Anda di halaman 1dari 48

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN SEROTINUS

OLEH :

KELOMPOK 3

1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri

Dosen Pengampu:

Ernawati, SKp, M.Kep

PROGRAM STUDI FROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 2


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

A. Pengertian Serotinus ................................................................................. 3


B. Patofisiologi Serotinus .............................................................................. 3
C. Manifestasi Serotinus ............................................................................... 4
D. Pemeriksaan Penunjang Serotinus ............................................................ 4
E. Penatalaksanaan Serotinus ........................................................................ 4
F. Konsep Asuhan Kepewatan Serotinus ...................................................... 5

BAB III TINJAUN KASUS ................................................................................... 6

A. Pengkajian ................................................................................................. 6
B. Diagnosa .................................................................................................. 8
C. Intervensi................................................................................................... 9
D. Implementasi Dan Evaluasi .................................................................... 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil

Dengan Serotinus” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas kami

diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas di Poltekkes Kemenkes Jambi

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Jambi, Agustus 2020

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan serotinus dahulu tidak dianggap sebagai suatu masalah selain bahwa kehamilan
serotinus sering disertai dengan makrosomia dan pelahiran yang sulit. Namun, akhir-akhir ini kehamilan
lewat waktu merupakan suatu masalah yang sering dibicarakan berkaitan dengan angka kematian perinatal
yang meningkat bermakna sehingga mendorong diadakannya intervensi seperti pelahiran atau penelusuran
kesejahteraan janin dalam rahim.(Cunningham, 2001)
Insiden kehamilan serotinus sangat bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan untuk
diagnosis. Frekuensi yang dilaporkan berkisar 4-14% dengan rata-rata sekitar 10%. Sebagai perbandingan,
11% kelahiran hidup di Amerika Serikat adalah kehamilan preterm yang merupakan penyebab kematian
utama dari neonatus, sedangkan kehamilan serotinus sekitar 8%. Dan terdapat kecenderungan bahwa ibu
akan mengalami kehamilan serotinus berulang. Di Norwegia, insiden kehamilan serotinus berturutan
meningkat dari 10% menjadi 27% bila kehamilan pertama adalah serotinus dan menjadi 39% bila terjadi
kehamilan serotinus dua kali berturutan sebelumnya. (Mathai Matthews, 2004)
Saat ini yang menjadi masalah pada kehamilan serotinus adalah kapan dan dengan cara apa akan
dilakukan terminasi pada kehamilan yang serotinus Pada beberapa kasus misalnya tidak bisa dilakukan
pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim, oligohidramnion, (intra uterine growth retardation) IUGR
yang merupakan kehamilan dengan risiko tinggi mungkin dilakukan terminasi kehamilan pada usia
kehamilan yang lebih cepat. Pada kasus lain, ada beberapa pilihan untuk mempertimbangkan kapan
terminasi dilakukan dengan mempertimbangkan umur kehamilan, pemeriksaan serviks, taksiran berat
janin, pertimbangan dari pasien, dan riwayat kehamilan lalu. Pada kehamilan serotinus, morbiditas dan
mortalitas perinatal tidak meningkat pada kehamilan yang diterminasi pada 40-41 minggu, dan menjadi
dua kali lipat bila umur kehamilan lebih dari 42 minggu dan meningkat 6 kali lipat pada umur kehamilan
43 minggu.(Buttler, 2006)
Masalah utama dalam kehamilan serotinus adalah bahwa mortalitas perinatal yang meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan sebelum intervensi yang dilakukan untuk kehamilan yang
melampaui 42 minggu dilakukan. Penelitian di Swedia menunjukkan bahwa mortalitas perinatal meningkat
ketika kehamilan melampaui 41 minggu. Lucas dkk (1965) membandingkan hasil akhir perinatal pada
kehamilan serotinus dan kehamilan yang dilahirkan antara usia gestasi 38-41 minggu, ternyata semua
komponen mortalitas perinatal yaitu kematian antepartum, intrapartum, dan neonatal meningkat pada usia
gestasi 42 minggu dan sesudahnya. Peningkatan yang paling signifikan adalah kematian intrapartum.
(Muray E, 2000).
Tingginya tingkat kejadian serotinus tidak lepas dari berbagai faktor dan sangat berpengaruh terhadap
tingkat mortalitas dan morbiditas seorang ibu, antara lain kurang gizi, penyakit ibu dan infeksi. Selain itu
faktor umur ibu, paritas, pendidikan , sosial ekonomi, umur kehamilan, dapat juga menjadi faktor penting
dalam kontribusi terjadinya serotinus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari serotinus?
2. Apa saja etiologi serotinus?
3. Apa saja manifestasi serotinus?
4. Bagaimana Pemeriksaan penunjang serotinus?
5. Bagaimana Penatalaksanaan serotinus?
6. Bagaimana konsep askep dan askep pada serotinus ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami pengertian dari serotinus
2. Mampu memahami etiologi serotinus
3. Mampu memahami manifestasi serotinus
4. Mampu memahami Pemeriksaan penunjang serotinus
5. Mampu memahami Penatalaksanaan serotinus
6. Mampu memahami konsep askep dan askep pada serotinus
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian
Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus
Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan jelas, namun
diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Masalah ibu:
a. Cervix belum matang
b. Kecemasan ibu
c. Persalinan traumatis
d. Hormonal
e. Factor herediter
2. Masalah bayi:
a. Kelainan pertumbuhan janin
b. Oligohidramnion.

C.Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan
plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi
darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan
penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin
D. Manifestasi Klinis
1. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif
kurang dari 10x / menit.
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum ( kehijuan di
kulit.
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit dan
tali pusat.
3. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
4. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
5. Rambut kepala lebih tebal.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
2. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
3. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
4. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
5. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
6. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
7. Pemeriksaan sitologi vagina.

G. Penatalaksanaan

a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring
janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah
matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan
bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi
cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih
peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi
plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama
dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi,
hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.

H. Konsep Asuhan Keprawatan serotinus


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat. .
2) Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
3) Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan riwayat
kesehatan keluarga, juga riwayat alergi dan pengobatan.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi (menarce),
siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau
menggumpal, warna darah, dismenorea, flour albus dan untuk mengetahui hari
pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari persalinan.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempat
persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit dalam
bersalinan, jenis kelahiran berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas
yang lalu, keadaan anak sekarang, untuk mengetahui riwayat yang lalu sehingga
bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan
6) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL, berat badan sebelum
dan sekarang, periksa ANC sebelumnya dimana, berapa kali dan keluhannya apa,
suntik TT berapa kali, obat-obatan yang pernah dikonsumsi apa saja, gerakan janin
yang pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan gerakan sekarang kuat atau
lemah, kebiasaan ibu dan keluarga yang berpengaruh negatif terhadap
kehamilannya.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umun
2) Keadaan Umum (KU)
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum.
3) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis (Kesadaran penuh
dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan),
somnolen (kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri
tetapi tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau
rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada).
4) Tanda-tanda Vital (TTV)
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu.
5) Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram (Buku Panduan
Praktik Klinik Kebidanan).
6) Tinggi Badan (TB)
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter, LILA (Lingkar
Lengan Atas)
7) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan pada wajah dan ekstermitas, pada perut apakah ada bekas operasi
atau tidak.
8) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan, yang berguna untuk
memeriksa payudara apakah ada benjolan atau tidak, pemeriksaan abdomen yaitu
memeriksa Leopold I, II, III, dan IV.
9) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil dan kehidupan janin.
DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16 minggu. Dengan dopler DJJ mulai
terdengar usia kehamilan 12 minggu. Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu
120-160x/menit.
10) Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) :
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan penyakit yang
menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya : memeriksa hemoglobin, golongan darah, rubella,
VDRL / RPR dan HIV. Pemeriksaan HIV harus dilakukan persetujuan ibu hamil.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan partus macet
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan ekstrauterin

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana keperawatan
keperawatan Intervensi Rasional

1. Ansietas Diharapkan klien 1. Jelaskan 1. Membantu klien


berhubungan mampu menunjukkan prosedur dan orang terdekat
dengan partus berkurangnya rasa intervensi merasa mudah dan
macet. cemas dan mampu keperawatan lebih nyaman pada
mempertahankan dan tindakan. sekitar kita.
koping yang positif Pertahankan 2. Membantu klien
dengan criteria hasil komunikasi dan orang terdekat
sebagai berikut: terbuka, merasa mudah dan
1. Klien merasa diskusikan lebih nyaman pada
tenang dan dengan klien sekitar kita.
optimis dengan kemungkinan 3. Memungkinkan
persalinannya. efek samping klien untuk
2. Klien dapat dan hasil, merileksasikan
menggunakan pertahankan otot-otot supaya
teknik relaksasi sikap optimis. tidak tegang.
distraksi atau 2. Orientasikan 4. Dapat membantu
napas dalam klien dengan menurunkan
dengan efektif. pasangan pada ansietas dan
3. Menggungkapkan lingkungan merangsang
pemahaman persalinan. identifikasi perilaku
situasi individu 3. Anjurkan koping.
dan kemungkinan tehnik
hasil akhir. relaksasi
4. Klien tampak seperti teknik .
rileks, tanda-tanda distraksi atau
vital dalam batas napas dalam
normal 4. Anjurkan
penggungkapa
TD : 120/80 mmHg n rasa takut
RR : 18-24 x/menit atau masalah.
Nadi: 80-100 x/menit

2. Resiko tinggi Diharapkan klien 1. Pantau tanda- 1. TTV dapat


infeksi mampu menunjukkan tanda vital. berubah karena
berhubungan bebas dari tanda- 2. Tekankan ansietas
dengan jalan tanda infeksi dengan pentingnya 2. Menurunkan
lahir kontak kriteria hasil sebagai cuci tangan resiko yang
terlalu lama berikut: yang baik menyebabkan
dengan 1. Suhu tubuh dan tepat penyebaran
ekstrauteri. normal 36,5-370C 3. Gunakan agen infeksius.
2. Kontaminasi dapat teknik 3. Membantu
diminimalkan. aseptik mencegah
3. Cairan amniotic selama pertumbuhan
jernih, hampir melakukan bakteri,
tidak berwarna pemeriksaan membatasi
dan berbau. vagina (VT). kontaminasi
Pada pemeriksaan 4. Pantau tanda- dari pencapaian
laboratorium jumlah tanda vital ke vagina.
leukosit dalam batas dan nilai 4. Dalam 4 jam
normal yaitu 5000- leukosit setelah
10000 mm3. 5. Pantau dan membrane
gambarkan rupture, insiden
karakteristik korioamnionitis
dari cairan meningkat
amniotic. secara progresif,
ditunjukkan
dengan
perubahan TTV
dan jumlah sel
darah pulih.
5. Pada infeksi
cairan
amnionitik
menjadi lebih
kental dan
kuning pekat
dengan bau
yang tidak
sedap.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Rumah Sakit : dr. Koesnadi

Ruangan : Mawar Kelas III

Tgl/Jam MRS : 4 februari 2013, Pukul. 21.05 WIB

Dx. Medis : Serotinus

No. Register :-

Yang Merujuk : Poli kandungan

Tgl/Jam Pengkajian : 4 februari 2013

1. Biodata
Nama Klien : Ibu S. Nama Suami : Bpk. S

Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun

Suku / Bangsa : Madura Suku / Bangsa : Madura

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam Agama : Islam

Penghasilan :- Penghasilan :-

Gol. Darah :O Gol. Darah :B

Alamat :Tegal Ampel Alamat : Tegal Ampel


2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri perut

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak tadi pagi, kemudian nyeri pinggang
sampai ke perut. Keluar lendir dari kemaluan sehingga pasien periksa ke bidan. Bidan
menyarankan untuk memeriksakan ke poli kandungan di RSU.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah hamil sebelumnya dan melahirkan di rumah bidan. Pasien mengatakan
tidak pernah sakit serius.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan bahwa belum pernah ada anggota keluarga atau sanak saudaranya
yang hamil melebihi waktu perkiraan kelahiran.

e. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal


1) Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi

2) Riwayat mentruasi
Riwayat menstruasi :

 Menarche : usia 13 tahun


 Teratur,satu siklus 28 hari, selama 7 hari, warna merah tua, encer, ganti pembalut 2-3x/hari,
dismenorhoe kadang-kadang.
 HPHT : 02-04-2012
 Usia kehamilan: 42-43 minggu
 TP : 09-01-2013

3) Riwayat kehamilan terdahulu


Pasien pernah hamil sebelumnya. Pasien melahirkan di rumah bidan dan
mengikuti ANC sebanyak lima kali. Saat hamil anak pertama, pasien mengeluh
sering pusing.
4) Riwayat kehamilan sekarang
Pasien merasa nyeri pada pinggang sampai perut, setelah itu pasien merasa nyeri
pada perut di bagian bawah. Pasien mengeluarkan lendir dari kemaluannya. Usia
kehamilan pasien yaitu 42-43 minggu..

5) Riwayat persalinan lalu


Pada persalinan sebelumnya, pasien melahirkan pervaginam namun prematur.
Pasien melahirkan anak laki-laki, namun anak laki-laki pasien meninggal setelah
berusia 6 bulan.

6) Riwayat persalinan sekarang


Pasien melahirkan dengan usia kehamilan 42-43 minggu . Pasien tidak melahirkan
sesuai dengan hari perkiraan lahir. Pada saat persalinan, ketuban pasien pecah
spontan dan berwarna keruh. Pasien pembukaan lengkap dan ada rasa ingin
meneran. Pada pukul 18.30 bayi lahir dengan selamat, bayi segera menagis,
APGAR score 9 , berat badan 3.80, Jenis kelamin perempuan, dan panjang badan
48 cm, kulit kering dan mengelupas (+), kuku panjang (+)

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1 DS : Incisi episiotomi Nyeri akut
1. Klien mengatakan nyeri
pada dibagian anus
2. Klien mengatakan nyeri
pada saat BAK dan merasa
perih pada bagian luka
DO :
1. Pasien tampak memiliki luka
lecet di anus
2. Pasien tampak meringis saat
ekstremitas bawah
digerakkan
3. Anus pasien tampak di jahit
Saat ditanya oleh perawat, skala
nyeri pasien yaitu 4 dari 10
2 DS: perubahan status Ansietas
kesehatan
klien mengatakan takut terjadi
sesuatu terhadap bayinya
karena usia kehamilanya lebih
dari 9 bulan
DO:
1. Pasien tampak cemas dan
gelisah saat ditanya
mengenai kehamilan dan
persalinannya.
Pasien banyak bertanya kepada
perawat tentang kehamilan dan
persalinannya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan incisi episiotomi


2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Rencana Keperawatan


Keperawatan Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Tujuan: Setelah 1. Kaji nyeri dan 1. Untuk mengetahui
berhubungan diberikan asuhan ketidaknyamanan tingkat nyeri pasien
keperawatan 1x24 (frekuensi, durasi, dan
dengan incisi
jam, pasien mampu intensitas, dan ketidaknyamanan
episiotomi mengungkapkan gambaran yang dirasakan
secara verbal dan ketidaknyamanan pasien.
aktual rasa nyerinya 2. Kaji tentang 2. Nyeri persalinan
berkurang atau metode pereda bersifat unik dan
hilang. nyeri yang berbeda-beda tiap
Kriteria Hasil: diketahui dan individu. Respon
Pasien mampu dialami terhadap nyeri
beradaptasi terhadap 3. Kaji faktor yang sangat tergantung
nyerinya dengan dapat menurunkan budaya,
kriteria hasil: toleransi terhadap pengalaman
1. Ekspresi wajah nyeri terdahulu dan serta
berubah dari 4. Kurangi dan dukungan
gelisah menjadi hilangkan faktor emosional
tenang yang meningkatkan termasuk orang
2. Klien tidak nyeri yang diinginkan
mengeluh 5. Jelaskan dan 3. Mengidentifikasi
kesakitan dorong pasien jalan keluar yang
Skala nyeri ringan untuk melakukan harus dilakukan
atau bebas nyeri. metode pereda agar tidak
nyeri yang ada menambah nyeri
seperti relaksasi, pasien
massage, dan 4. Memungkinkan
pemberian posisi. lebih banyak
Kolaborasi: pemberian alternatif yang
obat-obatan analgetik. dimiliki oleh
pasien, oleh karena
dukungan kepada
pasien untuk
mengendalikan rasa
nyerinya
5. Metode relaksasi,
masase, dan
pemberian posisi
dapat mengalihkan
perhatian pasien
sehingga dapat
mengurangi nyeri
6. Dengan beberapa
metode diharapkan
pasien dapat
mengendalikan rasa
nyerinya

2. Ansietas Tujuan: Setelah 1. Identifikasi tingkat 1. Mengetahui


berhubungan dilakukan tindakan kecemasan tingkatan
keperawatan selama 2. Observasi tingkah kecemasan pasien
dengan perubahan
1x24 jam kecemasan laku yang 2. Ansietas ringan
status kesehatan pasien dapat menunjukkan dapat ditunjukkan
berkurang atau tingkat ansietas dengan peka
hilang 3. Bicara singkat rangsang dan
Kriteria Hasil dengan kata yang insomnia
a. Pasien dapat sederhana 3. Rentang perhatian
menyebutkan 4. Dorong pasien mungkin menjadi
penyebab rasa untuk pendek, konsentrasi
cemasnya mengungkapkan berkurang, yang
b. Pasien perasaan, membatasi
tampak ketakutan, dan kemampuan untuk
rileks persepsi mengasimilasi
Pasien 5. Jelaskan informasi informasi
menyatakan mengenai 4. Menggali penyebab
cemasnya diagnosis, kecemasan pasien
berkurang atau
prosedur tindakan, 5. Memberikan
hilang
dan prognosis informasi yang
pada pasien akurat yang dapat
6. Dorong keluarga menurunkan
untuk menemani kesalahan
pasien interpretasi
Kurangi stimulasi 6. Kehadiran
dari luar seseorang yang
berarti dapat
mengurangi
kecemasa
7. Menciptakan
lingkungan yang
terapeutik

D. Implementasi dan Evaluasi

No Implementasi Evaluasi
1. 1. mengkaji nyeri dan S : pasien mengatakan rasa nyerinya
ketidaknyamanan berkurang sedikit
(frekuensi,
durasi, intensitas, dan gambaran O : pasien masih meringis menahan sakit
saat ekstremitasnya digerakkan
ketidaknyamanan)
A : masalah teratasi sebagian
2. mengkaji tentang metode pereda P : lanjutkan intervensi nomor 1,5,6
nyeri yang diketahui dan dialami
menjelaskan dan mendorong
pasien untuk melakukan
melakukan perubahan posisi
senyaman mungkin untuk
mengurangi nyeri
2 1. mengidentifikasi tingkat S : pasien mengatakan ingin cepat pulang
kecemasan dari rumah sakit
2. mengobservasi tingkah laku yang O : pasien masih tampak gelisah
menunjukkan tingkat ansietas
A : masalah teratasi sebagian
3. Telah berkomunikasi dengan
P : lanjutkan intervensi nomor 5,6,7
pasien dengan kalimat yang
singkat dengan kata yang
sederhana
4. mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi
menganjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan posttermdisebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu,


kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extented pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamasturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
di hitungdari hari pertama haid terakhir. Banyak faktor yang menjadi penyebab
terjadinyakehamilan postterm ini diantaranya tidak pasti mengetahui tanggal haid
terakhir,terdapat kelainan congenital anensefalus, terdapat hipoflasi kelenjar adrenal

B. Saran

Melalui makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca semua, kita sebagai
petugas kesehatan agar dapat mengurangi angka kehamilan postterm pada ibu hamil. Ada
banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi angka kehamilan posttermmisalnya
dengan cara member tahu ibu hamil untuk selalu mengontrol kehamilannya, melakukan
pemantauan yang baik terhadap ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
http:/ /asuhan-kebidanan-kehamilan-serotinus.html
KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ATONIA UTERI

OLEH :

KELOMPOK 3

1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri

Dosen Pengampu:

Ernawati, SKp, M.Kep

PROGRAM STUDI FROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2

A. Pengertian Atonia uteri ............................................................................. 2


B. Faktor penyebab atonia uteri ..................................................................... 2
C. Tanda dan gejala atonia uteri .................................................................... 2
D. Cara mencegah atonia uteri ....................................................................... 3
E. Konsep Asuhan Kepewatan atonia uteri ................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8

A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan

Atonia uteri ” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas kami diberikan

dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas di Poltekkes Kemenkes Jambi

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Jambi, Agustus 2020

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi
karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut
miometrium tidak berkontraksi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Atonia Uteri itu ?
2. Apakah penyebab terjadinya Atonia Uteri ?
3. Apa yang menjadi tanda dan gejala Atonia Uteri ?
4. Bagaimana pencegahan Atonia Uteri ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Atonia Uteri ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Atonia Uteri
2. Mengetahui penyebab terjadinya Atonia Uteri
3. Mengerti tanda dan gejala dari Atonia Uteri
4. Mengetahui cara mencegah Atonia Uteri
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Atonia Uteri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan
Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).

B. Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri


Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b. Kehamilan gemelli
c. Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosi
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsi dan
eklamsia
8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat
uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya
belum terlepas dari uterus.

C. Tanda Dan Gejala Atonia Uteri


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada
kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai anti pembeku darah
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainny
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

D. Cara Mencegah Atonia Uteri


Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih
dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif
kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi
darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian
oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus
dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5
unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting
dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin
drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
oksitosin.

E.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Biodata :
a) Nama pasien: untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya.
b) Umur : untuk menentukan apakah ibu itu beresiko atau tidak, biasanya atonia uteri ini
terjadi pada usia <20 tahun karena alat reproduksi belum matang dan > 35 tahun
karena ditakuti terjadinya perdarahan postpartum
c) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya, tanda dan
gejala atonia uteri
d) Pekerjaan : untuk menilai status ekonomi dan status gizi ibu
e) Alamat : untuk mempermudah menghubungi keluarga jika terjadi sesuatu terhadap
ibu
2) Keluhan
a) Alasan mengapa klien tersebut datang kerumah sakit dan apa yang dirasakan klien
b) Biasanya yang ditemui pada atonia uteri ibu mengeluh pusing,gelisah, berkeringat/
kulit terasa dingin
3. Riwayat perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama kawin
baru hamil. Biasanya pada perkawinan usia terlalu mudadan terlalu tua (<20 tahun
dan > 35 tahun) dapat meningkatkan faktor resiko atonia uteri
4. Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan taksiran persalinan,
siklus,lama,banyaknya, bau,warna dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat
haid pertama kalinya.
5. Riwayat obstetric yang lalu
a) Kehamilan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami mual,muntah, atau
perdarahan.
b) kemungkinan klien pernah mengalami hamil kembar (gemeli) pada multiparitas,
apalagi bila jaraknya singkat. Ini bisa membuat kontraksi uterus tidak baik, sehingga
uterus tidak berkontraksi dan lembek
6. Riwayat kehamilan sekarang
a) Ibu merasakan gerakan janin secara teratur
b) Ibu memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan, mendapatkan imunisasi
TT,dan tablet Fe
c) Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
7. Riwayat kontrasepsi
·untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi serta
menanyakan jarak antara penghentian pemakaian kontrasepsi dengan
kehamilan,karena saat penghentian kontrasepsi kadar hormon gonadotropin lebih
meningkat.
8. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu :untuk mengetahui apakah klien pernah menderita
penyakit jantung, DM, hipertensi, dan penyakit lainnya.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Kemungkinan ditemukan keadaan umum klien, yang mencakup kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu, tinggi badan, berat badan dan keadaan umum klien.
2) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
b) Palpasi
Saat dilakukan palpasi teraba uterus lunak,lembek, dan fundus uteri naik dan
tidak berkontraksi
3) Auskultasi tidak di lakukan
4) Perkusi tidak dilakukan
2. Pemerikasaan Fisik
1. Muka : pucat
2. Mata : anemis
3. Mulut + bibir : mukosa bibir kering atau pucat
4. Dada : ada retraksi dada
5. Abdomen : uterus tidak berkontraksi dan lembek
6. Genetalia : terdapat perdarahan segar dan banyak
7. Ekstremitas: akral dingin
3. Pemerikasaan Penunjang
1. Darah lengkap untuk mengetahui kondisi pasien secara detail dan menentukan terapi
yang dibutuhkan
2. Dari pemeriksaan USG terdapat sisa-sisa kehamilan

4. Diagnosis Dan Intervensi


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
Intervensi :
 Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor
penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya laserasi, fragmen plasenta
tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama
lebih dari 5 minggu)
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan
kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
 Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan
bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan
membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
 Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis
pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan
kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan
satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus
selama masase.
 Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar
kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan
pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah
menurun sampai
b. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :
 Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca
partum. Klarifikasi kesalahan koinsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang
kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.
 Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi,
tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini
dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.
 Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon
terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi
ansietas antar pribadi.
 Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi,
memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan
proses pemecahan masalah.
c. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
Intervensi :
 Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri
perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan
abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan.
Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari
hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan
abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya
bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat
terjadi dengan inversio uterus.
 Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat
persepsi ketidaknyamanan.
 Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau
lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta
sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi
hematoma.
 Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.

5. Implementasi ( Penatalaksanaan )
Langkah-langkah penatalaksanaan :
1. Lakukan masase pada fundus uteri segera setelah placenta lahir.
2. Mengeluarkan semua darah beku atau selaput yang menyumbat jalan lahir (uterus).
3. Lakukan kompresi bimanual interna 1 – 2 menit, jika tak berkontraksi lanjutnya sampai
dengan 5 menit.
4. Jika uterus sudah berkontraksi tarik tangan keluar. Observasi tiap 5 menit.
5. Jika uterus tak berkontraksi setelah 5 menit suruh anggota keluarga untuk melakukan
kompresi bimanual eksternal.
6. Berikan Matergin 0,2 mg IM jika tidak hipertensi. Infus RL + 20 iu Oksitoksin.
7. Jika atonia uteri tidak teratasi setelah enam langkah pertama lanjutkan kompresi
bimanual interna.
8. Rujuk segera ke RS.
9. Teruskan cairan i.v. hingga ibu mencapai tempat.

6. Evalusi
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Terjadi kontraksi uterus
c. Tanda-tanda vital normal
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau uterus tidak
berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi placenta
tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
Beberapa faktor penyebab atonia uteri yaitu;
1. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan
termasuk polihydramnion, kehamilan gemeli dan janin besar (makrosomia).
2. Kala I dan/atau II persalinan yang memanjang.
3. Persalinan cepat.
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
5. Infeksi intra partum
6. Multiparitas tinggi atau grandemultipara.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal, Penerbit JNPK – KR, Jakarta, 2002


Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth,
Yayasan Essenta Medika, 1990
KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN DISTOSIA

OLEH :

KELOMPOK 3

1. Ahmad Najib
2. Desi Angraini Nasution
3. Dewi Setiorini
4. Dita Rinasairi
5. Nurul Hidayah
6. Rosalita
7. Wiwi Yanisa
8. Yuliawati Yusri

Dosen Pengampu:

Ernawati, SKp, M.Kep

PROGRAM STUDI FROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

A. Definisi Dari Distosia ............................................................................... 3


B. Klasifikasi Distosia ................................................................................... 3
C. Etiologi Distosia ....................................................................................... 7
D. Manifestasi Klinis Distosia ....................................................................... 7
E. Komplikasi Distosia .................................................................................. 8
F. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan Distosia ................................... 8
G. Konsep Asuhan Keperawatan Distosia ........................................................ 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil Dengan Distosia” tepat pada waktunya. Penulisan makalah
ini merupakan tugas kami diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas di
Poltekkes Kemenkes Jambi
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan
kita bersama.

Jambi, Agustus 2020

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki


karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau
lambat umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan
jalan lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini
untuk seksio sesaria primer. CPD(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari
panggul sempit, ukuran kepala janin yang besar,atau lebih sering kombinasi dari kedua
di atas. Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas
panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari
ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet,outlet dan
midlet,diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang
dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala janin.Panggul sempit disebut-sebut
sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal karena menyebabkan
obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3% dari persalinan.

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri


tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada
ibu dapat berupa partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan
infeksi intrapartum,ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula
vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis,atau fistula rektovaginalis karena tekanan
yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul.Sedangkan bahaya pada janin
dapat berupa meningkatkan kematian perinatal,dan perlukaan pada jaringan di atas
tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis.
Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan sangat membantu
mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan dengan resiko tinggi
persalinan pada distosia.Dimana dengan perencanaan yang tepat akan memberikan hasil
yang lebih baik.
B. Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari distosia ?
2. Apa saja klasifikasi distosia ?
3. Bagaimana etiologi distosia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis distosia ?
5. Apa saja komplikasi distosia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan distosia ?
7. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan dari distosia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari distosia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari distosia
3. Untuk memahami etiologi dari distosia
4. Untuk memahami manifestasi klinis dari distosia
5. Untuk mengetahui komplikasi dari distosia
6. mengidentifikasi penatalaksanaan medis dan keperawatan distosia
7. mengidentifikasi Konsep asuhan keperawatan distosia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Distosia

1. Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena
terjadi penyimpangan dari konsep eutosia 3P
(power,passage,passenger).(manuaba,1998).
2. Menurut rustam mochtar,1998 adalah kesulitan dalam jalannya persalinan.
3. Secara harfiah diartikan sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat (Al-fathdry,2002).

B. Klasifikasi distosia

1. distosia karena kelainan presentasi


malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi
adalah posisi
kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referens,masalah
;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan
partus lama.
Kelainan letak, persentasi atau posisi
a). Posisi oksipitalis posterior persisten
Yaitu persalinan persentasi belakang kepala
b). Presentasi puncak kepala
Bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan bagian terendah
c). Presentasi Muka
Dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan
pada punggung.
d). Presentasi Dahi
Kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga
dahi merupakan bagian terendah
e). Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian
bawah kavum uteri
f). Letak lintang
Sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu tegak lurus atau
mendekati 90 derajat
g). Presentasi Ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai
tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping bokong janin dijumpai
tangan
2. Distosia Kelainan Tenaga dan / His
a. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal. Keadaan
umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)
His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung singkat
tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri) sedangkan
bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena mendapat tekanan
kuat dalam waktu singkat.
c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine contraction.
Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin.
3. Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir
Meliputi alat kelamin luardan dalam,adapun yang bisa mempengaruhi kemajuan
persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut :
a. Pada vulva
1) edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien dibiarkan
mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsungan persalinan.
2) Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan
meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan pada kala
pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang cukup luas.
3) Tumor dalam bentuk neoplasma.
b. Pada vagina
1) Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.
2) Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya janin
perlu dipertimbangkan seksio sesaria
3) Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beresiko
kelancaran persalinan pervaginam.
c. Pada uterus
1) Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan
kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur pada
posisi terlentang.
2) Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang
menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasanya
jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan
fungsi uterus kurang baik.
d. Kelainan pada ovarium
1) Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat
berlangsung normal
2) Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu persalinan dan
persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.

C. Etiologi Distosia
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Distosia karena kelainan presentasi
malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi
adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi
kemungkinan menyebabkan partus lama
2. Distosia karena kelainan posisi janin
a. letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim relative kurang
lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative besar,hidramion anak
mudah bergerak,plasenta previa Karena mengahalangi turunnya kepala kedalam
pintu atas panggul,bentuk rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti
amemsefalus dan hidrosefalus (obsteri patologi;134)
b. letak lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD,
hidrosefalus,ansefalus,plasenta previa,dan tumor pelvis ,janin mudah bergerak
karena hidramion,multiparitas,pertumbuhan janin terhambat, atau janin
mati,gemeli, kelainan uterus,lumbar skoliosis, monster, pelvic kidney,dan
kandung kemih serta rectum penuh.
3. Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering
dijumpai pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan ,salah pimpinan
persalinan pada kala II atau salah pemberian obat seperti oksitosin dan obat
penenang.
4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau keabnormalan saluran
reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau pengeluaran janin
5. Distosia karena kelainan janin
a. Bayi besar
1) Diabetes mellitus
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir mencapai
4000-5000 gram atau lebih
2) Keturunan
Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar
3) Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,maka ia
berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan makrosomia
dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia
karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahirv berikitnya bertambah
sekitar 80-120 gr.
b. Hydrosefalus
Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat absorpsi dalam
ruang subaraknoid.
c. Anensefalus
Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur ibu,factor
hormonal.
d. Kembar siam
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak
sempurna dan terjadi kembar siam (UNPAD 1998).
e. Gawat janin
1) Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta
dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang berlebihan,dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin,hipotensi ibu,kompresi
venakava,posisi terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta
previa.
2) Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus plasenta
dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi,
3) Diabetes melliltus
Pada ibu penderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami
hipoglikemia karena pada ibu yg diabetes mengalami toleransi glukosa
terganggu,dan dan seringkali disertai hipoksia.
4) Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi
(penekanan)tali pusat.

C. Manifestasi Klinis

1. Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping


2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih
jelas pada dada.

D. Komplikasi

Distosia yang tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan komplikasi antara
lain
1. Pada ibu akan terjadi ruptur jalan lahir akibat his yang kuat sementara
kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dan juga dapat mengakibatkan
terjadinya fistula karena nekrosis pada jalan lahir
2. Pada janin distosia akan berakibat kematian karena janin mengalami hipoksia
dan perdarahan
E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta
passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat
dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur,morfin(15
mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari
persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau kembali,berupa perangsangan
dengan oksitosin.
b. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan
tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal distress.
Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti
hipotonik.
c. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan
untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh
pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,
malpresentasi
2. Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi janin
3. Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis

G. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data Klinis: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, RM, dll
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin
(lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi,
anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat
kembar dll
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
eklamsi dan pre eklamsi.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis
3) Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada
bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
4) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi
dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya
anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/
tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
5) Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/
servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan,
biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta
previa
6) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul
dan kelainan tulang belakang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d hipermetabolik, peningkatan
kehilangan cairan
b. Kerusakan Pertukaran Gas resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan
kontraksi uterus yang lama
c. Resiko Cedera tinggi terhadap janin berhubungan dengan hipoksia jaringan,
penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.
3. Intervensi Keperawatan

No Nanda Noc (outcome) Nic (intervensi)


1 Resiko 1. Keseimbangan 1. Manajemen Cairan
Kekurangan Cairan - Pantau masukan. perhatikan
Volume Cairan - TD normal berat jenis urin. Anjurkan klien
b/d - Palpasi nadi perifer untuk mengosongkan kandung
hipermetabolik, normal kemih sedikitnya sekali setiap
peningkatan - HT normal hari 1 1/2 jam
kehilangan 2. Status Nutrisi: - Pantau suhu setiap 4 jam lebih
cairan Intake Makanan sering bila tinggi. Pantau tanda-
dan Cairan tanda vital/ DJJ sesuai indikasi
- Intake makanan - Beri cairan jernih dan es batu
dan cairan sesuai izin.
mencukupi - Kaji praktik budaya mengenai
masukan.
3. Hidrasi - Pantau kadar Hematokrit
- Pengeluaran urine 2. Terapi Intra Vena
DBN - Berikan bolus cairan parentral
- Hidrasi kulit sesuai indikasi.
normal 3. Pemantauan Cairan
- Kelembaban - Kaji tentang riwayat jumlah
membrane mukosa dan tipe intake cairan dan pola
normal eliminasi
- Monitor warna dan kuantitas
urin
- Beri cairan
2 Kerusakan 1. Status Respiratori: 1. Monitor Respiratori
Pertukaran Gas Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, rata-rata,
resiko tinggi - Tidak ada irama, kedalaman dan usaha

terhadap janin kegelisahan bernafas


- Catat pergerakkan dada, lihat
berhubungan - Tidak ada
kesimetrisan, penggunaan
dengan sianosis
otot tambahan, dan
kontraksi uterus - Mudah bernafas supraklavikula dan retaksi
yang lama otot intercostal
- Monitor bising pernafasan
seperti ribut atau dengkuran
2. Terapi Oksigen
- Berikan terapi oksigen sesuai
indikasi
3. Pemberian Posisi
- Posisikan klien miring kiri
gunakan baji di bawah bokong
kanan bila klien terlentang atau
tinggikan klien pada posisi
semi duduk.

3 Resiko Cedera 1. Status Keamanan: 1. Peningkatan Keamanan


tinggi terhadap Cedera Fisik - Melakukan manuver leopold
janin 2. Kontrol Resiko untuk menemukan posisi
berhubungan - Menunjukan DJJ dan janin, berbaring dan presentasi
dengan variasi denyut
hipoksia perdenyut dalam 2. Kontrol Resiko
jaringan, batas normal tidak - Dapatkan data dasar DJJ
penekanan ada perubahan secara manual dan atau
kepala pada periodik yang elektronik. Pantau dengan
panggul, partus menyenangkan dalam sering. Perhatikan variasi DJJ
lama, CPD. respon terhadap dan perubahan periodik pada
kontraksi uterus. respon terhadap kontraksi
uterus
- Catat kemajuan persalinan
- Catat DJJ bila ketuban pecah,
kemudian setiap 15 mnt x3.
Pantau perubahan periodik
pada DJJ setelah ruptur
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his
yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga menghambat kelancaran persalinan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S.2006.Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal.jakarta: YBP-SP
Prawirohardjo Sarwono,2002,ilmu kebidanan,Jakarta; yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo
Ladewig Patricia W.2006.asuhan keperawatanibu-bayi baru lahir.ECG : Jakarta
Pusdiknaskes.2003.asuhan antenatal.WHO-JHPIEGO

Anda mungkin juga menyukai