Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

U DENGAN
POST PARTUM DI RUANG MATAHARI
RUMAH SAKIT SETUKPA SECAPA POLRI
SUKABUMI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Maternitas


Dosen Koordinator : Lisbet Octovia Manalu, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Dosen Penguji K2 : Ahmad Arifin.,S.Kep.,Ners,M.Kep

Disusun Oleh:

Nurpalah
4121171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan
post partum di Ruang Matahari Rumah Sakit Setukpa Secapa Polri Sukabumi” ini
tepat pada waktunya. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Komprehensif Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas di Institut Kesehatan
Rajawali.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan keterbatasan. Tidak sedikit rintangan yang saya hadapi dalam
penyusunan tugas ini, baik dalam teknik penulisan, pengkajian data pembuatan
asuhan keperawatan.
Sukabumi, Juni 2022

Nurpalah

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1. Tujuan Umum..........................................................................................2
2. Tujuan Khusus.........................................................................................3
3. Manfaat Studi Kasus................................................................................3
4. Sistematika Penulisan..............................................................................3
BAB II KONSEP DASAR TEORI..........................................................................5
A. Pengertian......................................................................................................5
B. Penyebab.......................................................................................................5
C. Fisiologi........................................................................................................6
D. Perubahan psikologis pada masa nifas........................................................10
E. Tanda dan bahaya post partum....................................................................10
F. Perawatan post partum................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................44
BAB V PENUTUP.................................................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Post partum atau masa nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai
dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan
kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3
(tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari
pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke- 28 pasca persalinan, dan
pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (Ambarwati, 2010).
Perawatan post partum yang tidak sesuai denganstandar bisa menyebabkan
komplikasi yang mengarah ke kematian ibu. Penyebab kematian ibu di Indonesia
meliputi penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan, preeklamsi/eklamsi,
infeksi, dan penyebab tidak langsung yaitu trauma obstetri. Menurut World Health
Organization (WHO) kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (Profil Kesehatan Indonesia 2013).
Menurut laporan WHO tahun 2014 angka kematian ibu didunia yaitu
289.000 jiwa. Angka kematian ibu di Amerika Serikat yaitu 9.300 jiwa Afrika
Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Berdasarkan survei demografi
dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2014), angka kematian ibu di Indonesia se besar
214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI)
mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan proses kehamilan,
persalinan dan nifas. Di Indonesia angka kasus Aki sebanyak 4.221 kasus, di
Provinsi Jawa Barat sendiri pada tahun 2018 sebanyak 745/100.000 kelahiran
hidup atau 16,1% (profil Kesehatan jawa barat 2018). Laporan Profil Dinas
kesehatan kabupaten Cianjur menunjukkan angka 24 kasus kematian ibu.
Tingginya angka kematian ibu maka perlu adanya penanganan yang lebih
baik lagi. Penanganan keperawatan berupa pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif pada ibu post partum atau masa nifas dimulai dari pengkajian
sampai pada evaluasi. Pengkajian pada ibu post partum atau masa nifas

1
merupakan salah satu tahapan dalam asuhan keperawatan pada ibu post partum
normal ataupun komplikasi, tujuan dari pengkajian ini yaitu untuk mengetahui
kesehatan ibu post partum apakah normal atau tidak normal. Pengkajian dimulai
dari melakukan pemeriksaan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan), kepala dan wajah, dada, payudara, ekstremitas atas, abdomen,
pengkajian involutio uteri, pengkajian diastasi recti abdominus, pengkajian vulva,
vagina, dan lochea, pengkajian perineum fokus pada episiotomi dan ekstremitas
bagian bawah.
Masalah keperawatan di buat berdasarkan kompenennya yaitu penyebab
atau gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual dan
potensial. Masalah keperawatan yang bisa ditemukan pada ibu dengan post
partum adalah nyeri, risiko infeksi, gangguan pola eliminasi bowel, gangguan
pola tidur, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan masalah yang
ada perawat membuat perencanaan yang meliputi penentuan prioritas masalah dan
intervensi. Secara umum intervensi yang dilakukan adalah melakukan tindakan
untuk mengurangi nyeri, melakukan perawatan vulva, dan memberikan
pendidikan kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan post partum normal pada Ny. R. di ruang
Matahari RS Setukpa Secapa Polri
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian keperawatan post partum normal pada
Ny.R di ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri
b. Melakukan analisa data post partum normal pada Ny.R di ruang
Matahari RS Setukpa Secapa Polri
c. Menguraikan diagnosa keperawatan post partum normal pada Ny.R di
ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri
d. Mengidentifikasi perencanaan keperawatan post partum normal pada
Ny.R. di ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri
e. Mengidentifikasi tindakan keperawatan post partum normal pada Ny.R
di ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri

2
f. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan post partum normal pada Ny.R
di ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri
3. Manfaat Studi Kasus
a. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan dapat meningkatkan kesehatan tentang
fisiologi reproduksi ibu post partum atau ibu masa nifas
b. Bagi pengembangan ilmu dan tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan khususnya keperawatan maternitas yaitu pada
ibu dengan post partum normal.
c. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata di lapangan
dibidang maternitas dengan pasien post partum

3
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Konsep Post Partum


2.1.1 Pengertian
Post partum atau bisa disebut periode nifas merupakan masa yang
dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) dan berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti semula sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. Batasan waktu
nifas yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
waktu relative pendek darah sudah keluar sedangkan batasan maksimumnya
adalah 42 hari (Ari dan Esti, 2010). Masa nifas (puerperium) didefinisikan
sebagai masa persalinan selama dan segera setelah kelahiran, masa ini juga
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif
kembali ke keadaan tiak hamil yang normal. Masa nifas adalah masa
dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Reni, 2012).
Periode post partum adalah jangka waktu antara lahirnya bayi dengan
kembalinya organ repodruksi ke keadaan normal sebelum hamil
(Lowdermilk 2013). Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mohtar, 2018). Akan tetapi seluruh alat
genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2012). Selain itu masa
nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Mansjoer et all, 2013). Post partum / masa nifas dibagi dalam 3
periode (Mochtar, 2018):
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6-8 minggu.

4
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

2.1.2 Etiologi
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksternal akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Winknjosastro,
2006).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindar dari pendarahan post partum (Manuaba, 2008).

2.1.3 Fisiologi
1. Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu
kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6
minggu post partum berat uterus menjadi 40-60 gram (berat uterus normal
30 gram). Involusi disebabkan:
a. Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus
sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemia
setempat: ishcemia.
b. Autolisis: sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti
kehamilan.
c. Atrofi: Jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi
sebagai reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta. Selama involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan
lchea yang dibagi menjadi 4, yaitu:

5
 Hari ke 1 dan ke 2 lochea rubra, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa
lanugo dan mekonium.
 Hari ke 3 dan ke 5 lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur
lendir.
 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
 Setelah 2 minggu (10-15 hari) berwarna hanya cairan putih atau
kekuning-kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit
(Wiknjosastro, 2006).
2. Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang. Laktasi
mempunyai 2 pengertian yaitu:
a. Pembentukan / produksi air susu
b. Pengeluaran air susu
Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran laktsi,
refleks yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua
refleks ini bersumber dari perangsang puting susu akibat isapan bayi
meliputi:
 Reflek prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang, rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian
depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin
kedalam darah melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi
air susu.
 Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin
masuk kedalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi
alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003).

6
7
2.1.4 Nursing Pathways

Post partum Letting go phase

Involusi uterus Estrogen & progesteron


Kehadiran anggota baru
Menurun

Kontraksi Kontrasi uterus Oksitosin meningkat Prolaktin


Cemas
uterus lambat meningkat

Laserasi jalan lahir isapan isapan


bayi bayi
Perubahan pola peran
Atonia uteri Pelepasan jaringan adekuat tidak adekuat
Endometrium Servik & Vagina
Oksitosin Pembendungan ASI
Pendarahan Vol. Darah menurun meningkat Ansietas

Lokhea Port of the entri Duktus Payudara bengkak


Vol. cairan turun Anemia akut keluar & alveoli
kontraksi
Nyeri akut
Ketidaefektifan Hb O2 turun KurangResiko infeksi efektif tdk efektif
perfusi jaringan perawatan
perifer

8
Invasi ASI ASI
Hipoksia bakteri keluar tdk keluar

Resiko syok Daya tahan Kuman mudah ibu tdk tahu


hipovolemik Tubuh turun masuk bagaimana cara
menyusui bayinya
Kelemahan umumIntoleransi
aktivitas
Kurang
pengetahua
Dfisit perawatan
n
diri

9
2.1.5 Perubahan psikologis pada masa nifas
Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hamil, sehingga pada masa nifas banyak sekali perubahan-
perubahan yang terjadi, diantaranya:

1. Perubahan dalam system reproduksi


a. Perubahan dalam uterus / rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran air susu ibu
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferus dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon
prolaktin dan produksi ASI pun di mulai.
3. Perubahan sistem pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau
2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan
pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil karena perasaan untuk ingin BAK ibu
kurang meskipun bledder penuh, uretra tersumbat karena perlukaan/udema
pada dindingnya akibat oleh kepala bayi.
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem endokrin
Kadar hormon-hormon plasenta, hormon plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl

9
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesteron dalam serum
turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita
menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,2 0C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila > 38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih / ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minggu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan faktor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningakat 15.000-30.000 tanpa menjadi patologis
jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama / panjang. Hb, HCT dan
eritrosit jumlahnya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

2.1.6 Tanda dan bahaya post partum


1. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah / tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

10
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
9. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan dikaki
10. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya / diri
sendiri
11. Merasa sangat letih / nafas terengah-engah

2.1.7 Perawatan post partum


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan pendarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik.
Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum. Delapan
jam post partum harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan post partum.
Setelah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah
trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari
seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori,
protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya
dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya
dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul komprestase sehingga vekal tertimbun di rektum, mungkin
akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan
per os. Bila pasen mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif
agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan,
areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi
disusui.
2.1.8 Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Klien: digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang
lain (Sastrawinata, 1983)
b. Umur: Untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau
tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
c. Suku / Bangsa: Untuk menentukan adat istiadat / budayanya

11
d. Agama: Untuk menentukan bagaimana kita memberian dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan.
e. Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara tidak
langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga
masa nifas pun jadi terganggu pada ibu nifas normal.
f. Alamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.
2. Anamnesa (Data Subjektif)
a. Tanggal / jam: Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan
pelayanan
b. Keluhan: Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah
melahirkan
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: Untuk mengetahui apakah klien
melahirkan secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien
melahirkan spontan
d. Riwayat persalinan
1) Jenis persalinan: Spontan atau SC, pada ibu nifas normal klien
melahirkan normal
2) Komplikasi dalam persalinan: Untuk mengetahui selama persalinan
normal atau tidak
3) Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap
atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak
4) Tali pusat: Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm
5) Perineum: Untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau
tidak. Pada nifas normal perineum dapat utuh atau ada robekan, pada
nifas normal pun bisa juga dilakukan episiotomi
6) Perdarahan: Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala
I< II, III selama proses persalinan, pada nifas normal pendarahan
tidak boleh lebih dari 500cc.
e. Proses Persalinan Bayi
1) Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
2) Tekanan darah pada nifas normal < 120/80 mmHg

12
3) Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit, pernapasan pada nifas
normal 16 – 2- x/ menit, suhu normal 360C
4) BBLR < 2500gram makrosomi > 4000 gram
5) Cacat bawaan: bayi normal atau tidak
6) Air ketuban: air ketubannya normal atau tidak, normalnya putih
keruh, banyaknya normal atau tidak normal 500 – 1000 cc
3. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif)
a. Keadaan Umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum nifas
normal biasanya baik
b. Keadaan Emosional: untuk mengetahui apakah keadaan emosional
stabil / tidak, dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post
partum klien tersebut
c. Tanda vital
d. Pemeriksaan fisik
1) Muka
- Kelopak mata: ada edema atau tidak
- Konjungtiva: merah muda atau pucat
- Sklera: putih atau tidak
2) Mulut dan gigi: lidah bersih, gigi: ada karies atau tidak ada
3) Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening: ada pembesaran atau tidak
4) Dada
- Jantung: Irama jantung teratur
- Paru-paru: ada ronchi dan wheezing atau tidak
5) Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990)
6) Punggung atau pinggang
Posisi tulang belakang: normal atau tidak
7) Abdomen

13
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau
operasi lain.
8) Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari
dibawah pust kontraksina baik. Konsistensinya keras dan posisi
uterus ditengah.
9) Pengeluaran Lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari
post partum lochea warna merah jumlah 50 cc.
10) Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau tidak,
juga tentang jahitan perineum klien, pada nifas normal perineum bisa
juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak ada, perineumnya
bersih atau tidak
11) Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para ibu
nifas normal kandung kemih tidak teraba
12) Ektremitas atas dan bawah
- Edema: ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi: ada atu tidak
- Kemerahan: ada atau tidak
- Varices: ada atau tidak
- Reflek patella: kanan kiri+/-, normalnya +
- Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat
saraf
- Tanda Hooman: +/- bila tidak ditemukan rasa nyeri
4. Uji Diagnostik
a. Darah: pemeriksaan lab
Hb ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
b. Golongan darah

14
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila
terjadi komplikasi
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada kasus post partum
berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan trauma perineum, proses
kelahiran, payudara bengkak dan involusi uterus (D.0079).
b. Defisit pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurangnya informasi (D.0111).
c. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perinium
selama persalinanan dan kelahiran (D.0075).
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan periode pasca partum
(D.0055).
6. Intervensi
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien
perdarahan post partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya
adalah:
a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan trauma perineum,
proses kelahiran, payudara bengkak dan involusi uterus (SDKI:
D.0079).
Tujuan (SLKI: L.08063)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil pasien melaporkan
nyeri terkontrol, pasien tidak mengeluh nyeri, ekspresi wajah
tenang, skala nyeri dalam batas normal
Intervensi Keperawatan (SIKI: I.08238)
Observasi:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal

15
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
1) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3) Fasilitasi istirhat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan tehnik non farmakologisuntuk mengurangi rasa
rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Defisit pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan
bayi berhubungan dengan kurangnya informasi (D.0111).
Tujuan (SLKI: L12111).
Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan
mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah

16
dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien
mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang telah
diberikan.

Intervensi Keperawatan (SIKI: I.12393).


Observasi:
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
Terapeutik:
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
4) Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui
5) Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga
kesehatan, dan masyarakat
Edukasi:
1) Berikan konseling menyusui
2) Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3) Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan (latch
on) dengan benar
4) Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkonpres dengan kapas yang telah diberikan minyak
kelapa
5) Ajarkan perawatan payudara post partum (mis. Memerah
ASI, pijat payudara, pijat oksitosin).
c. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma
perinium selama persalinanan dan kelahiran (D.0075).
Tujuan (SLKI: L.07061)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat
mengungkapkan keluhan tidak nyaman berkurang
Intervensi Keperawatan (SIKI: I.08238)

17
Observasi:
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi respon nyeri non verbal
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6) Identifikasi pengaruh nyeri pada rasa nyaman
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
1) Berikan terapi non farmakologis untuk meningkatkan rasa
nyaman (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain).
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3) Fasilitasi istirhat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan periode pasca
partum (D.0055).
Tujuan (SLKI: L. 0055)

18
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat
mengungkapkan pola tidur membaik, tingkat keletihan
menurun.
Intervensi Keperawatan (SIKI: I.09265)
Observasi:
1) Identifikasi pola aktivitas tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (mis. Kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu
tidur, minum banyak air sebelum tidur)
4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik:
1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)
2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4) Tetapkan jadwal tidur rutin
5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan rasa nyaman (mis.
Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi:
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift kerja)

19
6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN POST PARTUM DI
RUANG MATAHARI RUMAH SAKIT SETUKPA SECAPA POLRI
SUKABUMI

3.1 PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
a. Nama klien : Ny. R
Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsaan : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan Gotong Royong 17 43123 Sukabumi
No. Reg : 056093
Tgl masuk : 23-Juni-2022
Tgl dikaji : 23-juni-2022
Diagnosa medis : G3P2A0
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. O
Umur : 31 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Gotong Royong 17 43123 Sukabumi
Hub. dengan klien : Suami

2. Status kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan sakit di daerah kemaluannya

21
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah kemaluan (peritoneum) akibat
episiotomi, nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dengan skala nyeri
3, nyeri sering dirasakan bila klien duduk terlalu lama dan akan
berkurang bila klien tidur terlentang.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien sebelumnya belum pernah dilakukan Episotomi dan juga
belum pernah menderita penyakit sebelumnya seperti abortus,
KET, moulage dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengtakan bahwa di keluarga tidak ada yang mempunyai
penyakit menular atau penyakit keturunan lain sperti diabetes
militus, jantung dan di dalam keluarga klien tidak ada yang
mempunyai keturunan kembar.
e. Riwayat Ginekologi dan Menstruasi
1) Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 6 – 8 hari
Disminorhe : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
Banyaknya : 2 x ganti pembalut/hari
HpHt : 04 - 05 – 2021
Teksiran Persalinan : 11 - 02 - 2022
2) Riwayat perkawinan
Usia klien pada saat menikah adalah 22 tahun, suami 26 tahun.
Lamanya pernikahan 5 tahun ini merupakan pernikahan pertama
bagi kedua pihak
3) Riwayat KB
Klien mengatakan sebelum pada saat melahirkan anak pertama
menggunakan KB pil, pada anak kedua tidak menggunakan KB

22
dan sekarang klien berencana akan menggunakan KB IUD, bila
diberi izin suami.
f. Riwayat Obstetri

1) Riwayat kehamilan sekarang


Klien mengatakan bahwa kehamilan sekarang adalah kehamilan
ke-3 pergerakan janin dirasakan pada bulan ke-5, klien selalu
memeriksa kehamilan secara teratur kepada bidan setempat,
selama hamil klien mengatakan tidak menderita penyakit apapun
dan tidak ada keluhan selama hamil, berat badan klien
bertambah 11 kg dari 48 kg menjadi 59 kg, klien mendapatkan
imunisasi TT pada usia kehamilan 16 minggu dan TT2 pada usia
kehamilan 32 minggu.
2) Riwayat persalinan sekarang
Klien datang ke ruang IGD tanggal 02-02-2022, kemudian di
bawa ke ruang VK/vartus kamar pada pukul 14.30 dengan
keluhan mules-mules serta keluar cairan pervagina sejak pukul
11.00 siang pukul 15.15 bayi dilahirkan dengan jenis kelamin
laki-laki BB: 2900 gr, TB: 52 cm, LK: 33,5 cm, LD: 31 cm.
3) Data Nifas
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TTV :
TD = 120/80 mmHg
R = 24 x/menit
S = 36,50C
N = 84 x/menit
Perdarahan : Ada
Tinggi fundus uterri : 3 jari di atas perut
Pengeluaran lonchea : Warna merah segar darah
Bau : Khas
Jenis : Rubra

23
4) Pola sehari-hari
No POLA SEBELUM SELAMA POST
SEHARI- HAMIL HAMIL PARTUM
HARI
1 a Makan 3 x sehari 2 x sehari 3 x sehari
 Frekuensi Nasi + sayur Nasi + Nasi + sayur +
 Jenis + lauk sayur lauk
 porsi Habis +lauk 1 porsi habis
 Makanan Tidak ada Habis tidak ada
pantangan Nanas

b Minum 7-8 gelas 7-8 gelas

 Frekwensi sehari 7-8 gelas sehari

 Jenis air putih + sehari air putih + teh


teh air putih +
teh
2 Pola eliminasi 4-5 x sehari 7-8 x 7-8 x sehari
a BAK kuning sehari Kuning jernih
 Frekwensi jernih kuning
 Warna jernih

Belum pernah
b BAB
1 x sehari Belum pernah
 Frekuensi
kuning 1 x sehari Belum pernah
 Warna
tengguli kuning
 konsistensi
lembek tengguli
berbentuk lembek
berbentuk

3 Pola istirahat 2-3 jam/hari Belum Tidak bisa


& tidur + 7 jam/hari pernah tidur siang
 Tidur Tidak ada +7 + 2 jam/hari
siang jam/hari Sering bangun

24
 Tidur Tidak ada malam hari
malam
 Keluhan

4 Personal 2 x/hari Belum Belum pernah


Hygiene 3 x/hari pernah 2 x 1 hari
 Mandi 2x1 +7 belum pernah
 Gosok gigi minggu jam/hari Belum pernah
 Keramas tidak pernah Tidak ada
 Perawatan melakukan
payudara pada saat
 Perawatan mandi
vulva
5 Pola aktivitas Klien dapat klien Klien
melakukan bekerja mampuberjalan
aktivitas seperti IRT perlahan untuk
seperti biasa biasa, dan ke air, aktivitas
sebagai klien klien masih
seorang istri membatasi serba terbatas
dan sebagai aktivitas
seorang ibu yang berat
dari satu
anak
6 Pola tidak ada tidak ada Belum pernah
seksualitas masalah masalah
1-4 1-2
x/minggu x/minggu

g. Pemeriksaan Fisik
1) Ibu
2) Keadaan umum : Baik
3) Kesadaran : Compos medis

25
4) Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5oC
R : 24 x/menit
TB : 158 cm
BB : 48 kg
Pada saat hamil mejadi 59 kg karena ada penambahan BB
sebanyak 11 kg)  kenaikan BB 1 bulan 2 kg, selama hamil 11
kg.

h. Pengkajian persistem
1) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid dan
pembesaran pankreas.
2) Sistem Kardiovaskuler
Leher tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada massa
dan benjolan, bunyi jantung reguler, hearth rate 88 x/menit
3) Sistem Penglihatan
Bentuk mata simetris, kelopak mata simetris, kornea bening
jernih, lensa tampak jernih, fungsi penglihatan baik, klien
mampu membaca papan nama perawat tanpa alat bantu, reflek
pupil terdapat cahaya konjungtiva anemis, sklera anikterik,
gerakan bola mata terarah
4) Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, arikula sejajar mata kanan dan kiri,
tidak terdapat serumen, tidak ada nyeri tekan pada daerah
mastoid, fungsi pendengaran baik, klien mampu menjawab
semua pertanyaan dengan baik
5) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, mukosa hidung merah muda, tidak
terdapat sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, pada sinus
prontalis dan maksilaris tidak ada nyeri tekan, test penciuman

26
(+), dapat membedakan bau kopi dengan menutup mata dan
hidung sebelah letak trachea di tengah, dada berbentuk
simetris, bunyi nafas reguler, tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada penggunaan otot-otot pernapasan ekspirasi paru-paru
sama, frekuensi respirasi 20 x.menit, vocal premitus sama
kanan dan kiri, perkusi paru-paru resonan wheezing (-) dan
ronchi (-)

6) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa mulut berwarna merah muda,
stomatitis (-), jumlah gigi 32 buah, caries (-), warna gigi putih,
pembesaran tonsil (-), letak uvula di tengah, abdomen
berbentuk ambung, auskultasi bising usus (+), frekuensi 12
x/menit, pembesaran hepar (-), pembesaran lesi, tidak ada
haemoroid dan anus tampak bersih.
7) Sistem Reproduksi
Vulva dan vagina tidak nampak adanya oedema dan Varises,
terdapat lochea rubra, berwarna merah segar, berbau amis,
konsistensinya TFU 3 jari di bawah pusat kontraksi, uterus
baik payudara bentuk simetris teraba kenyal, tidak terdapat
benjolan, puting susu menonjol, ASI sudah keluar sedikit.
8) Sistem Musculosskeletal
 Extremitas Atas
Bentuk simetris kiri dan kanan, jari tangan berjumlah 5
kanan dan kiri, kuku jari pendek kanan dan kiri, dapat
melakukan pergerakan flesi, ekstensi, abdukasi, aduksi,
rotasi, reflek bisep (+), dan trisep (+), dan reflek brahio
radialis (+), kekuatan otot baik, dapat menahan dan
melawan tekanan yang diberikan perawat, kekuatan otot 5 5
 Extremitas Bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, kuku jari berjumlah 5 dan
tidak panjang, kedua kaki dapat melakukan pergerakan

27
fleksi, aduksi, abdukasi, rotasi reflek patela (+), babinsky
(-), reflek achiles (+) pada pemeriksaan homman sign (-),
kekuatan otot 5 5
9) Sistem Perkemihan
Saat dipalpasi, tidak terdapat nyeri tekan pada ginjal, kandung
kemih terasa kosong, warna urine kuning jernih

i. Aspek psikososial dan spiritual


1) Persepsi dan pola fikir
Klien belum mengetahui tentang perawatan setelah masa nifas
seperti perawatan luka episiotomi, perawaan vulva dan
perawatan payudara.
2) Konsep diri
a) Body Image
Klien mengatakan tidak terganggu karena menurut klien ini
hal biasa untuk wanita.
b) Peran Diri
Perannya sudah lengkap sebagai seorang istri dan ibu dari
dua anak
c) Ideal Diri
KLien berharap anaknnya selalu sehat dan tumbuh dengan
baik
d) Identitas Diri
Klien seorang istri dan klien adalah anak ke-5 dari 6
bersaudara
e) Harga Diri
Klien bangga dengan perannya sebagai seorang isteri
j. Aspek Sosial
Pola Komunikasi
Klien berespon dengan baik saat perawat mengajukan dan dapat
menjawab dengan baik

28
k. Pola spiritual
Klien seorang yang menganut agama Islam
l. Data Spiritual
Klien belum pernah melakukan sholat 5 waktu karna masih
terdapat lochea.

m. Therapy
1) Data penunjang: Tanggal 02-Februari 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11,6 gr % 12,00 - 15,00 gr %
Hematokrit 36,70 % 35,00 – 47,00 gr %
Trombosit 213.000 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Leukosit 7.800 mm3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosis 2,76 mm3 4,5 – 6 juta/ mm3
2) Therapi:
a) Cefixim tab 500 mg 2x1
b) Asmef tab 500 mg 3x1
c) B.Com C 1x1
3) Perawatan
a) Merapihkan tempat tidur
b) Vulva hygiene
c) Perawatan luka episiotomi
3. Data Fokus
Data objektif
a. Terdapat luka episiotomi perineum jenis medial, panjang + 3 cm,
wajah meringis skala nyeri + 3 (menurut wong backer faces pain
rating scale)
b. Klien tampak sulit bangun dari tempat tidur
c. ADL klien dibantu keluarga atau perawat
d. Klien pada waktu bergerak meringis

29
Data Subjektif
a. Klien mengatakan nyeri pada luka episiotomi
b. Klien mengatakan nyeri pada saat duduk
c. Klien mengatakan bila tidur tidak nyenyak
d. Klien mengatakan tidak berani membersihkan luka episiotomy nya

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS Terputusnya Nyeri melahirkan
 Klien mengatakan kontinuitas (D.0079).
nyeri pada luka jaringan
episiotomi pada 
daerah perineum. Dihantarkan
DO kesaraf tepi
 Terdapat luka jahitan 
pada perineum jenis Merangsang
medial panjang + 3 pembentukan
cm zat kimia:
 Wajah meringis Bradikinin,
 Skala nyeri 3 (Womg, serotinin,
2018) histanin dan
prostag landin

Dihantarkan ke
kortek serebri

Nyeri
dipersepsikan
2 DS Post partum Risiko Infeksi
 Klien mengatakan  (D.0142)
vaginanya masih Adanya luka
mengeluarkan darah jahitan pada
segar perineum
DO disertai
 Vulva kotor keluarnya
 Terdapat luka jahitan lochea rubra
 Terdapat lochea rubra 

30
berwarna merah segar Memudahkan
bau amis dengan kuman
konsistensi cair berkembang
biak pada daerah
sekitar genetal

Potensial
terjadinya
infeksi pada
luka jahitan

3.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah (SDKI, 2016).


1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan trauma perineum, terputusnya
kontinuitas jaringan akibat luka episiotomi (D.0079).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan mudahnya kuman berkembang pda
sekitar genetal akibat daerah genetalia atau vulva kotor (D.0142).

31
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Setelah dilakukan Tindakan Observasi: Observasi:
melahirkan keperawatan selama 1 x 24 1) Identifikasi skala nyeri 1) Untuk mengetahui perkembangan nyeri
berhubungan jam diharapkan klien dapat klien
dengan beradaptasi dengan nyeri 2) Identifikasi respon nyeri non verbal 2) Membantu dalam mengidentifikasi
kontraksi yang di alami dengan derajat ketidak nyamanan di
otot/dilatasi kriteria hubungkan dengan abortus imminens
serviks, trauma hasil: dengan kontraksi uterus.
jaringan (ruptur a. Keluhan nyeri 3) Identifikasi faktor yang memperberat 3) Membantu dalam mengidentifikasi
tuba fallopi) berkurang dan memperingan nyeri sumber masalah nyeri yang dialami
(D.0079). b. Klien tidak mengeluh oleh klien
nyeri 4) Identifikasi pengetahuan dan 4) Membantu dalam mengidentifikasi
c. Klien menunjukkan keyakinan tentang nyeri tindakan non farmakologis yang tepat
teknik relaksasi secara bagi klien
individual yang efektif 5) Identifikasi pengaruh budaya terhadap 5) Untuk mengetahui faktor eksternal
untuk mencapai respon nyeri yang mempengaruhi respon klien
kenyamana terhadap nyeri
d. Klien mengenal faktor 6) Identifikasi pengaruh nyeri pada rasa 6) Mempengaruhi kemampuan klien
penyebab dan nyaman untuk rileks
menggunakan tindakan 7) Monitor keberhasilan terapi 7) Membantu dalam menurunkan tingkat
untuk mencegah nyeri. komplementer yang sudah diberikan ketidaknyamanan dan memfokuskan
perhatian dan meningkatkan

32
kemampuan koping klien
8) Monitor efek samping penggunaan 8) Untuk mengetahui efek analgetik pada
analgetik klien dan mengidentifikasi adanya
resiko alergi obat

Terapeutik: Terapeutik:
1) Berikan terapi non farmakologis untuk 1) Sebagai alternatif dari penatalaksanaan
meningkatkan rasa nyaman (mis. farmakologis
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2) Kontrol lingkungan yang 2) Mengidentifikasi faktor eksternal yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu mempengaruhi skala nyeri klien
ruangan, pencahayaan, kebisingan).
3) Fasilitasi istirahat dan tidur 3) Meningkatkan keadaan umum klien
pasca partum
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 4) Membantu dalam mengidentifikasi
dalam pemilihan strategi meredakan tindakan non farmakologis yang tepat
nyeri. bagi klien

Edukasi:
1) Meningkatkan pengetahuan klien

33
Edukasi: tentang masalah kesehatan yang
1) Jelaskan penyebab, periode, dan dialami
pemicu nyeri 2) Sebagai upaya meningkatkan
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri kemandirian klien dalam melaksanakan
terapi non farmakologis
3) Meningkatkan kemandirian klien dalam
3) Anjurkan monitor nyeri secara mengidentifikasi berat ringannya nyeri
mandiri yang dialami
4) Untuk mencegah terjadinya konsumsi
obat analgetik secara berlebihan
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat Kolaborasi:
Terapi farmakologis dalam menurunkan
Kolaborasi: nyeri yang dialami klien
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2 Risiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Observasi: Observasi


berhubungan keperawatan selama 2 x 24 1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal 1) Untuk melihat adanya perubahan suhu
dengan jam diharapkan klien resiko dan sistemik tubuh
mudahnya infeksi tidak terjadi dengan 2) Bersihkan Luka dengan cairan NACL 2) Untuk mengurangi risiko infeksi pada
kuman kriteria hasil: atau pembersih non toksik sesuai luka post op
berkembang pda a. Luka dalam keadaan kebutuhan 3) Untuk mengurangi risiko terpapar dari
sekitar genetal bersih, atau terawat. 3) Pertahankan teknik steril saat luar
akibat daerah b. Tidak tampak adanya

34
genetalia atau tanda-tanda infeksi perawatan luka
vulva kotor c. Integritas kulit dan
(D.0142). jaringan membaik Terapeutik: Terapeutik
1) Batasi Jumlah Pengunjung 1) Untuk mengurangi risiko infeksi
2) Berikan perawatan kulit pada area 2) Meningkatkan keberhasilan
edema penyembuhan luka
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah 3) Personal hygiene dapat mengurangi
kontak dengan pasien dan lingkungan risiko infeksi nosokomial
pasien
4) Pertahankan tehnik aseptik pada 4) Untuk mencegah terjadinya risiko infeksi
pasien beresiko tinggi 4) Mengedukasi klien dan keluarga
5) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Edukasi Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi 1) Sebagai upaya mengedukasi pasien dan
keluarga dalam pencegahan risiko
infeksi secara mandiri
2) Ajarkan tentang cara mencuci tangan 2) Personal hygiene dapat mengurangi
dengan benar risiko infeksi nosokomial
3) Ajarkan etika batuk 3) Droplet yang keluar saat batuk ataupun
bersin dapat menularkan
mikroorganisme penyebab infeksi
4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka 4) Sebagai upaya mengedukasi dan
atau luka operasi meningkatkan kemandirian pasien dan
keluarga dalam pencegahan risiko

35
infeksi secara mandiri
5) Anjurkan meningkatkan asupan 5) Asupan nutrisi yang sehat dan adekuat
nutrisi dapat meningkatkan imunitas pasien
terhadap risiko infeksi
6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan 6) Asupan cairan yang sehat dan adekuat
dapat meningkatkan imunitas pasien
terhadap risiko infeksi
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika Kolaborasi untuk tindakan yang bermanfaat
perlu untuk pasien

36
3.5 Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal/ Implementasi Respon Hasil


DX Jam
I Jumat 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengatakan
24-06-2022 skala nyeri nyeri pada bagian luka
09.00 WIB 2. Mengajarkan post episiotemi
Tekhnik relaksasi berkurang. Skala nyeri
napas dalam awal: 5 (nyeri sedang)
3. Menganjurkan Setelah diberikan
pasien Tindakan: 4 (nyeri
mengurangi nyeri sedang)
dengan self 2. Pasien tampak lebih
management nyeri rileks

4. Menganjurkan 3. Pasien melakukan


memonitor nyeri teknik napas dalam pada
secara Mandiri saat nyeri timbul
5. Menganjurkan
untuk beristirahat
ketika nyeri
4. Pasien tampak
muncul
memonitor nyeri secara
6. Berkolaborasi
mandiri
dalam pemberian
5. Pasien tampak
analgesic
beristirahat pada saat
nyeri timbul

6. Pasien tampak diberikan


injeksi Keterolac 3x30
mg

II Jumat 1. Memonitor tanda 1. Tanda tanda infeksi:


–tanda infeksi Rubor:

37
24-02-2022 Skala 4
11.00 WIB Kalor:
Suhu pada luka 37∘C
Dolor:
Tidak terdapat
kemerahan
Fungsi Laesa:
Nyeri saat bergerak
2. Membatasi
Jumlah 2. Pasien hanya
Pengunjung didampingi oleh suami
3. Membersihkan
Luka dengan 3. Pasien mengatakan luka
cairan NACL atau bekas episiotomi
pembersih non membaik
toksik sesuai
kebutuhan
4. Mempertahan kan 4. Masih tampak luka,
teknik steril saat tidak terdapat
perawatan luka kemerahan/peradangan
5. Pasien dan keluarga
5. Menjelaskan
tanda dan gejala mulai paham tanda dan
gejala infeksi
infeksi
6. Berkolaborasi
6. Berkolaborasi pemberian injeksi
pemberian antibiotic Cefriaxone
antibiotik 1x2 gr

3.6 Evaluasi Keperawatan


No Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf
DX

38
I Jumat S: Nurpalah
24-06-2022 1. Pasien mengatakan nyeri
10.40 WIB pada bagian luka post
episiotomi berkurang.
Skala nyeri awal: 5 (nyeri
sedang), setelah diberikan
Tindakan: 4 (nyeri sedang)
2. Pasien mengatakan merasa
lebih nyaman

O:
1. Pasien tampak lebih rileks
2. Pasien melakukan teknik
napas dalam pada saat
nyeri timbul
3. Pasien tampak memonitor
nyeri secara mandiri
4. Pasien tampak beristirahat
pada saat nyeri timbul

A:
Masalah nyeri melahirkan teratasi

P: Intervensi dihentikan

III Jumat S: Nurpalah


24-06-2022 1. Pasien mengatakan luka
11.00 WIB bekas episiotomi membaik
2. Pasien dan keluarga mulai
paham tanda dan gejala

39
infeksi

O:
1. Tanda tanda infeksi:
Rubor:
Skala 4
Kalor:
Suhu pada luka 37∘C
Dolor:
Tidak terdapat kemerahan
Fungsi Laesa:
Nyeri saat bergerak
2. Masih tampak luka Post
episiotomi, tidak terdapat
kemerahan/peradangan

A:
Masalah Resiko Infeksi teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Berkolaborasi pemberian
injeksi antibiotic Cefriaxone
1x2 gr

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan diuraikan kesenjangan-kesenjangan yang


terjadi antara teori dan kasus nyata yang ditemukan saat memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.R dengan post partum di Matahari RS Setukpa Secapa

40
Polri. Pembahasan ini akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan juga evaluasi.
4.1 Pengkajian
Reeder (2012) menjelaskan bahwa pada pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala sampai kaki. Pada payudara normalnya payudara simentris, tidak ada
pembengkakan, tidak terdapat benjolan pada saat dilakukan palpasi, sudah
ada kolostrum, puting susu menonjol, aerola berwarna kecoklatan, dan tidak
terdapat lesi pada daerah aerola ataupun puting susu dan payudara terlihat
bersih. Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. R. pada jam 08.00 payudara
terlihat bersih, simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, tidak
terdapat lesi pada daerah aerola dan puting susu, aerola berwarna kecoklatan,
sudah ada kolostrum tetapi pada payudara sebelah kiri tidak mengeluarkan
ASI pada saat diperiksa. Dari hasil diatas ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus, pada payudara Ny.R sebalah kiri tidak mengeluarkan
ASI ini di karenakan bayi kurang menyusui pada payudara kiri sehingga
kurangnya stimulasi menyusui pada payudara kiri akibatnya hormon oksitosin
tidak bekerja.

4.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah (SDKI, 2016).


Setelah dilakukan pengkajian dan analisis terhadap pasien, maka
diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan SDKI (2016):
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan trauma perineum, terputusnya
kontinuitas jaringan akibat luka episiotomi (D.0079).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan mudahnya kuman berkembang pda
sekitar genetal akibat daerah genetalia atau vulva kotor (D.0142).

4.3 Intervensi keperawatan keperawatan berdasarkan SIKI (2018)


Tujuan yang dibuat ditetapkan lebih umum pada praktek nyata tujuan
perawatan dimodifikasi sesuai kondisi pasien. Tujuan yang dibuat
mempunyai batasan waktu, dapat diukur, dapat dicapai, rasional sesuai
kemampuan pasien, sedangkan intervensi disusun berdasarkan diagnose
keperawatan ditegakan (Herdman, 2012). Pada kasus Ny.R tidak ditemukan

41
antara kesenjangan teori dan kasus nyata dilahan praktek karena secara teori
menurut Herdman & Kamitsuru (2015).

4.4 Implementasi Keperawatan


Dalam melakukan tindakan keperawatan pada Ny.R semua tindakan
dalam proses teori keperawatan yang berfokus pada intervensi yang
ditetapkan pada hari pertama dilakukan implementasi dari diagnosa nyeri
melahirkan, tindakan yang dilakukan adalah observasi TTV, mengkaji tingkat
nyeri, mengalihkan perhatian sebagaisalah satu Teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri. Diagnosa resiko infeksi tindakan yang dilakukan
mengobservasi tanda tanda peradangan, merawat luka dengan Tindakan
aseptic dan antiseptic, membantu dan menganjurkan klien untuk
membersihkan lingkungan (tempat tidurnya)
4.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan yang
dapat menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi pada Ny.R.
sesuai dengan implementasi pada kriteria hasil yang telah dilakukan. Evaluasi
dilakukan antara lain: pada diagnosa 1, evaluasi pada tindakan yang
dilakukan adalah pasien mengatakan masih nyeri tetapi sudah berkurang,
diagnosa resiko infeksi evaluasi yang didapatkan adalah Ny I. tidak terjadi
tanda tanda infeksi dan luka tampak bersih dan terawat. Kesimpulan yang
diperoleh adalah pasien dapat melanjutkan intervensi dirumah sesuai dengan
yang telah direncanakan dan pelaksanaan yang telah dijalankan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan
post Partum di Ruang Matahari RS Setukpa Secapa Polri pada tahun 2022 dapat
diberikan secara sistematis dan terorganisir dengan menggunakan pengkajian
yang baku serta hasil yang diharapkan sesuai dengan harapan pasien, sehingga

42
dapat disimpulkan bahwa : Pengkajian dilakukan pada tanggal 24-06-2022 pada
Ny.R dengan riwayat obstetri G2P2A0 post partum hari kedua. Hasil pengkajian
pada Ny.R didapatkan kesadaran pasien composmetis, GCS : E4V5M6, TD :
120/80 mmHg, Nadi : 84x/m, Suhu : 36’5 C, RR : 20x/m, setelah melahirkan
pasien belum BAB, setelah melahirkan pasien sudah BAK 1x, pada pengkajian di
dapat data bahwa pasien tampak meringis kesakitan, pasien menyatakan kurang
tidur karna suasana rumah sakit yang ramai dan suasana yang berbeda dengan di
rumah.
Dari hasil pengkajian dilakukan analisa data. Analisa data yang pertama,
data subjektif Ny. I. mengatakan bahwa nyeri : P nyeri pada saat bergerak, Q :
nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R : nyeri yang dirasakan itu terdapat
pada daerah jahitan (perineum), T : nyeri yang dirasakan tersebut hilang timbul.
Data Objektif Ny.R tampak meringis kesakitan, S : skala nyeri 5. Analisa data
yang kedua diperoleh data objektif vulva tampak kotor, terdapat luka episiotomi,
tampak lochea rubra.
Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 24-06-2022 yang
dilakukan pada Ny.R. sesuai dengan rencana tindakan yang telah dilakukan. Hasil
evaluasi yang dilakukan selama tanggal 24-06-2022 dalam bentuk SOAP. Pada
kedua diagnosa keperawatan yang di tetapkan yang telah teratasi, yang teratasi
sebagian adalah risiko infeksi
5.2 Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.R di
rumahnya dan kesimpulan yang telah ditulis oleh penulis diatas, maka dengan itu
penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan
proses keperawatan serta perlu adanya keikutsertaan keluarga karena
keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan
perkembangan dan kebiasaan pasien.
2. Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa yang
terdapat pada teori, akan tetapi harus di sesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan dari rumah
sakit.

43
3. Dalam memberikan perawatan diagnosa harus tercatat dengan baik
agar perawat terarah melakukan tindakan.
4. Dalam penyuluhan menggunakan media yang baik dan dokumentasi
yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2002. Obstetric Patologi. Jakarta :


EGC

Fakultas Kedokteran Universitas padjajaran. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi :


Obstetri patologi 2 : Jakarta, EGC

Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification


(NOC). Mosby. Philadelphia.

44
Manuaba, Ida Bagus Gde.2000. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi edisi
2: Jakarta, Penerbit buku kedokteran EGC

Marilyin, Doengoes. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta :


EGC

MC. Closky. T dan Bulaceck G. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC).


Mosby. Philadelphia.

Nanda (2000). Nursing Diagnosis : Prinsip dan Classification. 2001-2002.


Philadelphia USA.

Oxorn, Harry dan William R. Forte.2010. Ilmu kebidanan: Patologi dan fisiologi
persalinan. Yogyakarta : C.V Andi Offset

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Saifudin, A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta. YBPSP.

Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

45

Anda mungkin juga menyukai