaksanaan serotinus?
6. Bagaimana konsep askep dan askep pada serotinus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami pengertian dari serotinus
2. Mampu memahami etiologi serotinus
3. Mampu memahami manifestasi serotinus
4. Mampu memahami Pemeriksaan penunjang serotinus
5. Mampu memahami Penatalaksanaan serotinus
6. Mampu memahami konsep askep dan askep pada serotinus
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian
Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus
Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan jelas, namun
diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Masalah ibu:
a. Cervix belum matang
b. Kecemasan ibu
c. Persalinan traumatis
d. Hormonal
e. Factor herediter
2. Masalah bayi:
a. Kelainan pertumbuhan janin
b. Oligohidramnion.
C.Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan
plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi
darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan
penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin
D. Manifestasi Klinis
1. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif
kurang dari 10x / menit.
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum ( kehijuan di
kulit.
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit dan
tali pusat.
3. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
4. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
5. Rambut kepala lebih tebal.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
2. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
3. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
4. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
5. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
6. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
7. Pemeriksaan sitologi vagina.
G. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring
janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah
matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan
bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi
cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih
peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi
plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama
dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi,
hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan partus macet
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan ekstrauterin
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana keperawatan
keperawatan Intervensi Rasional
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
No. Register :-
1. Biodata
Nama Klien : Ibu S. Nama Suami : Bpk. S
Penghasilan :- Penghasilan :-
2) Riwayat mentruasi
Riwayat menstruasi :
ANALISA DATA
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
No Implementasi Evaluasi
1. 1. mengkaji nyeri dan S : pasien mengatakan rasa nyerinya
ketidaknyamanan berkurang sedikit
(frekuensi,
durasi, intensitas, dan gambaran O : pasien masih meringis menahan sakit
saat ekstremitasnya digerakkan
ketidaknyamanan)
A : masalah teratasi sebagian
2. mengkaji tentang metode pereda P : lanjutkan intervensi nomor 1,5,6
nyeri yang diketahui dan dialami
menjelaskan dan mendorong
pasien untuk melakukan
melakukan perubahan posisi
senyaman mungkin untuk
mengurangi nyeri
2 1. mengidentifikasi tingkat S : pasien mengatakan ingin cepat pulang
kecemasan dari rumah sakit
2. mengobservasi tingkah laku yang O : pasien masih tampak gelisah
menunjukkan tingkat ansietas
A : masalah teratasi sebagian
3. Telah berkomunikasi dengan
P : lanjutkan intervensi nomor 5,6,7
pasien dengan kalimat yang
singkat dengan kata yang
sederhana
4. mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi
menganjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Melalui makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca semua, kita sebagai
petugas kesehatan agar dapat mengurangi angka kehamilan postterm pada ibu hamil. Ada
banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi angka kehamilan posttermmisalnya
dengan cara member tahu ibu hamil untuk selalu mengontrol kehamilannya, melakukan
pemantauan yang baik terhadap ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
http:/ /asuhan-kebidanan-kehamilan-serotinus.html
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri
Dosen Pengampu:
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan
Atonia uteri ” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas kami diberikan
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi
karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut
miometrium tidak berkontraksi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Atonia Uteri itu ?
2. Apakah penyebab terjadinya Atonia Uteri ?
3. Apa yang menjadi tanda dan gejala Atonia Uteri ?
4. Bagaimana pencegahan Atonia Uteri ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Atonia Uteri ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Atonia Uteri
2. Mengetahui penyebab terjadinya Atonia Uteri
3. Mengerti tanda dan gejala dari Atonia Uteri
4. Mengetahui cara mencegah Atonia Uteri
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Atonia Uteri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan
Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).
E.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Biodata :
a) Nama pasien: untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya.
b) Umur : untuk menentukan apakah ibu itu beresiko atau tidak, biasanya atonia uteri ini
terjadi pada usia <20 tahun karena alat reproduksi belum matang dan > 35 tahun
karena ditakuti terjadinya perdarahan postpartum
c) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya, tanda dan
gejala atonia uteri
d) Pekerjaan : untuk menilai status ekonomi dan status gizi ibu
e) Alamat : untuk mempermudah menghubungi keluarga jika terjadi sesuatu terhadap
ibu
2) Keluhan
a) Alasan mengapa klien tersebut datang kerumah sakit dan apa yang dirasakan klien
b) Biasanya yang ditemui pada atonia uteri ibu mengeluh pusing,gelisah, berkeringat/
kulit terasa dingin
3. Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama kawin
baru hamil. Biasanya pada perkawinan usia terlalu mudadan terlalu tua (<20 tahun
dan > 35 tahun) dapat meningkatkan faktor resiko atonia uteri
4. Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan taksiran persalinan,
siklus,lama,banyaknya, bau,warna dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat
haid pertama kalinya.
5. Riwayat obstetric yang lalu
a) Kehamilan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami mual,muntah, atau
perdarahan.
b) kemungkinan klien pernah mengalami hamil kembar (gemeli) pada multiparitas,
apalagi bila jaraknya singkat. Ini bisa membuat kontraksi uterus tidak baik, sehingga
uterus tidak berkontraksi dan lembek
6. Riwayat kehamilan sekarang
a) Ibu merasakan gerakan janin secara teratur
b) Ibu memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan, mendapatkan imunisasi
TT,dan tablet Fe
c) Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
7. Riwayat kontrasepsi
·untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi serta
menanyakan jarak antara penghentian pemakaian kontrasepsi dengan
kehamilan,karena saat penghentian kontrasepsi kadar hormon gonadotropin lebih
meningkat.
8. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu :untuk mengetahui apakah klien pernah menderita
penyakit jantung, DM, hipertensi, dan penyakit lainnya.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Kemungkinan ditemukan keadaan umum klien, yang mencakup kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum klien.
2) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
b) Palpasi
Saat dilakukan palpasi teraba uterus lunak,lembek, dan fundus uteri naik dan
tidak berkontraksi
3) Auskultasi tidak di lakukan
4) Perkusi tidak dilakukan
2. Pemerikasaan Fisik
1. Muka : pucat
2. Mata : anemis
3. Mulut + bibir : mukosa bibir kering atau pucat
4. Dada : ada retraksi dada
5. Abdomen : uterus tidak berkontraksi dan lembek
6. Genetalia : terdapat perdarahan segar dan banyak
7. Ekstremitas: akral dingin
3. Pemerikasaan Penunjang
1. Darah lengkap untuk mengetahui kondisi pasien secara detail dan menentukan terapi
yang dibutuhkan
2. Dari pemeriksaan USG terdapat sisa-sisa kehamilan
5. Implementasi ( Penatalaksanaan )
Langkah-langkah penatalaksanaan :
1. Lakukan masase pada fundus uteri segera setelah placenta lahir.
2. Mengeluarkan semua darah beku atau selaput yang menyumbat jalan lahir (uterus).
3. Lakukan kompresi bimanual interna 1 – 2 menit, jika tak berkontraksi lanjutnya sampai
dengan 5 menit.
4. Jika uterus sudah berkontraksi tarik tangan keluar. Observasi tiap 5 menit.
5. Jika uterus tak berkontraksi setelah 5 menit suruh anggota keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal.
6. Berikan Matergin 0,2 mg IM jika tidak hipertensi. Infus RL + 20 iu Oksitoksin.
7. Jika atonia uteri tidak teratasi setelah enam langkah pertama lanjutkan kompresi
bimanual interna.
8. Rujuk segera ke RS.
9. Teruskan cairan i.v. hingga ibu mencapai tempat.
6. Evalusi
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Terjadi kontraksi uterus
c. Tanda-tanda vital normal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau uterus tidak
berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi placenta
tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
Beberapa faktor penyebab atonia uteri yaitu;
1. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan
termasuk polihydramnion, kehamilan gemeli dan janin besar (makrosomia).
2. Kala I dan/atau II persalinan yang memanjang.
3. Persalinan cepat.
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
5. Infeksi intra partum
6. Multiparitas tinggi atau grandemultipara.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri
Dosen Pengampu:
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil Dengan Distosia” tepat pada waktunya. Penulisan makalah
ini merupakan tugas kami diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas di
Poltekkes Kemenkes Jambi
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan
kita bersama.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari distosia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari distosia
3. Untuk memahami etiologi dari distosia
4. Untuk memahami manifestasi klinis dari distosia
5. Untuk mengetahui komplikasi dari distosia
6. mengidentifikasi penatalaksanaan medis dan keperawatan distosia
7. mengidentifikasi Konsep asuhan keperawatan distosia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Distosia
1. Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena
terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P
(power,passage,passenger).(manuaba,1998).
2. Menurut rustam mochtar,1998 adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.
3. Secara harfiah diartikan sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat (Al-fathdry,2002).
B. Klasifikasi distosia
C. Etiologi Distosia
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Distosia karena kelainan presentasi
malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi
adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama
2. Distosia karena kelainan posisi janin
a. letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim relative kurang
lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative besar,hidramion anak
mudah bergerak,plasenta previa Karena mengahalangi turunnya kepala kedalam
pintu atas panggul,bentuk rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti
amemsefalus dan hidrosefalus (obsteri patologi;134)
b. letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD,
hidrosefalus,ansefalus,plasenta previa,dan tumor pelvis ,janin mudah bergerak
karena hidramion,multiparitas,pertumbuhan janin terhambat, atau janin
mati,gemeli, kelainan uterus,lumbar skoliosis, monster, pelvic kidney,dan
kandung kemih serta rectum penuh.
3. Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering
dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan ,salah pimpinan
persalinan pada kala II atau salah pemberian obat seperti oksitosin dan obat
penenang.
4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau keabnormalan saluran
reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau pengeluaran janin
5. Distosia karena kelainan janin
a. Bayi besar
1) Diabetes mellitus
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir mencapai
4000-5000 gram atau lebih
2) Keturunan
Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar
3) Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,maka ia
berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan makrosomia
dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia
karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahirv berikitnya bertambah
sekitar 80-120 gr.
b. Hydrosefalus
Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat absorpsi dalam
ruang subaraknoid.
c. Anensefalus
Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur ibu,factor
hormonal.
d. Kembar siam
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak
sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD 1998).
e. Gawat janin
1) Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta
dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang berlebihan,dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin,hipotensi ibu,kompresi
venakava,posisi terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta
previa.
2) Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus plasenta
dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi,
3) Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami
hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami toleransi glukosa
terganggu,dan dan seringkali disertai hipoksia.
4) Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi
(penekanan)tali pusat.
C. Manifestasi Klinis
D. Komplikasi
Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi antara
lain
1. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara
kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan
terjadinya fistula karena nekrosis pada jalan lahir
2. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami hipoksia
dan perdarahan
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta
passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat
dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur,morfin(15
mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari
persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau kembali,berupa perangsangan
dengan oksitosin.
b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan
tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal distress.
Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti
hipotonik.
c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan
untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh
pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,
malpresentasi
2. Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
3. Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis
1. Pengkajian
a. Data Klinis: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, RM, dll
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin
(lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi,
anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat
kembar dll
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi dan pre eklamsi.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis
3) Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
4) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi
dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya
anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/
tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
5) Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/
servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan,
biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta
previa
6) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul
dan kelainan tulang belakang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d hipermetabolik, peningkatan
kehilangan cairan
b. Kerusakan Pertukaran Gas resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan
kontraksi uterus yang lama
c. Resiko Cedera tinggi terhadap janin berhubungan dengan hipoksia jaringan,
penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.
3. Intervensi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his
yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga menghambat kelancaran persalinan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA