Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR KERJA KLINIK RADIOLOGI

Pembimbing :

drg. Bayu Indra Sukmana, M.Kes

Disusun oleh :

Priska Elisabet S 18311113200

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

September, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir kerja klinik radiologi tepat
pada waktunya.
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya stase radiologi coass 2018 FKG
Universitas Lambung Mangkurat, maka laporan akhir kerja klinik radiologi ini
berkenaan dengan materi seputar radiologi dan hasil kerja klinik radiologi.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas stase radiologi
coass 2018 FKG Universitas Lambung Mangkurat. Dalam laporan ini, penulis
mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah membantu dan
membimbing dalam penulisan laporan akhir kerja klinik radiologi ini.
Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kemajuan ilmu di bidang radiologi. Penulisa menyadari bahwa penulisan laporan
akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa terbuka
untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan akhir kerja klinik radiologi kedepannya.

Banjarmasin, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I. LANDASAN TEORI ..................................................................... 4

BAB II. HASIL KERJA KLINIK RADIOLOGI...................................... 14

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 26


BAB I

LANDASAN TEORI

A. RADIOGRAFI
Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan
bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik, imajing dan terapi.
Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang
kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan
diagnosa dan untuk rencana perawatan.
Gambaran yang dihasilkan foto rontgen panoramik atau periapikal seorang
pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya
kelainan-kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan
sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana
perawatan. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2
yaitu teknik intra-oral dan ekstra-oral. Pada teknik intra-oral, film rontgen diletakkan
didalam mulut pasien, salah satunya adalah foto periapikal dan bitewing serta oklusal,
sedangkan pada teknik foto rontgen ekstra-oral, film rontgen diletakkan diluar mulut
pasien, salah satunya adalah foto panoramik, macam lainnya adalah lateral foto,
cephalometri dan lain-lain
Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak terlihat pada
pemeriksaan klinis. Kegunaan foto radiografi gigi yaitu untuk mendeteksi lesi, lokasi
lesi atau benda asing yang terdapat pada rongga mulut, untuk membuktikan suatu
diagnosa penyakit serta menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan,
dan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi, adanya karies,
penyakit periodontal dan trauma pada gigi geligi.
B. KLASIFIKASI RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI
1. Pemeriksaan radiografi intra oral
Pemeriksan ini menggambarkan sebagian kecil dari keadaan gigi dan
struktur pendukung radiografi intra oral. Dalam penggunaannya, film intar
oral diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan periapikal terdiri dari
2 teknik, yaitu teknik kesejajaran dan teknik bidang bagi. Teknik-teknik
ini digunakan untuk memeriksa kondisi mahkota dan akar gigi serta
struktur periodontal gigi. Radiografi intra oral terdiri dari 3 jenis yaitu
a. pemeriksaan periapikal
Radiografi Periapikal Radiografi ini bertujuan untuk memeriksa
gigi (mahkota dan akar) serta jaringan di sekitarnya. Tujuan radiografi
periapikal adalah untuk merekam seluruh gigi dan tulang pendukung,
dan digunakan untuk mengevaluasi karies dan kehilangan tulang
periodontal, serta membantu dalam diagnosis dan perawatan.
Radiografi intraoral dapat di hasilkan dengan menggunakan reseptor
film atau digital. Setiap foto radiograf periapikal biasanya
menunjukkan dua hingga empat gigi dan didukung informasi yang
rinci tentang gigi dan jaringan yang mengelilingi tulang alveolar.
Indikasi utama radiografi periapikal adalah :
 Untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi bagian apikal.
 Penilaian terhadap kondisi periodontal.
 Setelah adanya truma pada gigi dan berhubungan dengan tulang
alveolar.
 Penilaian kehadiran dan posisi dari gigi yang belum erupsi.
 Penilaian mofrologi akar sebelum pencabutan/ekstraksi.
 Penilaian sebelum dan setelah operasi apikal.
 Evaluasi mendetail dari kista apikal dan lesi lainnya dalam tulang
alveolar.
 Evaluasi setelah operasi implan
b. interproksimal
Pemeriksaan interproksimal dengan menggunakan teknik bite-
wing, digunakan untuk memeriksa mahkota gigi pada 2 rahang
sekaligus yaitu rahang atas dan rahang bawahpada satu film saja.
Interproksimal radiografi (bitewing radiografi) Radiografi ini
bertujuan untuk memeriksa mahkota, puncak tulang alveolar di
maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang
sama. Film yang dipakai adalah film khusus. Keuntungan dari
interproksimal radiografi yaitu karies dini lebih cepat terdeteksi,
puncak tulang alveolar mudah terlihat dan lebih meringankan pasien
yang sering mengalami reflek muntah. Manakala kerugian dari
interproksimal radiografi yaitu tidak terlihat regio periapikal dan ujung
akar serta pasien sulit mengoklusikan kedua rahang (mulut terlalu
terbuka) sehingga puncak tulang alveolar tidak terlihat.
c. oklusal.
Pemeriksaan oklusal dengan penggunaan teknik oklusal,
digunakan untuk pemeriksaan mandibula atau maksila dengan area
yang lebih luas yang tergambar pada satu film.
Oklusal radiografi Radiografi ini bertujuan untuk melihat area
yang lebih luas yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Oklusal
radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi akar, gigi
supernumerary, gigi yang tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di
saluran kelenjar submandibular, evaluasi dari perluasan lesi seperti
kista, tumor, atau keganasan di mandibula dan maksila, evaluasi basis
sinus maksilaris, evaluasi fraktur di maksila dan mandibula,
pemeriksaan daerah cleft palate serta mengukur perubahan dalam
bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan
adalah film khusus.
2. Radiografi Ekstra Oral
Pemeriksaan radiografi ekstra oral Pemeriksaan ini menggambarkan seluruh
daerah tengkorak dan rahang. Film radiografi diletakkan di luar mulut pasien.Tipe
radiografi ekstra oral sebagai berikut:

a. Panoramik
Radiografi ini akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila
yang lebih luas dalam satu film yang bertujuan untuk melihat perluasan suatu
lesi atau tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Keuntungan dari
panoramik yaitu gambar meliputi tulang wajah dan gigi, dosis radiasi lebih
kecil, nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah membuka mulut,
waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit, sangat
membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik,
membantu menegakkan diagnosa yang meliputi tulang rahang secara umum,
evaluasi terhadap trauma, dan perkembangan gigi geligi pada fase gigi
bercampur, evaluasi terhadap lesi, keadaan rahang dan gigi terpendam.
Kelemahan dari panoramik yaitu detail gambar yang tampil tidak sebaik
radiografi periapikal intra oral, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies
yang kecil, dan pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam
interpretasi.
b. Lateral jaw
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral
tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan
muka.
c. Lateral cephalometric
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah
akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini
juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus
paranasal dan palatum keras.
C. SUMBER RADIASI
Radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa zat perantara. Radiasi merupakan
slah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa
membutuhkan medium atau bahan pengantar tertentu. Dalam pengukuran radiasi
pada kegiatan roteksi radiasi terdapat dua hal yang ingin diketahui yaitu radiasi
primer dan radiasi sekunder.Radiasi primer yaitu radiasi yang diukur langsung dari
pancaran sinr–X sedangkan radiasi sekunder yaitu radiasi yang diukur dari jarak
tertentu dan merupakan pancaran yang telah menembus bahan.( Wiryosimin, 1995 )
Paparan radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima oleh manusia atau materi
yang berasal dari interna maupun eksterna.Paparan radiasi eksterna merupakan
paparan yang terjadi bila ada jarak antara sumber radiasi dengan individu
terpapar.Sedangkan paparan radiasi interna bila tidak ada jarak antara sumber radiasi
dengan individu, sehingga sering diistilahkan sebagai kontaminasi.(Wiryosimin,
1995).
Pemantauan terhadap paparan eksterna dilakukan dengan menggunakan dosimeter
fisik dan biologi.Dosimeter fisik seperti TLD, film badge, dosimeter saku, dan
lainnya, cukup sensitive terhadap paparan radiasi namun kurang otentik karena tidak
selalu mencerminkan dosis radiasi sesungguhnya yang diterima seorang pekerja
radiasi. Kekurangan ini dapat dipenuhi oleh dosimeter biologi sebagai cara untuk
memprediksi dosis yang diterima tubuh berdasarkan pada perubahan yang terjadi
pada sample biologi, sepert sel darah limfosit ( Wirysimin, 1995).

D. BAHAYA RADIASI
Radiasi yang digunakan di radiologi di samping bermanfaat untuk membantu
menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan
masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya
radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada
tidaknya pelindung radiasi. Setiap dokter gigi yang menggunakan radiografi harus
menguasai dengan baik cara penggunaan radiografi yang tepat agar dapat terhindar
dari bahaya tersebut. Bukti yang ada menunjukkan bahwa semua radiasi, tidak peduli
seberapa kecil dosis, memiliki potensi untuk menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dengan probabilitas statistik yang sangat rendah pada tubuh. Radiasi dapat
memberikan kerusakan biologis akibat pemaparan.
Efek Biologis Radiografi Dental Berdasarkan dosis radiasi, efek biologis radiasi
dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Efek Stokastik
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi
dan dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi
sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada sel. Ciri-ciri efek stokastik adalah tidak mengenal dosis ambang,
timbul setelah melalui masa tenang yang lama, keparahannya tidak bergantung
pada dosis radiasi, tidak ada penyembuhan spontan, contohnya adalah kanker dan
penyakit keturunan.
2. Efek non stokastik (deterministik)
Universitas Sumatra Utara Efek non stokastik (deterministik) adalah efek
yang tingkat keparahannya tergantung pada dosis yang diterima dan hanya timbul
bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel
akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek
ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun
lokal.
Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang
(threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima
lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada
dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek
deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang,
peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Ciri-ciri efek non stokastik adalah mempunyai dosis ambang, umumnya
timbul beberapa saat setelah radiasi, adanya penyembuhan spontan (tergantung
keparahan), tingkat keparahan tergantung pada dosis radiasi, contohnya adalah
eritema, kerontokan rambut, katarak dan berkurangnya kesuburan.
Berdasarkan tipe sel yang terpapar radiasi, maka secara biologis efek
radiasi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Efek Somatik Efek somatik adalah efek yang terlihat pada individu yang
terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek
somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
a. Efek Jangka Pendek Efek jangka pendek adalah efek yang yang terlihat
pada individu dalam dalam waktu singkat setelah individu tersebut
terpapar radiasi . Efek jangka pendek diasosiasikan sebagai sejumlah besar
radiasi yang diterima dalam waktu yang singkat. Efek jangka pendek dari
radiasi pada jaringan pada tubuh terutama ditentukan oleh sensitivitas sel
parenkimnya, contohnya seperti mual, muntah, rambut rontok, epilasi
(rambut rontok), eritema (memerahnya kulit), dan penurunan jumlah sel
darah.
b. Efek Jangka Panjang Efek jangka panjang adalah efek yang terlihat dalam
jangka waktu tahunan atau decade. Efek jangka pendek diasosiasikan
sebagai sejumlah kecil radiasi yang diterima dalam waktu yang lama. Efek
jangka panjang dari radiasi pada jaringan dan organ adalah hilangnya sel
Universitas Sumatra Utara parenkim dan penggantian oleh jaringan ikat
fibrosa. Perubahan ini disebabkan oleh kematian reproduksi sel dan
replikasi oleh kerusakan pada pembuluh darah halus. Kerusakan kapiler
menyebabkan penyempitan dan akhirnya terjadi obliterasi lumen
pembuluh darah. Kerusakan kapiler ini mengakibatkan rusaknya
pengangkutan oksigen, nutrisi dan mengakibatkan kematian dari semua
tipe sel (katarak, kanker, kerusakan genetik dan kelahiran abnormal).
2. Efek Genetik
Efek genetik adalah efek yang terjadi bukan pada orang yang terpapar
radiasi, melainkan terjadi pada keturunan dari individu yang terpapar radiasi.
E. PERTIMBANGAN RADIOGRAFI
Prosedur radiografi normal berlaku bagi pasien dalam keadaan baik. Prosedur ini
dapat dimodifikasi bagi pasien-pasien yang memiliki kesulitan yang tidak lazim.
Modifikasi spesifik tergantung dari karakteristik fisik dan emosional pasien.
Sebagaimana prosedur kedokteran gigi lainnya, asisten dokter gigi memulai dengan
pemeriksaan dengan menunjukkan apresiasi dari kondisi pasien dan simpati atas
segala masalah yang mungkin terjadi pada mereka. Jika asisten baik tetapi tegas maka
percaya diri pasien akan meningkat, sehingga membantu pasien rileks dan kooperatif.
Berikut merupakan beberapa kondisi dan keadaan yang mungkin terjadi, dengan
beberapa rekomendasi dan saran yang mungkin dapat membantu mencapai
pemeriksaan radiografo yang adekuat.
1. Infeksi
Infeksi pada struktur orofasial dapat menyebabkan edema dan memicu
terjadinya trismus pada beberapa otot pengunyahan. Sebagai hasil, radiografi
intraoral menjadi sakit bagi pasien dan sulit bagi pasien maupun radiologis.
Dalam keadaan tersebut ekstraoral atau teknik oklusal dapat menjadi satu-
satunya jalan untuk melakukan pemeriksaan. Pemilihan penyinaran ekstraoral
yang spesifik tergantung dari kondisi dan area yang akan diperiksa. Walaupun
hasil radiografi tidak ideal dalam berbagai aspek, biasanya dapat memberikan
informasi yang berguna bagi dokter gigi yang akan mendiagnosa. Pada kasus
edema pada daerah yang akan diperiksa, waktu penyinaran ditingkatkan untuk
mengkompensasi pembengkakkan jaringan.
2. Trauma
Pasien yang mengalami trauma kemungkinan mengalami fraktur gigi
maupun fasial. Fraktur gigi paling baik diperiksa mengginakan radiografi
periapikal. Perawatan khusus perlu dilakukan saat melakukan penyinaran
dikarenakan kondisi pasien. Fraktur skeletal akan terlihat sangat baik
menggunakan panoramik atau gambaran ekstraoral lain atau computed
tomography examination. Dalam beberapa kasus dengan fraktur fasial skeletal
dapat mempersulit karena sering terjadi cedera lainnya. Konsekuensinya,
pemeriksaan radiografi ekstraoral dengan posisi supine diperlukan. Walaupun
begitu, keadaan-keadaan tersebut tidak dapat mengkompromi teknik yang
dilakukan, dan kepuasan radiografi intraoral dapat diperoleh dengan posisi
tabung, pasien, dan reseptor yang relative.
3. Pasien dengan ketidakmampuan mental
Pasien dengan ketidakmampuan mental dapat menyebkan beberapa
kesulitan bagi radiologis saat melakukan pemeriksaan. Kesulitan biasanya hasil
dari kurangnya koordinasi pasien atau ketidakmampuan untuk memahami apa
yang diharapkan. Walaupun begitu, saat saat pemeriksaan radiografi dilakukan
secara cepat, gerakan yang tidak diduga oleh pasien dapan diminimalkan. Dalam
beberapa kasus sedasi diperlukan.
4. Pasien Dengan Keterbatasan Fisik
Pasien dengan keterbatasan fisik (contohnya penglihatan menurun,
pendengaran berkurang, penurunan fungsi ekstremitas, congenital defek seperti
celah palatum) dapat memerlukan penanganan khusus selama dilakukan prosedur
pemeriksaan radiografi. Pasien-pasien tersebut biasanya kooperatif dan senang
menerima bantuan. Mereka akan lebih mudah menerima ketidaknyamanan dan
toleransinya sangat tinggi, serta tidak banyak mengeluh dengan iritasi yang
timbul karena prosedur pemeriksaan radiografi. Anggota keluarga pasien juga
biasanya sangat membantu dalam memgarahkan pasien untuk ke kursi
pemeriksaan dan dalam menempatkan receptor.
5. Refleks Muntah
Terkadang, beberapa pasien yang membutuhkan pemeriksaan radiografi
menunjukan reflex muntah ketika lalai diarahkan. Biasanya pasien-pasien
tersebut merupakan tipe pasien yang ketakutan dengan prosedur baru yang belum
pernah dialaminya; atau beberapa memiliki jaringan yang sensitive sehingga
menunjukkan reflex muntah selama dilakukan prosedur radiografi. Sensitivitas
ini terlihat ketika receptor ditempatkan di dalam mulut. Untuk menghilangkan
keterbatasan teresebut, operator harus memberikan dukungan dengan
menenangkan pasien tersebut. Operator dapat menjelaskan prosedur radiografi
yang akan dialami pasien. Seringkali, reflex muntah berkurang jika operator
mendukung pasien dengan mendemonstrasikan prosedur teknik radiografi dan
kompetensinya sebagai operator. Refleks muntah sering lebih parah terjadi saat
pasien merasa lelah; hal inilah mengapa disarankan melakukan pemeriksaan
radiografi pada pagi hari, saat pasien telah beristiraat cukup, terutama pada asien
anak-anak.

Rangsang pada lidah bagian posterior atau pada palatum lunak sering
memicu terjadinya reflex muntah. Maka, saat dilakukan prosedur penempatan
receptor, lidah harus dalam keadaan relaks pada dasar mulut. Hal ini dapat
dilakukan dengan meminta pasien untuk menean ludah sebelum membuka mulut
(operator tidak disarankan untuk meminta pasien mengontrol lidahnya; hal ini
biasanya justru membingungkan asien dan membuat lidah mereka bergerak
secara tidak sadar). Receptor diletakkan dalam mulut dengan posisi paralel
dengan occlusam plane. Ketika area yang diinginkan sudah dicapai, receptor
digerakan dengan menyentuh dasar mulut atau palatum. Hal ini dapat memicu
reflex muntah. Juga, operator harus mengingat bahwa semakin lama receptor
berada di mulut pasien, semakin tinggi juga resiko pasien tersebut untuk
mengaami reflex muntah. Pasien harus diberi tahu untuk bernafas cepat melalui
hidung, karena bernafas melalui mulut akan memperburuk kondisi ini).
Beberapa latihan dapat membuatrefleks muntah pasien menurun selama
prosedur radiografi. Meminta pasien untuk menahan nafas selama prosedur dapat
membingungkan pasien, atau meminta pasien memposisikan kaki dalam posisi
tergantung. Pada kasus yang lebih ekstrim, topical anestesi dapat digunakan
untuk membantu kelancaran prosedur pemeriksaan radiografi. Bagaimanapun,
penanganan yang terbaik ialah dengan mengurangi ketakutan pasien,
meminimalisasi iritasi jaringan yang dialami pasien selama prosedur, dan
meminta pasien bernafas cepat melalui hidung. Jika semua cara ersebut gagal,
pemeriksaan radiografi ekstraoral dapat menjadi satu-satunya cara.
F. PRINSIP UMUM INTERPRETASI RADIOGRAF KEDOKTERAN
GIGI
Interpretasi radiograf kedokteran gigi secara umum hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini (Supriyadi, 2012) :
1. Interpretasi radiograf hanya dilakukan pada radiograf dengan
characteristic image yang baik, baik visual characteristic (detail, contrast
dan density) maupun geometric characteristuc (magnification/
unsharpness,distortion) Seorang interpreter jangan sekali-kali melakukan
interpretasi pada radiograf dengan kualitas yang kurang baik karena akan
mempengaruhi keakuratan radiodiagnosisnya.
2. Sebuah radiograf gigi seharusnya dapat memberikan penilaian yang
adekuat terhadap area yang terlibat. Oleh karena itu jika suatu radiograf
periapikal tidak dapat menggambarkan keseluruhan batas-batas lesi, maka
diperlukan proyeksi radiograf yang lain, misalnya proyeksi oklusal,
panoramik atau pemeriksaan ekstraoral lainnya.
3. Kadang-kadang diperlukan suatu pemeriksaan radiografi pembanding,
misalnya:
a. Pemeriksaan radiografi kontralateralnya (sisi simetrisnya)
Pemeriksaan radiografi kontralateralnya sangat penting untuk
memastikan apakah gambaran radiagrafi kasus yang ditangani
tersebut sesuatu yang normal ataukah patologis
b. Pemeriksaan radiografi dengan angulasi (sudut penyinaran) yang
berbeda Pemeriksaan radiografi dengan angulasi yang berbeda
dimaksudkan untuk mengidentifikasi lokasi lesi; apakah berada lebih
ke bukal atau ke palatal/lingual. Pemeriksaan ini juga penting untuk
memperjelas suatu objek target yang dengan angulasi standar sering
terjadi superimpose.
c. Perbandingan dengan pemeriksaan radiografi sebelumnya
Pemeriksaan radiografi sebelumnya ini sangat penting untuk
mengetahui kecepatan perkembangan dan pertumbuhan lesi.
Pemeriksaan radiografi sebelumnya juga penting untuk mengetahui
tingkat penyembuhan sutau perawatan dan kemungkinan
ditemukannya adanya penyakit baru.
4. Pembacaan radiograf seharusnya dilakukan pada optimum viuwing
condition (viewing screen harus terang, ruangan agak gelap, suasana
tenang, area sekitar radiograf ditutup dengan sesuatu yang gelap
disekitarnya sehingga cahaya dari viuwer hanya melewati radiograf,
menggunakan kaca pembesar dan radiograf harus kering)
5. Seorang klinisi harus memahami:
a. Gambaran radiografi struktur normal (normal anatomic variation)
Pemahaman mengenai gambaran radiografi struktur normal dan
variasinya ini sangat penting agar pembaca dapat menilai gambaran
radiografi yang tidak normal.
b. Memahami tentang dasar dan keterbatasan radiograf gigi Khususnya
pada radiograf kedokteran gigi konvensional, harus disadari betul oleh
pembaca atau interpreter bahwa radiograf tersebut hanyalah
merupakan gambaran 2 dimensi dari obyek yang 3 dimensi.
Gambaran radiografi juga terbentuk dari variasi gambaran
black/gelap, white/terang dan grey yang saling superimpose.
c. Memahami tentang teknik/proses radiografi Seorang interpreter juga
harus mengetahui dan menyadari bahwa proses radiografi kadang
akan memberikan suatu artifak pada radiograf.Hal ini jangan sampai
oleh seorang klinisi/interpreter tidak diketahui dan dianggap sebagai
sebuah kelainan atau penyakit.
6. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan mengkuti systematic procedure
Penggunaan systematic procedure dalam interpretasi radiografi gigi
dimaksudkan agar interpretasi dapat logis, teratur dan terarah. Systematic
procedure juga dimaksudkan agar tidak ada satupun informasi yang
hilang atau terlewatkan dalam proses interpretasi. Systematic procedure
ini begitu penting karena keakuratan penegakkan diagnosis.
BAB II

HASIL KERJA KLINIK RADIOLOGI

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi

pengion dan bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik,

imajing dan terapi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai

suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk rencana perawatan

Gambaran yang dihasilkan foto rontgen panoramik atau periapikal

seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat

adanya kelainan-kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas,

sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan

diagnosa serta rencana perawatan.

B. Saran

Sebagai calon dokter gigi kita diharapkan mampu menganalisa dan

mengubungkan keadaan klinis dengan jenis radiografi yang sesuai dengan


kasus. Pembacaan atau interprestasi radiologi diharapkan dapat memberikan

sumber penunjang yang sangat membantu dalam diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai