Dhevariza Sp, OT
Disusun Oleh: Ziky Jiwatama (406152090)
A. poplitea : (+) reguler, isi dan tegangan cukup A. poplitea : (+) reguler, isi dan tegangan cukup
A. tibialis posterior A. tibialis posterior
Pulsasi (+) reguler, isi dan tegangan cukup (+) reguler, isi dan tegangan cukup
A. dorsalis pedis (+) reguler, isi dan tegangan A. dorsalis pedis (+) reguler, isi dan tegangan
cukup cukup
Ad Sanationam : Bonam
Merupakan tulang terpanjang dan terkeras
Bagian atas
Bersendi dengan acetabulum articulatio coxae
Caput (terdapat fovea capitis), collum, trochanter major, dan trochanter
minor
Bagian corpus
Bagian anterior lebih licin daripada posterior
Linea asoera melebar superior dan inferior
Bagian bawah
Dengan tibia dan patella articulatio genu
Condylus medialis dan lateralis (dipisahkan oleh incisura intercondylaris)
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya
disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringantulang femur
High energy trauma
Energi yang cukup besar biasanya disebabkan oleh KLL kendaraan
bermotor, trauma olahraga kecepatan, jatuh dari tempat tinggi, luka
tembak
Low energy trauma
Trauma ringan pada orang dengan osteoporosis, metastasis tulang,
mengkonsumsi kortikosteroid lama
Stress fracture
Trauma tekanan yang berulang pada atlet dan militer
Nyeri
Ketidak mampuan untuk menggerakkan kaki
Deformitas
Bengkak
Sebelum melakukan penanganan pada suatu fraktur, perlu dilakukan
pertolongan pertama pada penderita seperti pembebasan jalan nafas,
penilaian ventilasi, menutup luka dengan verban steril, penghentian
perdarahan dengan balut tekan dan imobilisasi fraktur sebelum diangkut
dengan ambulans.
Penderita dengan fraktur multipel biasanya datang dengan syok
sehingga diperlukan resusitasi cairan dan transfusi darah serta
pemberian obat anti nyeri
Recognition
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dari anamnesis, pemeriksaan klinis dan
radiologis.
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokalisasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan dan komplikasi yang mungkin
terjadi.
Reduction
Posisi yang baik adalah alignment dan aposisi yang sempurna. Reduksi terbaik adalah
kontak minimal 50% dan overriding <0,5 inchi pada fraktur femur.
Retention
immobilisasi fraktur menggunakan Skin traction.
Rehabilitation
mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin
1. Fraktur collum femur
2. Fraktur trokanterik
3. Fraktur subtrokanterik
4. Fraktur diafisis
5. Fraktur suprakondiler
6. Fraktur kondiler
Sering ditemukan pada wanita terutama usia diatas 60 tahun
Mekanisme trauma: kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tak terlalu
tinggi seperti terpeleset (panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi)
Klasifikasi:
Hubungan dengan kapsul
▪ Ekstrakapsular
▪ Intrakapsular
Lokasi
▪ Sub-kapital
▪ Trans-servikal
▪ Basis collum
Tatalaksana awal adalah dengan menagani nyeri dan pembidaian
Jika operasi kemungkinan ditunda, femoral nerve blok dapat berguna
Tatalaksana non-operatif biasanya pada garden stages I dan II yang tidak
ada pergeseran biasanya bisa menyatu sendiri tapi tetap berisiko
Indikasi lain untuk non-operatif adalah cedera lama pada garden 1,
dimana pasien bisa berjalan seperti biasa dalam beberapa minggu
Operasi wajib dilakukan pada pasien usia muda apalagi dengan interupsi
suplai darah; pada pasien tua dilakukan segera operasi untuk
mengurangi komplikasi
General: DVT, Emboli patu, pneumonia, ulkus dekubitus
Avaskular necrosis
Non-union
Oasteoarthritis
Fraktur daerah trokanter biasa juga disebut fraktur trokanterik
(intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter
mayor dan minor
Fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung
pada trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir
Gambaran klinis:
Penderita dengan riwayat trauma pada daerah femur proksimal.
Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan anggota gerak bawah
disertai rotasi eksterna
Tipe I
Fraktur melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran
Tipe II
Fraktur melewati trokanter mayor dan minor disertai pergeseran
trokanter minor
Tipe III
Fraktur yang disertai dengan fraktur kominutif
Tipe IV
Fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femur
Dengan tata laksana konservatif, untuk fraktur jenis ini memiliki kecenderungan
uniti yang tinggi, tapi demi mendapatkan posisi terbaik dan kefektifan waktu bagi
pasien untuk aktif lagi fiksasi internal
Tatalaksana non-operatif (traksi di tempat tidur) biasanya hanya untuk grup kecil
yang terlalu sakit untuk mendapat anestesi
Reduksi fraktur pada fracture table yang menyediakan posisi sedikit traksi dan
rotasi internal; dipandu dengan x-ray;fraktur difiksasi dengan angled device
(sliding screw yang memiliki penghubung dengan plate atau paku intramedular)
Posisi baut harus tepat; kira-kira di tengah caput femoralis; <25 mm dari apeks
dari caput femur; bagian bawah harus cukup panjang untuk 4 baut dibawah
fraktur.
Jika closed reduction tak memungkinkan, digunakan open reduction
Fiksasi gagal
Non-union
Malunion
Fraktur subtrokanter dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat
trauma yang hebat
Gambaran Klinis:
Anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna, memendek dan
ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai
nyeri pada pergesekan.
Traksi dapat menolong mengurangi kehilangan darah dan nyeri
Open reduction and internal fixation merupakan pilihan; menggunakan 2
tipe implant:
Paku intramedular dengan baut inteloking proksimal
platum dan baut hip 95 derajat
Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada setiap umur, biasanya karena
trauma hebat misalnya kecelakaan lalu lintas atau trauma lain misalnya
jatuh dari ketinggian
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang
femur, tetapi juga dapat berkibat buruk karena dapat menarik fragmen
fraktur sehingga bergeser
Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor
ganas
Fraktur diafisis femur sering disertai dengan perdarahan masif yang
harus selalu dipikirkan sebagai penyebab syok
Mekanisme trauma
Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat erat
pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur.
Fraktur yang bersifat transversal dan oblik terjadi karena trauma
langsung dan trauma angulasi
Gambaran klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda.
Ditemukan pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa
rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan mungkin datang dalam
keadaan syok
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus
femur dan batas metafisis dengan diafisis femur
Mekanisme trauma
Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus disertai kekuatan
aksial dan putaran.
Gambaran Klinis
Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang disertai
pembengkakan dan deformitas pada daerah suprakondiler.
Pada pemeriksaan mungkin ditemukan adanya krepitasi
Klasifikasi
Tipe I; Fraktur kondilus dalam posisi sagital
Tipe II; Fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus
femur bergeser
Tipe III; Kombinasi antara sagital dan koronal
Gambaran Klinis
Terdapat trauma pada lutut disertai nyeri dan pembengkakan.
Mungkin ditemukan krepitasi dan hemaartrosis sendi lutut
Keuntungan
Cocok untuk tulang panjang karena merupakan load-sharing,
dibandingkan plate yg load-sparing.
Reduksi indirek dengan minimal gangguan pada suplai darah
periosteal, jaringan lunak, dan hematom fraktur.
Meningkatkan kesempatan untuk terjadi union dengan lebih cepat
Kerugian
Membutuhkan tenaga ahli dan harus dengan fasilitas lebih lengkap
Kecenderungan untuk terjadi malrotasi malunion (terutama yang
tidak menggunakan baut interlocking)
Trauma bedah tambahan dan infeksi
Pada fraktur femur ini terjadi karena otot-otot adduktor, hamstring, dan
rectus femoris tertarik keatas pada fragmen distal, sedangkan piriformis,
gemeli, obturatorius, gluteus maksimus, dan gravitasi menyebabkan
rotasi ke arah lateral.
Diet
24 jam pasca operasi biasanya karena efek anestesi masih mual, dimulai
dengan diet cair atau bubur
Dilanjutkan diet seperti biasa, sesuai toleransi
Perawatan Luka
Diinstruksikan bagi pasien untuk tidak mengotak-atik balutan atau bidai
sembarangan
Balutan dilonggarkan jika terjadi bengkak dan posisi dielevasi (traksi atau
bantal)
Normal jika ditemukan bengkak dan berdarah setelah operasi; perdarahan
persisten walaupun sudah elevasi, perlu dievaluasi.
Menjaga daerah operasi kering dan bersih; bisa mandi setelah 48 jam pasca
operasi tapi bagian operasi tidak boleh basah dibungkus dengan plastik.
Medikasi
1-2 hari setelah operasi puncak bengkak
Analgetik narkotik
▪ Codein/acetaminofen (tylenol dengan kodein) mild-moderate
▪ Hyrocodone & acetaminofen (lortab, Norcet, Vicodin) moderate-
severe
▪ Propoxyphene/acetaminofen (Darvocet N-100, propacet) mild-
moderate
NSAIDS digunakan saat tidak ada kontraindiksi
Stool softener mencegah konstipasi
Penyembuhan fraktur dengan callus
Destruksi jaringan dan hematom
Inflamasi dan proliferasi sel (8 jam pasca fraktur)
Formasi callus
Konsolidasi
Remodelling
Penyembuhan fraktur dengan union langsung
Pediksi untuk tejadi unitas berdasarkan rumus Perkin’s fraktur spiral
anggota gerak atas terjadi unity sekitar 3 minggu dengan konsolidasi x2;
anggota gerak bawah x2 lagi; fraktur transversal x2 lagi.
Immobilisasi yang benar-benar tidak boleh banyak bergerak (hanya
boleh toe touch weight bearing dengan tongkat tanpa beban) adalah
sampai tulang ‘sticky’ 6-8 minggu traksi atau splint (gips) diganti
dengan brace/cast atau plaster spica ditunggu hingga 16-24 minggu
pasca operasi (terjadi konsolidasi)
Saat terpasang brace/cast atau plaster spica sebaiknya mulai digerakan
dan bediri dengan terpasang alat tersebut dan secara pasif, dengan
beban secara bertahap.
Setelah 16-24 minggu, brace/cast dan plaster spica boleh dilepas
(dikontrol apakah sudah terjadi konsolidasi) jika sudah biasanya
dimulai dilatih dengan menggunakan tongkat dulu, kemudian bertahap
tanpa menggunakan tongkat
Saat sudah dipastikan terjadi konsolidasi dan pasien sudah bisa
mempertahankan keseimbangan partial hingga full weight bearing
Fiksasi metal biasanya dilepas setelah 1 tahun, lebih aman dilepas pada
18-24 bulan
Follow up dengan radiografi AP dan Lateral pada 2 minggu, 6 minggu, 12
minggu, 6 bulan dan 12 bulan setelah operasi untuk melihat union,
adanya nekrosis avaskular, dan displacement sekunder.
Bayi
Traksi beberapa hari spina cast hingga 3-4 minggu
Toleransi angulasi 30°
Anak 2-10 tahun
Traksi 2-3 minggu dilanjutkan cast selama 4 minggu
Toleransi angulasi 20 °
Teenagers
Traksi 4-6 minggu
Cast/brace atau plaster spica selama 6 minggu
Toleransi angulasi AP 15 ° dan lateral 25 °