DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
DITA RINASAIRI SIREGAR (PO.71.20.22.00001)
EVI EL AKHIRI ALBAYTIE (PO.71.20.22.00017)
RAKHMAH SULISTIOWATI (PO.71.20.22.00010)
RIKA NOFRIANTI (PO.71.20.22.00035)
RIZQI AFIFAH (PO.71.20.22.00004)
SISCA AYU VAMELA (PO.71.20.22.00002)
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2012). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2012). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi
di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.
2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2010), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2013):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem
saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2014)
:
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
6. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2014).
Menurut Stuart (2012), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
7. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend,
M.C, 2012). Menurut Carpetino, L.J (2012) isolasi sosial merupakan keadaan
dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (2009),
isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam
kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J
2010) :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain
8. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2014). Menurut Townsend, M.C
suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan
yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu
mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Kurang aktivitas.
Tidak komunikatif.
D. POHON MASALAH
Core
Problem
Cause
F. FOKUS INTERVENSI
Menurut Rasmun (2009) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari
diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional :
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
2) Intervensi
a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama, tujuan
pertemuan dengan sopan dan ramah.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk
mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
1. Pengertian halusinasi
2. Gejala halusinasi yang dialami klien.
3. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
4. Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah,
misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
5. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan
menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang
mempunyai masalah halusinasi.
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek
samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta
manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien
melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar
obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional :
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien
untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK
2. Pengobatan sebelumnya?
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 kali / menit
S : 36,5 oC
RR : 16 kali / menit
2. Ukur
BB : 58 Kg
TB : 150 cm
3. Keluhan fisik
Pasien tidak mempunyai keluhan fisik lainnya.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Pasien anak kedua dari empat bersaudara, pasien tinggal bersama suami dan
keempat anaknya. Kebutuhan kehidupan sehari-hari dipenuhi oleh suaminya
yang berprofesi sebagai sopir angkot. Pengambilan keputusan diambil oleh
suami yang juga berperan sebagai kepala keluarga.
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
Pasien menyukai matanya karena matanya bulat dan besar sehingga sangat
kelihatan indah tetapi pasien tidak menyukai postur badannya karena tidak
terlalu tinggi.
b. Identitas :
Pasien merasa senang tinggal bersama anak-anak dan suami, pasien merasa
puas bisa menjaga anak-anaknya setiap hari.
c. Peran :
Pasien seorang ibu rumah tangga, pasien setiap hari selalu memasak untuk
keluarganya.
d. Ideal Diri :
Pasien mengatakan kecewa karena putus sekolah, dulu ia sangat ingin
menjadi guru. Kalau saja ia menjadi guru maka bisa membantu
perekonomian keluarganya.
e. Harga Diri :
Pasien senang menyendiri dan tidak suka bergaul dengan orang lain karena
merasa minder dan tidak dihargai.
Masalah keperawatan: Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien sangat menyukai anak-anaknya karena selalu menuruti yang
diperintahkan pasien dan tidak pernah nakal. Namun, pasien tidak menyukai
ibu mertuanya karena selalu mencampuri urusan rumah tangga pasien dan
suami.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Pasien jarang melakukan kegiatan ibadah (sholat, mengaji, dll) suami
seringkali mengingatkan tetapi pasien menghiraukannya.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, toileting, dan
pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Pasien tampak rapi, hanya celana tidak pernah diganti.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Pembicaraan pasien cepat dan nada suaranya juga keras seperti ingin marah
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Pasien terlihat gelisah
4. Alam perasaan
Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan
Putus asa
5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi :
Pasien mendengar suara-suara dari langit yang isinya mengatakan
“Allahuakbar….Allahuakbar…..”
Frekuensi :
Pasien sering mendengar suara itu, biasanya 5-6 x dalam sehari.
Waktu : Pagi dan malam hari
Situasi saat muncul : Saat pasien sedang sendirian
Respon pasien :
Pasien mendengarkan halusinasi tersebut, menjawab halusinasinya sehingga
terlihat berbicara sendiri
Data Objektif :
Pasien tampak berbicara sendiri dan tidak menghardik halusinasinya
8. Isi pikir
Obsesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait Waham :
Hipokondria Pikiran magis
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Pasien tidak memiliki gangguan isi pikir
9. Proses pikir
11. Memori
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien mengatakan kalau setelah mandi baru makan, pasien tidak memiliki
gangguan kemampuan penilaian
Makanan Transportasi
Keamanan Tempat tinggal
Perawatan Kesehatan Uang
Pakaian
Jelaskan :
Pasien akan mampu memenuhi kebutuhannya, apalagi dibantu suami yang memang
mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya.
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : 56 Kg BB tertinggi : 58 Kg
Jelaskan :
Pasien tidak memiliki gangguan nutrisi, hanya saja nafsu makannya yang
menurun.
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA / TIDAK
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? YA / TIDAK
Apakah ada kebiasaan tidur siang? YA / TIDAK
Lama tidur siang :2 Jam
Apa yang menolong tidur ?
Tidak ada, pasien langsung tertidur ketika mengantuk
Tidur malam jam : 21.00 WIB , berapa jam :6-7 jam
Apakah ada gangguan tidur ?
3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapian rumah √
Mencuci pakaian √
Ya Tidak
Belanja √
Transportasi √
Jelaskan :
Pasien seorang ibu rumah tangga jadi sudah biasa menyiapkan makan, mencuci
pakaian dan menjaga kerapian rumah. Ia juga sering ke pasar untuk belanja
menaiki sepeda motor.
H. MEKANISME KOPING
Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya: ............................ Lainnya: .......................
.
I. SUMBER KOPING
J. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medis : Risperidone 2 mg 2x1
Lorazepam 1 mg 2x1
K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
2. Perilaku Kekerasan
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Kelompok
ANALISA DATA
POHON MASALAH
Gangguan Persepsi Sensori: Tujuan Umum : Setelah satu kali SP 1 klien 1. Identifikasi halusinasi 1. Mengenal halusinasi
Halusinasi Pendengaran
Klien mampu mampu : klien (isi, frekuensi, memungkinkan klien
mengendalikan, mencegah, Identifikasi halusinasi waktu, pencetus, respon) untuk menghindari
mengontrol halusinasi 2. Mengenal cara 2. Jelaskan cara-cara faktor timbulnya
Tujuan Khusus : menghardik halusinasi mengontrol halusinasi halusinasi
Setelah 4x interaksi klien 3. Melakukan latihan ( menghardik, minum 2. Upaya untuk memutus
mampu: menghardik obat, bercakap- cakap siklus halusinasi
1. Latihan menghardik 4. Melakukan latihan melakukan kegiatan sehingga halusinasi
2. Bercakap-cakap menghardik sesuai 3. Latihan cara menghardik klien tidak berlajut
3. Melakukan kegiatan jadwal secara mandiri 4. Memasukkan latihan 3. Agar klien mampu
harian menghardik ke dalam melakukan cara
4. Minum obat jadwal kegiatan harian menghardik saat
klien halusinasi muncul
4. Memungkinkan klien
melakukannya secara
mandiri
Setelah satu kli SP II klien 1. Evaluasi kegiatan 1. Menilai apakah klien
mampu : menghardik, beri pujian sudah melakukannya
1. Mengenal cara 2. Latih klien secara mandiri
mengendalikan mengendalikan 2. Agar klien mengenal
halusinasi dengan halusinasi dengan cara mengontrol dengan
bercakap-cakap bercakap- bercakap bercakap-cakap dengan
2. Melakukan latihan dengan orang lain orang lain
bercakap-cakap sesuai 3. Memasukkan pada 3. Memungkinkan klien
jadwalsecara mandiri jadwal kegiatan harian melakukannnya secara
3. dengan cara bercakap- mandiri
cakap dengan orang lain
SP III
1. Evaluasi kemampuan
klien mengontol PK
dengan cara fisik II dan
II
2. Latih kontrol PK dengan
cara verbal
3. Bimbing klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV
1. Evaluasi kemampuan
klien mengontrol PK
dengan cara fisik
I,II,dan verval
2. Jelaskan cara
mengontrol PK dengan
cara spiritual
3. Bimbing klien
memasukkan jadwal
kegiatan harian
SP V
1. Evaluasi kemampuan
cara mengkontrol PK
2. Latih cara mengontrol
PK dengan cara minum
obat
3. Bimbing klien
memasukkan jadwal
kegiatan harian
Gangguan Konsep Diri : Tujuan umum : Setelah satu kali SP I klien Bina hubungan saling Membangun hubungan
Harga Diri Rendah
Klien memiliki konsep diri mampu percaya dengan saling percaya merupakan
yang positif 1. Menunjukan ekspresi menggunakan prinsip dasar untuk hubungan
Tujuan khusus wajah bersahabat komunikasi terapeutik interaksi selanjutnya
Klien dapat membina 2. Menunjukan rasa 1. 1. salam klien dengan
hubungan saling percaya senang, kontak mata ada, ramah baik verbal dan
dengan perawat mau berjabat tangan, non verbal
mau menyebutkan nama,2. 2. Perkenalkan diri dengan
menjawab salam sopan
3. Klien mampu duduk 3. 3. Tanyakan nama lengkap
berdampingan dengan dan nama penggilan
perawat dan yang disukai
mengutarakan masalah 4. 4. Jelskan tujuan pertemuan
yang diadapi 5. 5. Jujur dan menepati janji
6. 6. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien
7.
8.
Klien dapat Setelah satu kali SP II klien Diskusikan dengan klien Menilai realitas kontrol diri
mengidentifikasi aspek mampu membangun : tentang atau intergritas ego di
positif dan kemampuan 1. Aspek positif yang 1. Aspek positif yang perlukan sebagai darar
yang dimiliki dimiliki klien keluarga dimiliki klien keluarga asuhan keperawatan
dan lingkungan dan lingkungan reinforcement positif akan
2. Aspek positif keluarga 2. Kemampuan yang meningkatkan harga diri
3. Aspek positif lingkungan dimiliki klien klien dan pujian yang
klien 3. Beri pujian yang realistik tidak menyebabkan
realistis dan hindarkan klien melakukan kegiatan
memberi penilian yang hanya karena ingin
negatif mendapat pujian
Klien dapat menilai Setelah satu kali SP III klien 1. Diskusikan dengan klien Prasarat untuk berubah dan
kemampuan yang dimiliki mampu menyebutkan kemampuan yang dapat mengerti tentang
untuk dilaksanakan kemampuan yang dapat dilaksanakan kemampuan yang dimiliki
dilaksanakan 2. Diskusikan kemampuan dapat memotivasi klien
yang dapat dilanjutkan untuk tetap
3. Motivasi dan ikut mempertahankan
sertakan klien untuk pengguanaan
mengikuti rehabilitasi
Klien dapata merencanakan Setelah satu kali SP IV klien Rencanakan bersama klien Klien adalah individu yang
kegiatan sesuai dengan mampu merencanakan aktivitas yang dapat bertanggung jawab terhadap
kemampuan yang dimiliki kegiatan harian dilakukukan setiap hari diri sendiri klien perlu
sesuai kemampuan bertindak secara realistis
1. Kegiatan mandiri dalam kehidupannya dan
2. Kegiatan dengan contoh peran yang dilihat
bantuan klien untuk melaksanakan
3. Tingkatkan kegiatan kegiatan
sesuai kondisi klien
4. Beri contoh pelaksanaan
kegiatan yang klien
lakukan
Klien dapat melakukan atau Setelah satu kali SP V klien 1. Diskusikan dengan klien Untuk mengontrol penyakit
menggunakan obat dengan mampu menyebutkan obat dan keluarga tentang klien dan untuk lebih
prinsip dengan prinsip 6 benar dosis, frekuensi, manfaat memahami tentang obat
serta efek samping obat yang di minum klien
2. Anjurkan klien minta
sendiri obat pada
perawat dan merasakan
manfaatnya
3. Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
4. Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip 6 benar
STRATEGI PELAKSANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :-
DO :-
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya, meliputi:
1. Jenis halusinasi klien
2. Isi halusinasi klien
3. Waktu halusinasi klien
4. Frekuensi halusinasi klien
5. Situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Respon terhadap halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasi : menghardik halusinasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi kak, perkenalkan saya Sisca Ayu Vamela, saya biasa dipanggil
Sisca. Saya perawat yang akan merawat kakak selama 3 minggu kedepan ini.”
“ nama kakak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan kakak hari ini? Apa keluhan kakak hari ini?”
c. Kontrak
Topik : “Kak, bagaimana kalau kita mengobrol tentang suara-suara yang
sering kakak dengar tetapi tidak ada wujudnya itu? Setelah itu kita belajar cara
mengontrolnya dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi?”
2. FASE KERJA
“Sebelumnya, saya periksa dulu ya kak kondisi kesehatan kakak dengan mengukur
tekanan darah, nadi, dan suhunya.”
“Oh, iya kak. Apakah kakak sering mendengar suara-suara tetapi tidak ada wujudnya?
Coba kakak ceritakan pada saya tentang suara-suara yang kakak dengar, apa yang
kakak dengar? Apakah yang dikatakan oleh suara tersebut kak? Kapan biasanya suara
itu muncul kak? Dalam sehari berapa kali suara tersebut muncul? Apakah setiap hari
kak? Apakah kakak merasa terganggu dengan suara itu? Apa yang kakak lakukan
ketika mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara itu hilang kak?”
“kak, bagaimana kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk mencegah suara tersebut
saat muncul?”
“kak, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan cara
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
ketiga dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang keempat dengan
minum obat secara teratur kak.”
“bagaimana kalau sekarang kita belajar dulu dengan cara yang pertama, yaitu
menghardik suara-suara tersebut. Saya akan mengajarkan kakak, caranya ketika kakak
mendengar suara-suara itu muncul kakak langsung tutup telinga sambil mengatakan
“pergi, pergi… saya tidak mau dengar, kamu suara palsu, kamu tidak nyata, pergi…
pergi…” begitu terus diulang sampai suara itu tidak kakak dengar lagi, coba sekarang
kakak ulang dan peragakan ya kak? Iya bagus sekali kak. Kakak sudah bisa mengikuti
dan melakukannya.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan kakak setelah kita mengobrol
tadi kak?”
Evaluasi Objektif : “Sekarang coba kakak ulangi apa yang sudah saya
ajarkan dan latih tadi untuk mencegah suara-suara itu muncul lagi. Benar sekali
kak, kakak masih ingat dan bisa melakukannya.”
Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu kak dan semoga lekas sembuh ya kak…
Assalammualaikum wr.wb…
STRATEGI PELAKSANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan mendengar suara-suara dari langit yang isinya,
mengatakan allahuakbar....allahuakbar
DO : Klien tampak berbicara mengulang, bicara cepat dan keras, klien tidak
kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
a. Klien dapat mengulang kembali mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
b. Klien dapat mengulang kembali mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan kakak hari ini? Apa keluhan kakak hari ini? Apakah
semalam tidurnya nyenyak kak?”
“Kak, masih ingat tidak apa yang saya ajarkan kemarin jika kakak mendengar
suara-suara itu muncul lagi? Coba kakak peragakan dan sebutkan? Bagus sekali ya
kak, benar sekali seperti itu kak.”
c. Kontrak
Topik : “Kak, bagaimana kalau kita belajar cara mengendalikan atau
mencegah suara-suara yang sering kakak dengar tetapi tidak ada wujudnya itu
dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.”
Waktu : “Bagaimana kak, kalau kita coba sekarang, kita hanya memerlukan
waktu 15 menit saja?"
2. FASE KERJA
“Kemarin kan kita sudah belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara yang pertama
yaitu menghardik halusinasi.”
“Bagaimana kalau sekarang kita belajar cara yang kedua kak, yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain caranya pada waktu senggang dan kakak diperbolehkan keluar
kamar, kakak bisa mengobrol dengan teman sekamar atau kamar yang lain atau
dengan saya seperti ini kak. Jadi jika kakak mendengar suara itu muncul, kakak
langsung cari teman untuk mengobrol dan kakak bisa juga panggil saya dan katakan
kepada saya, bahwa mulai mendengar suara itu, saya mau mengobrol dengan kakak .”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita mengobrol tadi kak?”
Evaluasi Objektif
“Sekarang coba kakak ulangi apa yang sudah saya ajarkan tadi untuk
mencegah suara-suara itu muncul lagi?”
“Benar sekali kak.”
Waktu : “Jam berapa kak kita bisa belajar dan mengobrol lagi? Bagaimana
kalau jam 10.00 wib kak? Bagaimana kalau sekitar 15 menit?”
Tempat : “Dimana kak kita mengobrol? Bagaimana kalau disini lagi kak?”
“Baiklah, kita lanjutkan besok lagi ya kak, saya permisi dulu dan semoga lekas
sembuh dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga. Selamat siang kak…”
STRATEGI PELAKSANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan suara-suara itu sudah jarang muncul. Serta klien sudah
melakukan cara mengontrol halusinasi cara yang ke 1 dan 2.
DO : Klien sudah bias tersenyum, kontak mata (+) dan terlihat lebih rileks.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
a. Klien dapat mengulang kembali mengontrol halusinasi dengan menghardik dan
bercakap-cakap dengan orang lain.
b. Klien dapat mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan oleh klien.
c. Klien dapat memasukkan kegiatan yang biasa dilakukan kedalam kegiatan
harian klien.
b. Evaluasi/ validasi
“Apa keluhan kakak hari ini? Semalam tidurnya nyenyak kak? Masih sering
muncul suara-suara itu kak? Apakah telah kakak gunakan cara yang sudah saya
ajarkan kemarin kak? Cara yang mana yang kakak gunakan? Bagaimana hasilnya
kak? Apa berkurang suara-suara itu kak?”
c. Kontrak
Topik : “Sesuai janji saya kemarin, kita hari ini akan membahas cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara itu muncul lagi yaitu dengan melakukan
kegiatan yang biasa kakak lakukan, bagaimana kak?”
Waktu : “Jam berapa kak? Bagaimana kalau sekarang kak sekitar 15 menit
kak?”
2. FASE KERJA
“Kakak masih ingat yang saya ajarkan kemarin kak? Untuk mencegah suara-suara itu
muncul? Coba kakak sebutkan dan peragakan kak? Iya bagus kak. Oh iya, kegiatan di
rumah yang biasa kakak lakukan apa saja kak? Kalau pagi hari kakak ngapain saja
kak? Jam berapa kakak biasa melakukan kegiatan tersebut? Kalau siang apa saja yang
biasa kakak lakukan? Jam berapa kak? Kegiatan dirumah yang bias dilakukan di RS,
bisa kakak lakukan dalam aktivitas kegiatan harian kakak.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita mengobrol tadi?”
Evaluasi Objektif
“Coba kakak ulangi lagi apa yang sudah saya ajarkan? Iya, bagus kak.”
c. Kontrak
Topik : “Kak, hari ini sampai disini dulu ya kak kita mengobrolnya dan besok
kita lanjutkan membahas tentang cara yang keempat yaitu minum obat secara
teratur.”
Waktu : “Jam berapa kak? Bagaimana kalau 15 menit kak? Jam 10.00 wib ya
kak?”
Tempat : “Dimana kak? Bagaimana kalau tetap disini lagi kak? Saya permisi
dulu ya kak, semoga lekas sembuh dan selamat pagi kak?...”
STRATEGI PELAKSANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan dia tidak mendengar suara-suara itu muncul lagi dan klien
mengatakan sudah melakukan cara mengontrol halusinasi yang ke 1, 2, dan 3.
DO : Klien tampak bersih dan rapi, klien lebih rileks, kontak mata (+), klien
kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
a. Klien dapat mengulangi kembali mengontrol halusinasi dengan menghardik
bercakap-cakap dan kegiatan teratur.
b. Klien dapat memahami pentingnya penggunaan obat secara teratur.
c. Klien dapat memasukkan minum obat kedalam jadwal kegiatan harian klien.
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan kakak hari ini? Apa keluhannya kak? Nyenyak tidurnya
semalam kak? Masih ingat tidak cara yang sudah saya ajarkan untuk mencegah
suara-suara yang tidak ada wujudnya itu muncul lagi kak? Coba kakak sebutkan?
Iya benar sekali kak. Apakah kakak masih terdengar suara-suara itu? Apakah
telah digunakan cara tersebut kak? Bagaimana hasilnya?”
c. Kontrak
Topik : “Kak, hari ini saya akan membahas cara yang keempat kak, yaitu
patuh minum obat secara teratur, bagaimana kak?”
Waktu : “Jam berapa kak? Bagaimana kalau sekarang, sekitar 15 menit saja
kak?”
2. FASE KERJA
“Apakah kakak sudah minum obat hari ini? Berapa macam obatnya? Bagaimana
perasaan kakak setelah minum obat? Apakah ada bedanya minum obat secara teratur
disini? Apakah suara-suara itu berkurang kak? Minum obat secara teratur sangat
penting kak supaya suara-suara yang kakak dengar dan menganggu itu tidak
terdengar lagi. Obat yang kakak minum ada 3 macam yaitu Risperidone,
Trihexyphenidil, Obat-obat ini semuanya untuk mengendalikan suara-suara yang
sering kakak dengar. Obat ini diminum 2 kali sehari, yaitu pagi dan malam, dan yang
satunya adalah Merlozopam diminum 1 kali sehari, gunanya agar kakak merasa
tenang. Dengan minum obat ini, kakak akan mengantuk, lemas, dan ingin tidur terus
tetapi itu tidak apa-apa. Bagaimana kak sudah jelas? Obat ini harus diminum terus
seumur hidup.”
“Obat-obat ini harus kakak minum secara teratur, dosisnya benar untuk kakak, benar
cara minumnya kak yaitu setelah makan. Kalau kakak tidak minum obat/ putus obat
itu akan mengembalikan kakak ke keadaan semula.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita mengobrol tadi?”
Evaluasi Objektif
“Coba kakak ulangi lagi cara yang keempat dan apa yang sudah saya ajarkan/
anjurkan tadi? Iya benar sekali kak.”
c. Kontrak
Topik : “Kak, besok kita lanjutkan lagi ya kak untuk mengevaluasi
kemampuan kakak mengontrol halusinasi, bagaimana kak?”
Waktu : “Jam berapa kak? Bagaimana kalau 15 menit, jam 10.00 wib ya kak?”
“Saya permisi dulu ya kak, semoga cepat sembuh dan berkumpul kembali
bersama keluarga, selamat pagi ya kak…”
CATATAN PERKEMBANGAN