Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.H DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

Dosen Pembimbing :
Halimah,M.Kep,Ns,Sp.Kep.An

Restu Sukma Wardani


NIM. PO71202200013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINEMIA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera, kulit
atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi ( Atikah &
Jaya, 2016 )
Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana tingginya kadar bilirubin yang
terakumulasi dalam darah dan akan menyebabkan timbulnya ikterus, yang mana
ditandai dengan timbulnya warna kuning pada kulit, sklera dan kuku.
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir.
Pasien dengan hiperbilirubinemia neonatal diberi perawatan dengan fototerapi dan
transfusi tukar (Kristianti ,dkk, 2015).
Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah,
baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan
ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).

Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :


a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan
biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah minggu kedua.
Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami
hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada
BBLR 10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna bayi
kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24 jam pertama,
dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal bilirubin untuk bayi matur diatas
10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap selama seminggu
kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal
ini disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan penyakit
sepsis. Tanda-tandanya ialah :
1) Ikterus muncul dalam 24 jam pertama dan kadal melebihi 12mg/dl.
2) Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam 24jam.
3) Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
4) Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi aterm , dan 14
hari pada bayi BBLR.

Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar
bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer


No Luas Ikterik Rata-rata Bilirubin Kadar bilirubin
Serum (umol/L) (mg)
1 Kepala dan leher 100 5
2 Pusar-Leher 150 9
3 Pusar-Paha 200 11
4 Lengan dan Tungkai 250 12
5 Tangan dan Kaki >250 16

2. Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab
yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkopatibilitas
golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul
karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau
inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan penting dalam
terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan
gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau asfiksia, dehidrasi dan asiosis,
hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).
Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
a. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah
lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan.
Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain. Etiologi ikterus yang sering ditemu-kan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast milk jaundice,
infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus, dan polisitemia
/hiperviskositas
Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi piruvat kinase,
sferositosis kongenital, sindrom Lucey-Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipo-
tiroid, dan hemoglobinopati. (Mathindas, dkk , 2013)

3. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari
katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat
hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada
albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan
ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin direduksi
menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi
ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan bilirubin
plasma total (Mathindas ,dkk, 2013).
Bilirubin mengalami peningkatan pada beberapa keadaan. Kondisi yang sering
ditemukan ialah meningkatnya beban berlebih pada sel hepar, yang mana sering
ditemukan bahwa sel hepar tersebut belum berfungsi sempurna. Hal ini dapat
ditemukan apabila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia,
pendeknya umur eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber
lain, dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik (Atikah & Jaya, 2016).
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan
dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui
traktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum
terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi
bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin
terus bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016)

4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi baru
lahir tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau
lebih (Mansjoer, 2013).
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan ikterus pada
sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundi ceyang muncul pada 24 jam
pertamadisebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu
dengan diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau hari ketiga,
dan mencapai puncak pada hari ketiga sampai hari keempat dan menurun pada hari
kelima sampai hari ketujuh yang biasanya merupakan jaundicefisiologis (Suriadi dan
Yuliani 2010).
Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia
apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulitatau organ lain tampak kuning akibat penumpukan
bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dLatau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5
mg/dL pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.f.Ikterik yang disertai berat badan lahir
kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, infeksi trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.

6. Komplikasi
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan bilirubin encephalopathy(komplikasi serius). Pada keadaan lebih
fatal, hiperbilirubinemiapada neonates dapat menyebabkan kern ikterus, yaitu
kerusakan neurologis, cerebral palsy, dan dapat menyebabkan retardasi mental,
hiperaktivitas, bicara lambat, tidak dapat mengoordinasikan otot dengan baik, serta
tangisan yang melengking (Suriadi danYuliani, 2010).
Menurut American Academy of Pediatrics (2004) manifestasi klinis kern
ikterus pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa bentuk atheoid cerebral palsyyang berat, gangguan
pendengaran, paralisis upwardgaze, dan dysplasia dental enamel.Kern ikterus
merupakan perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin
pada beberapa daerah otak terutama di ganglia basalis, pons, dan cerebellum.
Bilirubin ensefalopati akut menurut American Academy of Pediatrics(2004)
terdiri dari tiga fase, yaitu :
a. Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi, dan
reflek hisap yang buruk.
b. Fase intermediate, ditandai dengan moderate stupor,iritabilitas, dan peningkatan
tonus (retrocollis dan opisthotonus) yang disertai demam.
c. Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan tonus,
tidak mampu makan, high-pitch cry, dan kadang kejang.

7. Penatalaksanaan
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia yaitu:
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital. Fenobarbital
dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya
ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubion bebas.
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah dicoba
dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan bilirubin dengan cepat.
Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada
proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca transfusi
tukar.
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :
1) Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan oksidasi foto
pada bilirubin dari biliverdin.
Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :
a) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh neonatus kena sinar.
b) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan cahaya.
c) Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm
d) Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.
e) Mengukur suhu setiap 6 jam sekali
f) Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya
sekali dalam 24 jam.
g) Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita yang
mengalami hemolisis.
2) Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen dalam
empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat
bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan.
3) Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%.
Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah sebagai berikut :
a) Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum transfusi tukar.
b) Siapkan neonatus dikamar khusus.
c) Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
d) Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka pakaian ada daerah
perut
e) Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f) Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat jumlah darah yang keluar
dan masuk.
g) Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.
h) Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :
1) Bilirubin Indirek Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan
sinar ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.00 – 9.00 pagi. Karena bilirubin
fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.
2) Bilirubin Direk Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang
adekuat. Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan
akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan. (Atikah & Jaya, 2016 ;
Widagdo, 2012)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi :
a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering
diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, refleks hisap
kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah .20mg/dl dan sudah
sampai ke jaringan serebral maka bayi akan mengalami kejang dan
peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis
darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA),
bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk
usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering
pada bayi pria daripada bayi wanita.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang dapat
menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya hepar, neonatus
dengan berat badan lahir rendah, hipoksia dan asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah
juga memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.

b) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
c) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
d) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
e) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala dan
leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah kepala serta
badan bagian atas digolongkan ke grade dua. Kuning terdapat pada
kepala, badan bagian atas, bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga,
grade empat jika kuning pada daerah kepala, badan bagian atas dan
bawah serta kaki dibawah tungkai, sedangkan grade 5 apabila kuning
terjadi pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah, tungkai,
tangan dan kaki.
f) Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah mencapai jaringan
serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
g) Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang sudah
fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
5) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl,
antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas 10 mg/dl yang
berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin pada bayi prematur
mencapai puncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan.
Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus
fisiologis pada bayi cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2
sampai 3 hari dan hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan kadar
bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl, sedangkan pada bayi
dengan prematur bilirubin indirek munculnya sampai 3 sampai 4 hari
dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 15 mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin
lebih dari 5 mg/dl perhari.
b) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
c) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan
hepatitis dan atresia biliary. (Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden,
2009; Widagdo, 2012)
6) Data penunjang
a) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal = <2mg/dl).
b) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
c) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
d) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
e) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji
urin terhadap galaktosemia.
f) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah,
urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CPR).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
b. Risiko infeksi b.d proses invasif.
c. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek
fototerapi dan diare.
d. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.
e. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi.
f. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap bayi. ( NANDA,
2015 )

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermi b.d suhu Setelah dilakukan Temperature regulation
lingkungan tinggi dan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
efek fototerapi maka didapatkan a. Monitor suhu
kriteria: minimal tiap 2 jam.
Termoregulasi b. Rencanakan
a. Berkeringat saat monitoring suhu
panas secara kontinyu.
b.Gemetaran saat c. Monitor nadi dan
dingin. RR.
c. Tingkat d. Monitor warna dan
pernafasan. suhu kulit.
e. Sesuaikan suhu yang
Kontrol resiko : sesua dengan
hipertermi. kebutuhan pasien.
a. Teridentifikasinya f. Monitor tanda-tanda
tanda dan gejala hipertermi dan
hipertermi hipotermi.
b. Modifikasi g. Tingkatkan cairan
lingkungan untuk dan nutrisi.
mengontrol suhu h. Berikan antipiretik
tubuh (5) jika perlu.
i. Gunakan kasur yang
dingin dan mandi air
hangat untuk
perubahan suhu
tubuh yang sesuai.

Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.
2 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control
proses invasif. asuhan keperawatan, (Kontrol Infeksi).
maka didapatkan a. Bersihkan
kriteria: lingkungan setelah
Kontrol resiko : dipakai pasien lain.
proses infeksi. b. Pertahankan teknik
a. Faktor risiko isolasi.
infeksi c. Batasi pengunjung
teridentifikasi. bila perlu.
d. Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan.
e. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan
f. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai pelindung.
g. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
h. Tingkatkan intake
nutrisi.
i. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
yang mengandung
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi).
3 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan
volume cairan b.d tidak asuhan keperawatan,
adekuatnya intake maka didapatkan a. Monitor berat badan.
cairan, efek fototerapi kriteria: b. Timbang popok.
dan diare. Keseimbangan c. Pertahankan catatan
cairan intake dan output
a. Intake dan output yang akurat.
seimbang dalam d. Monitor vital sign.
24 jam. e. Dorong masukan
b. Turgor kulit oral.
membaik f. Monitor pernafasan,
tekanan darah, dan
nadi.
g. Monitor status
hidrasi (kelembapan
membrane mukosa,
nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik).
h. Monitor warna,
kuantitas dan
banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai. Monitor
respon pasien
terhadap
penambahan cairan.
j. Monitor berat badan.
4 Risiko kerusakan Setelah dilakukan Manajemen cairan
integritas kulit b.d asuhan keperawatan,
hiperbilirubinemia dan maka didapatkan a. Monitor berat badan.
diare. kriteria: b. Pertahankan catatan
Integritas jaringan : intake dan output
kulit dan membran yang akurat.
mukosa. c. Dorong masukan
a. Integritas kulit oral.
yang baik bisa d. Monitor status
dipertahankan hidrasi (kelembapan
(sensasi, membran mukosa,
elastisitas, nadi adekuat,
hidrasi). tekanan darah
b. Perfusi jaringan ortostatik).
baik. e. Berikan cairan yang
sesuai.
Kontrol resiko.
integritas kulit Pressure management
neonatus kembali (Manajemen tekanan)
membaik. Dengan a. Anjurkan untuk
kriteria hasil : menggunakan
a. Faktor resiko pakaian yang
teridentifikasi longgar.
b. Faktor resiko b. Hindari kerutan pada
personal tempat tidur.
termonitor c. Jaga kebersihan kulit
c. Faktor resiko agar tetap bersih dan
lingkungan kering.
termonitor. d. Mobilisasi (ubah
posisi pasien) setiap
dua jam sekali.
e. Monitor akan adanya
kemerahan.
f. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
g. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat
DAFTAR PUSTAKA

Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta. CV.Trans Info Media
Hidayat, A,A . 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba Medika
Kristanti ,H,M. Etika,R. Lestari,P . 2015. Hyperbilirubinemia Treatment Of Neonatus.
Folia Medica Indonesian Vol. 51
Mathindas, S. Wiliar,R. Wahani,A . 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.Jurnal
Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Suplemen
Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta. EGC
KASUS BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

By. Ny H lahir cukup bulan lahir tidak merintih, apgar skor menit 1 adalah 5 dan apgar skor
menit ke 5 adalah 9. Bayi dilakukan observasi selama 2 jam dan tanda-tanda vital bayi
membaik sehingga dilakukan rawat gabung dengan ibu. Saat bersama ibu bayi lebih banyak
tidur. Bayi dibangunkan setiap 3 jam untuk menyusu namun bayi tampak malas menyusu.
Pada usia 3 hari bayi tampak kuning, Ibu mulai panik dan melaporkan keadaan bayi kepada
perawat. Perawat melakukan pemeriksaan kepada bayi tampak kuning pada ekstremitas dan
wajah bayi, bayi tampak lemah dan banyak tidur.
a. Data pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 150x/menit, suhu 36,5°C,
frekuensi nafas 65x/menit
b. Berat badan lahir bayi 3.400 gram, berat badan bayi saat ini 3.000 gram
c. Kadar bilirubin serum 20 mg/dl
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN
KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS

Tanggal Praktik : 11-01-2021


Tanggal Pengkajian : 11-01-2021
Tanggal klien masuk RS : 09-01-2021
No. RM : 000876543
DATA BAYI/KELUARGA
Nama Bayi : By.H BB/TB : 3000/49
Jenis Kelamin : Perempuan Apgar Score : I : 5 dan 5 : 9
TTL/Usia : 06-01-2020/5 hari Anak ke :2
Nama Ibu : Ny. H Nama Ayah : Tn. H
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Buluran Pendidikan : SMA
Dx. Medis : Hiperbilirubinemia

PENGKAJIAN NEONATUS
Instruksi : Beri tanda silang (X) pada istilah yang tepat / sesuai dengan data-data di bawah
ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila
perlu.
1. Refleks
Morro Menggengggam Menghisap X
2. Aktivitas
a. Aktif b. Tenang c. Letargi d.Kejang
e. Menangis f. Lemah X g. Melengkung h. Sulit menangis
3. Kepala/Lehar
a. Fontanel anterior Lunak X Tegas
Datar Menonjol Cekung
b. Satura sagitalis Tempat X Terpisah Menjauh
c. Gambaran wajah Simetris X Asimetris
d. Molding Caput succedanum Cephalotoma
4. Mata Bersih X Sekresi
5. THT
X
a. Telinga Normal Abnormal
b. Hidung Normal X Abnormal
6. Abdomen
a. Lunak Tegas Datar X Kembung
b. Lingkar perut 32 cm
c. Liver kurang 2 cm Lebih dari 2 cm
7. Toraks
X
Simetris
Asimetris
8. Paru-paru
a. Suara nafas : kiri kanan sama X Tidak sama
b. Bunyi nafas : terdengar disemua lapang paru X Menurun Tidak terdengar
c. Suara nafas Bersih X Ronchi Rales Sekret
d. Respirasi Spontan X Alat Bantu
9. Jantung
a. Bunyi Normal X
b. Murmur
c. Gallop
10. Ekstremitas
A. Atas
a. Gerakan bebas
b. ROM terbatas
c. Normal X
d. Tidak normal
B. Bawah
a. Gerakan bebas
b. ROM terbatas
c. Normal X
d. Tidak normal
11. Jumlah pembuluh darah umbilicus
Normal X
Tidak normal
Inflamasi
12. Genetalia
Perempuan Normal X Abnormal
Laki-laki Normal Abnormal
13. Kulit
a. Warna pink X Pucat Jaundice Sianosis pada kuku
Sirkumoral Periorbital Ikterik X
b. Kemerahan
c. Tanda lahir

14. Suhu
a. Lingkungan
Incubator Box terbuka X Pengaturan suhu
b. Suhu kulit 36,5 oC

RIWAYAT PRENATAL (ANC)


1. Jumlah kunjungan : 3 kali
2. Bidan/dokter : Bidan
3. Penkes yang di dapat : Menghadapi persalinan, ASI ekslusif
4. HPHT :-
5. Kenaikan BB selama hamil : 6 Kg
6. Komplikasi hamil : Tidak ada
7. Komplikasi Obat : Tidak ada
8. Obat-obatan yang didapat : Vitamin
9. Pengobatan yang didapat : Tidak ada
10. Riwayat Hospitalisasi : Tidak pernah
11. Golangan Darah Ibu :A
12. Kehamilan direncanakan / tidak : Ya

PEMERIKSAAN KEHAMILAN (MATERNAL SCREENING)


1. Rubella Tidak Pernah
2. Hepatitis Tidak Pernah
3. GO Tidak Pernah
4. Herpes Tidak Pernah
5. HIV Tidak Pernah

RIWAYAT PERSALINAN (INTRANATAL)


1. Awal Persalinan : Keluar lendir bercampur darah
2. Lama persalinan : 4 Jam
3. Komplikasi Persalinan : Tidak ada
4. Terapi yang diberikan : Tidak ada
5. Lama anatar rupture vagina pada saat partys : -
6. Jumlah cairan ketuban :-
7. Anastesi yang diberikan : Tidak ada
8. Ada/tidak mekonium : Tidak

CATATAN MONITORING FETUS


1. Indikasi dilakukan monitoring :-
2. Monitoring internal/eksternal :-
3. Pola FHR (Fetal Heart Rate) :-
4. Analisa gas darah :-

RIWAYAT KELAHIRAN
1. Lama kala II : 40 Menit
2. Cara Melahirkan :
a. Pervaginam X
b. Bantuan Forcep
c. Caesar
3. Tempat melahirkan
X
a. RS/RB
b. Rumah
c. Tempat lain
4. Anastesi yang didapat
5. Obat-obatan
6. Pola FHR Kala II
7. Presentasi
a. Distosia
b. Coumpound X

RIWAYAT POST NATAL


1. Usaha nafas dengan bantuan Tanpa bantuan X
2. Apgar score 5 menit 1 5 9
3. Kebutuhan resusitasi
a. Jenis
b. Lama
4. Adanya trauma lahir
5. Adaya narcosisi
6. Keluarnya urin
7. Prosedur yang dilakukan
a. Aspirasi gaster
b. Suction
c. DLL

RIWAYAT SOSIAL
1. Struktur keluarga : Keluarga kecil
2. Budaya
a. Suku : Melayu
b. Agama : Islam
c. Bahasa utama : Indonesia
3. Perencanaan makanan bayi
4. Masalah social yang penting
a. Perbedaan bahasa
b. Kurang system pendukung social
c. Riwat penyalhgunaan zat adiktif
d. Lingkungan rumah yang kurang memadai
e. Keuangan X
f. DLL
5. Hubungan Orang tua dan bayi
Ibu Tingkah Laku Ayah
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata
6. Orang terdekat yang dapat dihubungi : ayah dan ibu
7. Orang tua berespon terhadap penyakit : ya
8. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : ya
9. Anak Lain :
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Jenis Imunisasi
Perempuan Pervaginaan Hepatitis
Tanda-tanda vital
N ; 150x/I RR 65x/i
S : 36,5oC
Pemeriksaan laboratorium : Kadar bilirubin serum 20 mg/dl
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN
KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FORMAT ANALISIS DATA

NAMA PASIEN : By.H


UMUR : 5 hari
NO REGISTER : 000876543

DATA PENYEBAB MASALAH


KEPERAWATAN
DS : - Nutrisi bayi tidak adekuat Ikterus Neonatus
DO :
- By. H tampak kuning pada
ekstremitas dan wajah
- Bayi tampak malas menyusu
- Bayi tampak lebih banyak
tidur
- Kadar bilirubin serum 20
mg/dl
DS : - Penurunan daya hisap Ketidakefektifan pola
DO : bayi Menyusu bayi
- Bayi tampak lemah
- Bayi dibangunkan setiap 3
jam tetapi bayi malas untuk
menyusu
- Bayi lebih banyak tidur
- BB lahir 3.400 gram
- BB saat ini 3.000 gram

MASALAH KEPERAWATAN
1. Ikterus Neonatus b.d nutrisi bayi tidak adekuat
2. Ketidakefektifan pola menyusu bayi b.d Penurunan daya hisap bayi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN
KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By.H


UMUR : 5 hari
NO REGISTER : 000876543
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Kaji ulang 1. Untuk mengetahui
b.d nutrisi bayi asuhan keperawatan riwayat penyebab ikterik
tidak adekuat 3x24 jam, maka maternal dan 2. Untuk mengetahui
didapatkan bayi mengenai kadar bilirubin
kriteria: adanya faktor dalam tubuh bayi
- Warna kulit risiko 3. Untuk mengurangi
normal terjadinya kadar bilirubin
- Mata bersih hyperbilirubin
- Kadar bilirubin emia.
dalam batas 2. Observasi
normal tanda-tanda
- Tanda-tanda vital (warna)
bayi dalam batas kuning.
normal 3. Periksa kadar
serum
bilirubin,
sesuai
kebutuhan
4. Edukasikan
keluarga
mengenai
prosedur
dalam
perawatan
isolasi.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Timbang BB 1. Untuk memonitor
pola menyusu asuhan keperawatan setiap hari status gizi
bayi b.d 3 x 24 jam, dan monitor 2. Untuk
maka didapatkan status pasien. menghitung
Penurunan daya
kriteria: 2. Hitung atau pengeluaran
hisap bayi - Kemampuan timbang cairan
menghisap baik popok dengan 3. Untuk mengetahui
- Berat badan baik berat badan
normal 3. Monitor tanda normal klien
vital pasien 4. Untuk
4. Timbang dan peningkatan gizi
ukur berat yang adekuat
badan ideal
5. Berikan
intake ASI
yang adekuat.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN
KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN


NAMA PASIEN : By.H
UMUR : 5 hari
NO REGISTER : 000876543

Hari/tangga Diagnosa Kep Implementasi Evaluasi Paraf


l
Senin, Ikterus Neonatus 1. Mengkaji ulang S:- Restu
11-01-2021 b.d nutrisi bayi riwayat O : Wajah klien
tidak adekuat maternal dan masih tampak
bayi mengenai kuning
adanya faktor A : Masalah
risiko terjadinya belum teratasi
hyperbilirubine
P : Lanjutkan
mia.
2. Mengobservasi Intervensi
tanda-tanda
(warna) kuning.
3. Memeriksa
kadar serum
bilirubin, sesuai
kebutuhan
4. Mengedukasika
n keluarga
mengenai
prosedur dalam
perawatan
isolasi.
Senin, Ketidakefektifan 1. Menimbang BB S:- Restu
11-01-2021 pola menyusu setiap hari dan O : Bayi masih
bayi b.d monitor status tampak malas
Penurunan daya pasien. menyusu
hisap bayi 2. Menghitung A : Masalah
atau timbang belum teratasi
popok dengan P : Lanjutkan
baik Interve
3. Memonitor
tanda vital
pasien
4. Menimbang dan
ukur berat
badan ideal
5. Memberikan
intake ASI yang
adekuat.

Anda mungkin juga menyukai