Anda di halaman 1dari 26

Menejemen Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Gagal Jantung,

Penyakit Jantung Koroner, TBC, PPOK, Serosis Hepatis, Tipes, Hernia,


dan Apendik

Nama : MUHAMMAD RASYID RIDHO

NRP : 33412101137

Kelas : 2D

Dosen Pengampu : Taufiqur Rahman, S.ST., M.Mkes

POLITEKNIK NEGERI MADURA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Gagal jantung

1. Definisi
Gagal jantung diartikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen sehingga
metabolism mengalami penurunan (Bachrudin & Najib, 2016).
2. Gejala
Nyeri dada, Batuk berdahak atau kering, kehilangan selera makan, kelelahan,
ketidakmampuan untuk berolahraga atau pusing, napas cepat, napas pendek saat malam,
pendek napas saat berbaring atau sesak napas saat berolahraga, retensi air atau begah,
berat badan naik, buang air kecil secara berlebihan di malam hari, jantung berdetak
cepat (palpitasi), pembengkakan kaki atau pembengkakan tungkai
3. Penatalaksanaan
a. Pemberian mikronutrien tertentu dan nutrien spesifik belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan pada kasus ini.
b. Pemberian protein disesuaikan dengan fungsi ginjal pada masing-masing pasien.
c. Restriksi cairan dan natrium disesuaikan dengan keadaan retensi cairan, keadaan
hiponatremia dan respon terhadap diuretik yang diberikan.
4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera ditandai dengan ekspresi wajah
nyeri
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventelasi ditandai dengan
napas cepat
c.
5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Nyeri NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri
berhubungan berkurang Kriteria Hasil : Aktivitas
dengan agen atau hilang
pencedera 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
ditandai dengan penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
ekspresi wajah durasi, kualitas, keparahan nyeri
2. Mengetahui permulaan
nyeri dan faktor pencetus nyeri.
terjadinya nyeri
2. Observasi ketidaknyamanan non
3. Menggunakan tindakan
verbal.
pencegahan
3. ajarkan untuk teknik
4. Melaporkan gejala
nonfarmakologi misal relaksasi,
5. Melaporkan kontrol nyeri guide imajeri, terapi musik,
distraksi.
NOC II : Tingkat Nyeri 4. Kendalikan faktor lingkungan
Kriteria Hasil : yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
1. Melaporkan nyeri misal suhu, lingkungan, cahaya,
berkurang atau hilang kegaduhan.
2. Frekuensi nyeri berkurang 5. Kolaborasi : pemberian Analgetik
sesuai indikasi
3. Lamanya nyeri berlangsung
NIC II : Manajemen Analgetik
4. Ekspresi wajah saat nyeri
Aktivitas
5. Posisi tubuh melindungi
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan tingkat nyeri
Skala Penilaian NOC : sebelum mengobati pasien.
a. Tidak pernah dilakukan 2. Cek obat meliputi jenis, dosis,
b. Jarang dilakukan dan frekuensi pemberian
c. Kadang dilakukan analgetik.
d. Sering dilakukan 3. Tentukan jenis analgetik
e. Selalu dilakukan ( Narkotik, Non-Narkotik)
disamping tipe dan tingkat nyeri.
4. Tentukan Analgetik yang tepat,
cara pemberian dan dosisnya
secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
analgetik.

Ketidakefektifan keefektifan 1. Status pernapasan : 1. Posisikan pasien untuk


pola napas pola nafas memaksimalkan ventilasi
Ventilasi
berhubungan
dengan 2. Status pernapasan : 2. Pasang mayo bila perlu
hiperventelasi 3. Lakukan fisioterapi dada jika
patensi jalan napas
ditandai dengan perlu
napas cepat 3. Status tanda vital
4. Keluarkan sekret dengan batuk
kriteria hasil : atau suction
1. Suara nafas yang bersih, 5. Auskultasi suara nafas, catat
tidak ada sianosis dan adanya suara tambahan

dyspnea 6. Berikan bronkodilator 


7. Berikan pelembab udara Kassa
(mampu mengeluarkan
basah NaCl Lembab
sputum, mampu bernafas
8. Atur intake untuk cairan
dg mudah, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.
pursed lips) 9. Monitor respirasi dan status O2
2. Menunjukkan jalan nafas  Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
yang paten(klien tidak
 Pertahankan jalan nafas yang
merasa tercekik, irama paten
nafas,  Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
frekuensi pernafasan
 Monitor adanya kecemasan
dalam rentang normal,
pasien terhadap oksigenasi
tidak ada suara nafas
 Monitor vital sign
abnormal)
 Informasikan pada pasien
3. Tanda Tanda vital dalam dan keluarga tentang tehnik
rentang normal (tekanan relaksasi untuk memperbaiki
darah, nadi, pernafasan) pola nafas.
 Ajarkan bagaimana batuk
efektif
 Monitor pola nafas

B. Penyakit jantung koroner

1. Definisi
penyakit jantung koroner adalah kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah utama yang
menyuplai darah ke jantung (pembuluh darah koroner) mengalami kerusakan.
Tumpukan kolesterol pada pembuluh darah serta proses peradangan diduga menjadi
penyebab penyakit ini.
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi apabila arteri koroner (arteri yang memasok
darah dan oksigen ke otot jantung) tersumbat oleh zat lemak yang disebut plak atau
ateroma. Plak ini menumpuk secara bertahap di dinding bagian dalam arteri, yang
akhirnya membuat arteri menjadi sempit. 
2. Gejala
Gejala khas PJK adalah keluhan rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada (angina)
yang berlangsung selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat aktivitas yang
disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya seperti lemah, rasa mual atau nyeri ulu
hati, rasa terbakar, dan pusing.
3. Penatalaksanaan
a. Batasi penggunaan garam bila ada tekanan darah tinggi (hipertensi)
b. Bagi yang terlalu gemuk, jumlah makanan pokok sebagai sumber hidrat arang
dikurangi, contoh sumber hidrat arang : beras, roti, mie, kentang, bihun, biskuit,
tepung-tepungan, gula dan sebagainya
c. Bahan makanan yang berlemak sebaiknya dibatasi. Pilihlah daging tampak lemak
atau ikan segar, ayam dll
d. Hindari sayuran yang mengandung gas, kol, lobak, nangka muda
e. Semua buah boleh dimakan kecuali nangka masak, durian, alpukat diberikan dalam
jumlah terbatas
f. Makanan yang sebaiknya dipilih yang mudah dicerna dan tidak merangsang
g. Dianjurkan untuk tidak minum kopi dan alkohol
h. Dalam memasak sebaiknya tidak menggunakan cabe dan bumbu yang merangsang
i. Diet, peningkatan aktivitas dan penurunan berat membantu pasien untuk mencapai
goal serum lipid yang diharapkan serta penurunan inflamasi tubuh
4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera ditandai dengan ekspresi wajah
nyeri
b. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan sumber daya tidah adekuat ditandai
dengan merasa tidak nyaman

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Nyeri NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri
berhubungan dengan berkurang Kriteria Hasil : Aktivitas
agen pencedera atau
ditandai dengan hilang 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
ekspresi wajah nyeri penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
durasi, kualitas, keparahan nyeri
2. Mengetahui
dan faktor pencetus nyeri.
permulaan terjadinya
nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
verbal.
3. Menggunakan
tindakan pencegahan 3. ajarkan untuk teknik
nonfarmakologi misal relaksasi,
4. Melaporkan gejala
guide imajeri, terapi musik,
5. Melaporkan kontrol distraksi.
nyeri
4. Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
NOC II : Tingkat Nyeri pasien terhadap ketidaknyamanan
misal suhu, lingkungan, cahaya,
Kriteria Hasil : kegaduhan.
1. Melaporkan nyeri 5. Kolaborasi : pemberian Analgetik
berkurang atau hilang sesuai indikasi
2. Frekuensi nyeri
berkurang
NIC II : Manajemen Analgetik
3. Lamanya nyeri
berlangsung Aktivitas

4. Ekspresi wajah saat 1. Tentukan lokasi, karakteristik,


nyeri kualitas dan tingkat nyeri sebelum
mengobati pasien.
5. Posisi tubuh
melindungi 2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan
frekuensi pemberian analgetik.
3. Tentukan jenis analgetik
Skala Penilaian NOC : ( Narkotik, Non-Narkotik)
1. Tidak pernah disamping tipe dan tingkat nyeri.
dilakukan 4. Tentukan Analgetik yang tepat,
2. Jarang dilakukan cara pemberian dan dosisnya
3. Kadang dilakukan secara tepat.
4. Sering dilakukan 5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
5. Selalu dilakukan
analgetik.

NIC
Hambatan rasa Merasa NOC
Pengurangan Kecemasan (penurunan
nyaman nyaman 1. Kegelisahan kecemasan)
berhubungan dengan 2. Tingkat ketakutan
sumber daya tidah 3. Kurang Tidur
adekuat ditandai 1. Gunakan pendekatan yang
4. Kenyamanan,
dengan merasa tidak menenangkan
Kesiapan untuk
nyaman 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Ditingkatkan
terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa
Kriteria Haasil :
yang dirasakan selama prosedur
1. Mampu mengontrol 4. Pahami prespektif pasien terhadap
kecemasan situasi stres
2. Status lingkungan 5. Temani pasien untuk memberikan
yang nyaman keamanan dan mengurangi rasa
3. Mengontrol nyeri takut
4. Kualitas tidur dan 6. Dorong keluarga untuk menemani
istirahat yang anak
adekuat 7. Lakukan gosok punggung/leher
5. Agresi pengendalian 8. Dengarkan dengan penuh
diri perhatian
6. Respon terhadap 9. Identifikasi tingkat kecemasan
pengobatan 10.Bantu pasien mengenal situasi
7. Kontrol gejala yang menimbulkan kecemasan
8. Status kenyamanan 11.Dorong pasien untuk
meningkat mengungkapkan perasaan,
9. Dapat mengontrol ketakutan, persepsi
ketakutan 12.Instruksikan pasien menggunakan
10. Dukungan sosial teknik relaksasi
11. Keinginan untuk 13.Berikan obat untuk mengurangi
hidup kecemasan

Kenyamanan Pengelolaan
Lingkungan
Manajemen Nyeri

C. Penyakit TBC

1. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang otak, kelenjar getah bening,
sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC paling sering
menyerang paru-paru.
2. Gejala
Tuberkulosis tidak selalu menunjukkan gejala sakit. Para ahli membedakannya atas
kedua jenis TBC, yaitu:
a. TBC laten
Pada jenis TBC ini, bakteri dalam keadaan tidak aktif sehingga pengidapnya tidak
memengalami gejala apapun. Karena itu, jenis laten bersifat tidak menular. Tetapi,
kondisinya perlu diobati agar tidak berkembang menjadi TB aktif.

b. TBC aktif
Bakteri TBC dapat menular dan menimbulkan sejumlah gejala setelah infeksi
terjadi. Tanda dan gejala TB aktif meliputi: Batuk selama tiga minggu atau lebih,
batuk darah atau lendir, nyeri dada, penurunan berat badan, kelelahan, demam,
keringat di malam hari, panas dingin, kehilangan selera makan. Jika menginfeksi
organ lain, tanda dan gejalanya bisa bervariasi tergantung organ mana yang
terinfeksi. Misalnya, TBC tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung, dan
TBC di ginjal dapat menyebabkan urine berdarah
3. Penatalaksanaan
a. Hindari kebiasaan merokok
b. Jangan minum alkohol karena dapat menambah resiko kerusakan hati dari beberapa
obat yang digunakan untuk mengobati TBC.
c. Batasi konsumsi kopi dan minuman berkafein lainnya.
d. Batasi produk olahan, seperti gula, roti putih, dan nasi putih.
e. Hindari daging merah berlemak tinggi dan tinggi kolesterol dan sebaliknya gunakan
sumber protein yang lebih baik seperti protein dari unggas, kacang-kacangan, tahu,
dan ikan.
4. Diagnosa keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan pola
napas abnormal
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Pola napas tidak Napas NOC : NIC :
efektif berhubungan efektif  Respiratory status : Airway Management
dengan Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan
hiperventilasi  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust
ditandai dengan pola Airway patency bila perlu
napas abnormal  Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien perlunya
batuk efektif dan pemasangan alat jalan nafas
suara nafas yang buatan
bersih, tidak ada  Pasang mayo bila perlu
sianosis dan  Lakukan fisioterapi dada jika
dyspneu (mampu perlu
mengeluarkan  Keluarkan sekret dengan batuk
sputum, mampu atau suction
bernafas dengan  Auskultasi suara nafas, catat
mudah, tidak ada adanya suara tambahan
pursed lips)  Lakukan suction pada mayo
 Menunjukkan jalan  Berikan bronkodilator bila perlu
nafas yang paten  Berikan pelembab udara Kassa
(klien tidak merasa basah NaCl Lembab
tercekik, irama  Atur intake untuk cairan
nafas, frekuensi mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan dalam  Monitor respirasi dan status O2
rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal) Terapi Oksigen
Tanda Tanda vital  Bersihkan mulut, hidung dan
dalam rentang normal secret trakea
(tekanan darah, nadi,  Pertahankan jalan nafas yang
pernafasan) paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Nyeri akut Nyeri NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri
berhubungan dengan berkurang Kriteria Hasil : Aktivitas
agen pencedera atau 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
ditandai dengan hilang penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
ekspresi wajah nyeri 2. Mengetahui durasi, kualitas, keparahan nyeri
permulaan terjadinya dan faktor pencetus nyeri.
nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
3. Menggunakan verbal.
tindakan pencegahan 3. ajarkan untuk teknik
4. Melaporkan gejala nonfarmakologi misal relaksasi,
5. Melaporkan kontrol guide imajeri, terapi musik,
nyeri distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan
NOC II : Tingkat Nyeri yang dapat mempengaruhi respon
Kriteria Hasil : pasien terhadap ketidaknyamanan
1. Melaporkan nyeri misal suhu, lingkungan, cahaya,
berkurang atau hilang kegaduhan.
2. Frekuensi nyeri 5. Kolaborasi : pemberian Analgetik
berkurang sesuai indikasi
3. Lamanya nyeri
berlangsung NIC II : Manajemen Analgetik
4. Ekspresi wajah saat Aktivitas
nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
5. Posisi tubuh kualitas dan tingkat nyeri sebelum
melindungi mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan
Skala Penilaian NOC : frekuensi pemberian analgetik.
1. Tidak pernah 3. Tentukan jenis analgetik
dilakukan ( Narkotik, Non-Narkotik)
2. Jarang dilakukan disamping tipe dan tingkat nyeri.
3. Kadang dilakukan 4. Tentukan Analgetik yang tepat,
4. Sering dilakukan cara pemberian dan dosisnya
5. Selalu dilakukan secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
analgetik.

D. Penyakit PPOK

1. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau sering disingkat PPOK merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama .
Penyakit ini menghalangi aliran udara sehingga menyebabkan penderita mengalami
kesulitan dalam bernafas. PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
lebih sering menyerang orang usia paruh baya yang merokok.

2. Gejala
PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap
awal. Gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun ketika sudah terjadi kerusakan
yang signifikan pada paru-paru. Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita
PPOK adalah:
a. Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
b. Batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak
c. Berat badan menurun
d. Mengi (bengek)
e. Nyeri dada
f. Lemas
g. Pembengkakan di tungkai
3. Penatalaksanaan
Intervensi yang diberikan berupa diet rendah kolesterol dan rendah kalori (1762 kkal)
diberikan dalam bentuk bubur melalui oral, pasien juga diberikan konseling gizi.
Monitoring dan evaluasi pasien. Dukungan nutrisi yang optimal, memberikan edukasi
serta motivasi kepada pasien dan keluarganya, akan memberikan toleransi asupan yang
baik disertai perbaikan klinis.
4. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah ditandai dengan berat
badan menurun
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera ditandai dengan ekspresi wajah nyeri

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Ketidakseimbangan Kebutuhan NOC : Status Gizi NIC : Pengelolaan Nutrisi
nutrisi kurang dari nutrisi Kriteria Hasil : Aktivitas
kebutuhan tubuh terpenuhi 1. Mempertahankan 1. Kaji tentang makanan yang
berhubungan dengan berat badan dalam membuat klien alergi.
masukan makanan batas normal 2. Tentukan makanan kesukaan
tidak adekuat dan klien.
rangsangan muntah Berat badan ideal : 3. Dorong pasien untuk memilih
ditandai dengan Rumus : 8 + 2n makanan yang lunak.
berat badan menurun n : umur 4. Anjurkan pasien untuk
Status nutrisi = meningkatkan protein dan vitamin C
Berat badan 5. Hindari makanan pedas, asam
sekarang atau berminyak.
X 100 % 6. Monitor jumlah pemasukan
Berat Ideal nutrisi dan kalori.
7. Kolaborasi :
2. Toleransi terhadap a. Diskusikan dengan ahli gizi
diet yang dianjurkan dalam menentukan jumlah kebutuhan
kalori dan protein.
Pasien mau makan b. Diskusikan dengan dokter
diet yang diberikan kebutuhan stimulasi nafsu makan,
minimal habis ½ makanan pelengkap.
porsi, nafsu makan
baik.
3. Melaporkan
keadekuatan tingkat
energi
Pasien tidak lemas
dan lemah.
4. Menyatakan
keinginan untuk
mengikuti diet

Pasien mau makan.


5. Nilai laboratorium
misal Albumin dan
Globulin dalam
batas normal

Albumin normal :
3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin normal :
2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin : 12 –
16 gr/dl
SGOT : L<37, P<31
uI/L
SGPT : L<41, <31
uI/L
Skala penilaian
NOC :
1. Tidak adekuat

2. Ringan

3. Sedang

4. Kuat

5. Adekuat total

Nyeri akut Nyeri NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri


berhubungan dengan berkurang Kriteria Hasil : Aktivitas
agen pencedera atau 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
ditandai dengan hilang penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
ekspresi wajah nyeri 2. Mengetahui durasi, kualitas, keparahan nyeri
permulaan terjadinya dan faktor pencetus nyeri.
nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
3. Menggunakan verbal.
tindakan pencegahan 3. ajarkan untuk teknik
4. Melaporkan gejala nonfarmakologi misal relaksasi,
5. Melaporkan kontrol guide imajeri, terapi musik,
nyeri distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan
NOC II : Tingkat Nyeri yang dapat mempengaruhi respon
Kriteria Hasil : pasien terhadap ketidaknyamanan
1. Melaporkan nyeri misal suhu, lingkungan, cahaya,
berkurang atau hilang kegaduhan.
2. Frekuensi nyeri 5. Kolaborasi : pemberian Analgetik
berkurang sesuai indikasi
3. Lamanya nyeri
berlangsung NIC II : Manajemen Analgetik
4. Ekspresi wajah saat Aktivitas
nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
5. Posisi tubuh kualitas dan tingkat nyeri sebelum
melindungi mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan
Skala Penilaian NOC : frekuensi pemberian analgetik.
1. Tidak pernah 3. Tentukan jenis analgetik
dilakukan ( Narkotik, Non-Narkotik)
2. Jarang dilakukan disamping tipe dan tingkat nyeri.
3. Kadang dilakukan 4. Tentukan Analgetik yang tepat,
4. Sering dilakukan cara pemberian dan dosisnya
5. Selalu dilakukan secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
analgetik.

E. Penyakit Sirosis hepatis

1. Definisi
Sirosis adalah komplikasi atau stadium lanjut dari berbagai penyakit hati, berupa
terjadinya kerusakan sel-sel hati yang membentuk jaringan parut (fibrosis) dan bersifat
ireversibel. Perubahan struktur yang terjadi pada sirosis mengakibatkan fungsi hati
menjadi tidak normal. Sirosis terjadi sebagai respons terhadap kerusakan pada hati,
ketika sel-sel hati berusaha memperbaiki diri dan dalam prosesnya membentuk jaringan
parut.
2. Gejala
Hati memiliki banyak peran penting pada tubuh, yang paling utama adalah
memproduksi zat-zat yang diperlukan tubuh seperti protein untuk pembekuan darah dan
membuang zat-zat beracun yang dapat berbahaya bagi tubuh, seperti obat-obatan.
Ketika seseorang mengidap sirosis, kemampuan hati untuk melakukan tugasnya, hilang.
Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel hati, sedangkan jaringan parut
bertambah. Berikut ini adalah beberapa gejala seseorang mengidap sirosis, antara lain:
a. Energi turun (kelelahan)
b. Mudah berdarah
c. Mudah memar
d. Kulit gatal
e. Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice).
f. Terkumpulnya cairan pada rongga perut (asites)
g. Turunnya nafsu makan
h. Mual
i. Bengkak pada tungkai
j. Berat badan turun
k. Pembuluh darah yang berbentuk seperti sarang laba-laba
l. Merah pada telapak tangan
m. Mengecilnya buah zakar
n. Pembesaran payudara pada laki-laki
Jika sudah menyebabkan komplikasi pada otak (ensefalopati hepatic) maka
kebingungan, turunnya kesadaran, dan bicara pelo akan muncul sebagai dampaknya.

3. Penatalaksanaan
Pada pasien sirosis hepatis terkait infeksi hepatitis B, dapat diberikan preparat interferon
alfa dan antiretroviral. Antiretroviral yang menjadi pilihan adalah lamivudin dengan
dosis 100 mg per oral setiap hari selama 1 tahun. Sementara itu, interferon alfa
diberikan 3 MIU 3 kali per minggu selama 4-6 bulan melalui injeksi subkutan. Pasien
yang telah resisten terhadap lamivudin dapat diberikan adefovir ataupun tenofovir.
[18,27,28]
Pasien sirosis hepatis dengan infeksi hepatitis C dapat diberikan interferon subkutan 5
MIU 3 kali seminggu dan ribavirin 800-100 mg/hari selama 6 bulan. Hasil analisis data
penelitian TURQUOISE-II melaporkan bahwa kombinasi terapi ABT-450 (terdiri atas
r-ombitasvir, dasabuvir dengan ribavirin) yang diperkuat dengan ritonavir, nonstructural
protein 5A (NS5A) inhibitors ombitasvir, dan non-nucleoside polymerase inhibitor
dengan dasabuvir plus ribavirin (3D + RBV) dapat meningkatkan ukuran dan fungsional
hepar pada sirosis hepatis dengan infeksi hepatitis C.[18,27,28]
Penggunaan glukokortikoid pada pasien sirosis hepatis masih kontroversial, karena
beberapa studi melaporkan bahwa penggunaanya tidak memberikan hasil perbaikan
yang signifikan, serta tidak meningkatkan angka kesintasan pada pasien. Pemberian
obat laktulosa dilakukan pada pasien sirosis hepatis untuk membantu pengeluaran
akumulasi amonia dari dalam tubuh.[18,27,28]
4. Diagnosa keperawatan
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang ditandai
dengan mual
b. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan sumber daya tidah adekuat ditandai
dengan merasa tidak nyaman

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Resiko defisit Kebutuhan NOC: Fluid management
volume cairan nutrisi  Fluid balance  Timbang popok/pembalut
berhubungan dengan terpenuhi  Hydration jika diperlukan
pemasukan yang  Nutritional Status :  Pertahankan catatan intake
kurang ditandai Food and Fluid Intake dan output yang akurat
dengan mual Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi
 Mempertahankan urine ( kelembaban membran
output sesuai dengan mukosa, nadi adekuat,
usia dan BB, BJ urine tekanan darah ortostatik ),
normal, HT normal jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
suhu tubuh dalam batas  Monitor masukan makanan /
normal cairan dan hitung intake
 Tidak ada tanda tanda kalori harian
dehidrasi, Elastisitas  Lakukan terapi IV
turgor kulit baik,  Monitor status nutrisi
membran mukosa  Berikan cairan
lembab, tidak ada rasa  Berikan cairan IV pada suhu
haus yang berlebihan ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

Nyeri akut Nyeri NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri


berhubungan dengan berkurang Kriteria Hasil : Aktivitas
agen pencedera atau 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri
ditandai dengan hilang penyebab nyeri secara menyeluruh meliputi
ekspresi wajah nyeri 2. Mengetahui permulaan lokasi, durasi, kualitas,
terjadinya nyeri keparahan nyeri dan faktor
3. Menggunakan tindakan pencetus nyeri.
pencegahan 2. Observasi ketidaknyamanan
4. Melaporkan gejala non verbal.
5. Melaporkan kontrol 3. ajarkan untuk teknik
nyeri nonfarmakologi misal
relaksasi, guide imajeri, terapi
NOC II : Tingkat Nyeri musik, distraksi.
Kriteria Hasil : 4. Kendalikan faktor lingkungan
1. Melaporkan nyeri yang dapat mempengaruhi
berkurang atau hilang respon pasien terhadap
2. Frekuensi nyeri ketidaknyamanan misal suhu,
berkurang lingkungan, cahaya,
3. Lamanya nyeri kegaduhan.
berlangsung 5. Kolaborasi : pemberian
4. Ekspresi wajah saat nyeri Analgetik sesuai indikasi
5. Posisi tubuh melindungi
NIC II : Manajemen Analgetik
Skala Penilaian NOC : Aktivitas
1. Tidak pernah dilakukan 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
2. Jarang dilakukan kualitas dan tingkat nyeri
3. Kadang dilakukan sebelum mengobati pasien.
4. Sering dilakukan 2. Cek obat meliputi jenis, dosis,
5. Selalu dilakukan dan frekuensi pemberian
analgetik.
3. Tentukan jenis analgetik
( Narkotik, Non-Narkotik)
disamping tipe dan tingkat
nyeri.
4. Tentukan Analgetik yang
tepat, cara pemberian dan
dosisnya secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda
vital sebelum dan setelah
pemberian analgetik.

F. Penyakit Tipes

1. Definisi
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi . Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau
makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang
yang terinfeksi.
2. Gejala
Gejala-gejala penyakit tipes yang umum terjadi adalah:
a. Demam dengan suhu yang meningkat secara bertahap hingga mencapai 39–40oC
b. Lesu dan lemas
c. Penurunan nafsu makan
d. Lidah putih
e. Sakit kepala
f. Susah tidur
g. Sulit konsentrasi
h. Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, sakit perut, sembelit, atau
diare
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama demam tifoid adalah terapi dengan antibiotika yang sesuai
dengan profil sensitivitas bakteri untuk setiap daerah endemik . Kasus ringan dapat
dilakukan rawat jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral dan antipiretik.

4. Dianosa keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan infeksi pada mukosa lambung ditandai dengan
kulit terasa hangat
b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang ditandai
dengan penurunan nafsu makan

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Hipertermia Tidak terjadi NOC : Termoregulasi NIC I : Regulasi tubuh
berhubungan peningkatan Kriteria Hasil : 1. Observasi tanda – tanda
dengan infeksi pada suhu tubuh a. Suhu tubuh dalam vital
mukosa lambung batas normal 2. Berikan minuman per oral
ditandai dengan Suhu tubuh normal 3. Kompres dengan air
kulit terasa hangat berkisar antara 36 – 37 hangat
derajat celsius 4. Kolaborasi pemberian
b. Menjelaskan tindakan Antipiretik
untuk mengurangi 5. Monitor masukan dan
peningkatan suhu tubuh keluaran cairan dalam 24
Tindakan untuk jam
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
c. Tidak ada perubahan
warna kulit.
Warna kulit tidak
sianosis, turgor kulit
baik.
d. Denyut nadi normal
Nadi
New Born
100 – 180
X/menit
1 minggu – 3 bulan
100 – 120 X/menit
3 bulan – 3 tahun
80 – 150 X/menit
2 – 10 tahun
70 – 110 X/menit
10 tahun – dewasa
55 – 90
X/menit
e. Respirasi normal
Pernafasan
New Born
35 X/menit
1 – 11 bulan
30 X/menit
2 tahun
25 X/menit
4 tahun
23 X/menit
6 tahun
21 X/menit
8 tahun
20 X/menit
10 – 12 tahun
19 X/menit
14 tahun
18 X/menit
16 tahun
17 X/menit
18 tahun
16 – 18 X/menit
f. Cairan seimbang
(intake dan out put)
dalam 24 jam
Urine output
1 – 3 tahun
500 – 600 ml
3 – 5 tahun
600 – 700 ml
5 – 8 tahun
700 – 1000
ml
8 – 14 tahun
800 – 1400 ml
14 –18 tahun
1500 ml
Berat jenis urine 20 –
40 mg/dl
7. Tekanan darah
dalam batas normal
Tekanan darah
New Born
40 mmHg
1 bulan
85/54 mmHg
1 tahun
95/65 mmHg
6 tahun
105/65 mmHg
10 – 13 tahun
110/65 mmHg
14 – 17 tahun
120/80 mmHg
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak normal
2. Jauh dari normal
3. Hampir normal
4. Cukup normal
5. Normal

Resiko defisit Kebutuhan NOC: Fluid management


volume cairan nutrisi  Fluid balance  Timbang popok/pembalut
berhubungan terpenuhi  Hydration jika diperlukan
dengan pemasukan  Nutritional Status :  Pertahankan catatan intake
yang kurang Food and Fluid Intake dan output yang akurat
ditandai dengan Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi
penurunan nafsu  Mempertahankan urine ( kelembaban membran
makan output sesuai dengan mukosa, nadi adekuat,
usia dan BB, BJ urine tekanan darah ortostatik ),
normal, HT normal jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
suhu tubuh dalam batas  Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
 Tidak ada tanda tanda hitung intake kalori harian
dehidrasi, Elastisitas  Lakukan terapi IV
turgor kulit baik,  Monitor status nutrisi
membran mukosa  Berikan cairan
lembab, tidak ada rasa  Berikan cairan IV pada
haus yang berlebihan suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi

G. Penyakit Hernia

1. Definisi
Hernia adalah benjolan yang muncul akibat keluarnya organ dalam tubuh melalui
jaringan di sekitarnya yang melemah. Jika dibiarkan tidak tertangani, hernia bisa terjepit
sehingga aliran darahnya tersumbat lalu menimbulkan kematian jaringan.
Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ-organ di dalamnya
agar tetap berada di posisinya masing-masing. Namun, ada beberapa kondisi yang
membuat jaringan ikat melemah dan menyebabkan organ mudah menonjol apabila
mendapat tekanan. Penonjolan inilah yang disebut sebagai hernia atau turun berok
2. Gejala
Gejala hernia tergantung pada jenisnya. Berikut ini adalah jenis-jenis hernia dan
keluhan yang menyertainya:
a. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis paling sering dialami oleh pria. Kondisi ini terjadi ketika usus
atau jaringan di rongga perut menonjol ke selangkangan sehingga menimbulkan
gejala berupa:
 Benjolan di selangkangan yang terkena hernia, tetapi menghilang ketika
berbaring
 Nyeri di pangkal paha, terutama saat batuk, berolahraga, atau mengangkat
barang berat
 Selangkangan terasa berat atau panas
 Bengkak dan nyeri di kantong buah zakar (skrotum)
b. Hernia femoralis
Hernia femoralis adalah kondisi ketika jaringan atau sebagian usus menonjol ke
paha atas bagian dalam. Hernia femoralis lebih sering dialami oleh wanita yang
memiliki berat badan berlebih.
Gejala hernia femoralis antara lain:
 Nyeri di selangkangan ketika berdiri, mengangkat benda berat, batuk, atau
berolahraga
 Sakit perut
 Mual dan muntah
c. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis adalah penonjolan sebagian usus atau jaringan melalui otot di
dekat pusar. Jenis hernia ini umumnya terjadi pada bayi akibat lubang tali pusatnya
belum menutup sempurna.
Gejala hernia umbilikus meliputi:
 Pusar menonjol berwarna kemerahan atau keunguan
 Perut berbentuk bulat
 Perut terasa penuh
 Perut nyeri saat ditekan
 Sembelit
 Demam
 Muntah
d. Hernia hiatus
Hernia hiatus, atau dikenal juga sebagai hernia diafragma, terjadi ketika sebagian
lambung menonjol ke dalam rongga dada. Benjolan tersebut masuk melalui otot
yang memisahkan rongga dada dan rongga perut (diafragma).
Gejala yang umum terjadi pada hernia hiatus adalah:
 Nyeri ulu hati (heartburn)
 Penyakit asam lambung (GERD)
 Kesulitan menelan (disfagia)
 Sesak napas
 Muntah darah
 Dada nyeri
 Sakit perut
 Tinja berwarna kehitaman (melena)
e. Hernia insisional
Hernia insisional adalah penonjolan jaringan melalui bekas luka operasi di perut.
Gejala yang umum terjadi adalah:
 Sembelit
 Benjolan di dekat bekas sayatan operasi
 Nyeri di sekitar benjolan
 Jantung berdetak cepat (takikardia)
 Mual dan muntah
 Demam
f. Hernia epigastrik
Hernia epigastrik terjadi ketika ada jaringan yang menonjol melalui dinding perut
bagian atas, tepatnya dari ulu hati hingga pusar. Gejala kondisi ini antara lain:
 Benjolan di atas pusar
 Nyeri di sekitar benjolan hernia
 Sakit perut, terutama saat, bersin, batuk, atau tertawa
g. Hernia spigelian
Hernia spigelian adalah penonjolan sebagian usus melalui jaringan ikat perut
spigelian (spigelian fascia). Gejalanya meliputi:
 Benjolan di bawah atau di samping pusar
 Sakit perut yang hilang-timbul atau menetap
 Sakit perut ketika berolahraga, mengangkat benda berat, atau ketika buang air
besar
 Sembelit
3. Penatalaksanaan
1) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang .
2) Herniatomy : meringankan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
ikat setinggi lalu dipotong.

4. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
b. Hipertermia berhubungan dengan iskemia ditandai dengan kulit terasa hangat

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Nyeri akut NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri
berhubungan berhubungan Kriteria Hasil : Aktivitas
dengan agen dengan agen 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
pencedera ditandai pencedera penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
dengan ekspresi ditandai 2. Mengetahui durasi, kualitas, keparahan nyeri
wajah nyeri dengan permulaan terjadinya dan faktor pencetus nyeri.
ekspresi nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
wajah nyeri 3. Menggunakan verbal.
tindakan pencegahan 3. ajarkan untuk teknik
4. Melaporkan gejala nonfarmakologi misal relaksasi,
5. Melaporkan kontrol guide imajeri, terapi musik,
nyeri distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan
NOC II : Tingkat Nyeri yang dapat mempengaruhi respon
Kriteria Hasil : pasien terhadap
1. Melaporkan nyeri ketidaknyamanan misal suhu,
berkurang atau hilang lingkungan, cahaya, kegaduhan.
2. Frekuensi nyeri 5. Kolaborasi : pemberian
berkurang Analgetik sesuai indikasi
3. Lamanya nyeri
berlangsung NIC II : Manajemen Analgetik
4. Ekspresi wajah saat Aktivitas
nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
5. Posisi tubuh kualitas dan tingkat nyeri
melindungi sebelum mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis,
Skala Penilaian NOC : dan frekuensi pemberian
1. Tidak pernah analgetik.
dilakukan 3. Tentukan jenis analgetik
2. Jarang dilakukan ( Narkotik, Non-Narkotik)
3. Kadang dilakukan disamping tipe dan tingkat nyeri.
4. Sering dilakukan 4. Tentukan Analgetik yang tepat,
5. Selalu cara pemberian dan dosisnya
dilakukan secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
analgetik.
Hipertermia Tidak terjadi NOC : Termoregulasi NIC I : Regulasi tubuh
berhubungan peningkatan Kriteria Hasil : 1. Observasi tanda – tanda vital
dengan iskemia suhu tubuh g. Suhu tubuh dalam 2. Berikan minuman per oral
ditandai dengan batas normal 3. Kompres dengan air hangat
kulit terasa hangat Suhu tubuh normal 4. Kolaborasi pemberian
berkisar antara 36 Antipiretik
– 37 derajat 5. Monitor masukan dan keluaran
celsius cairan dalam 24 jam
h. Menjelaskan
tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh
Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
i. Tidak ada
perubahan warna
kulit.
Warna kulit tidak
sianosis, turgor
kulit baik.
j. Denyut nadi
normal
Nadi
New Born
100 –
180 X/menit
1 minggu – 3
bulan 100 –
120 X/menit
3 bulan – 3 tahun
80 – 150
X/menit
2 – 10 tahun
70 – 110
X/menit
10 tahun – dewasa
55 – 90
X/menit
k. Respirasi normal
Pernafasan
New Born
35
X/menit
1 – 11 bulan
30 X/menit
2 tahun
25 X/menit
4 tahun
23 X/menit
6 tahun
21 X/menit
8 tahun
20 X/menit
10 – 12 tahun
19 X/menit
14 tahun
18 X/menit
16 tahun
17 X/menit
18 tahun
16 – 18 X/menit
l. Cairan seimbang
(intake dan out
put) dalam 24 jam
Urine output
1 – 3 tahun
500 –
600 ml
3 – 5 tahun
600 –
700 ml
5 – 8 tahun
700 –
1000 ml
8 – 14 tahun
800 – 1400 ml
14 –18 tahun
1500 ml
Berat jenis urine
20 – 40 mg/dl
7. Tekanan darah
dalam batas
normal
Tekanan darah
New Born
40
mmHg
1 bulan
85/54
mmHg
1 tahun
95/65
mmHg
6 tahun
105/65
mmHg
10 – 13 tahun
110/65
mmHg
14 – 17 tahun
120/80
mmHg
Skala Penilaian
NOC :
6. Tidak normal
7. Jauh dari normal
8. Hampir normal
9. Cukup normal
10. Normal

H. Penyakit Apendix

1. Definisi
Radang usus buntu atau dalam bahasa medisnya disebut apendisitis adalah peradangan
pada apendiks vermiformis (umbai cacing / usus buntu). Radang usus buntu terbagi
menjadi 2 (dua) tipe yaitu, radang usus buntu akut dan radang usus buntu kronis.
2. Gejala
Gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri di perut yang disebut kolik abdomen.
Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah
perut. Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda, tergantung pada usia pasien dan posisi usus
buntu itu sendiri.Dalam waktu beberapa jam, nyeri akibat penyakit usus buntu bisa
bertambah parah, terutama saat bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin.
Selain itu, nyeri juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur.
Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain, di antaranya:
a. Perut kembung
b. Mual dan muntah
c. Demam dan menggigil
d. Hilang nafsu makan
e. Tidak bisa buang gas atau kentut
f. Sembelit (konstipasi)
g. Diare
3. Penatalaksanaan
Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnosis apendisitis telah
ditegakkan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi . 2) Berikan
obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan tindakan dilakukan. 3) Agen analgesik
dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4. Diagnosa keperawtan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
b. Hipertemia berhubungan dengan iskemia ditandai dengan kulit terasa hangat

5. Intervensi keperawatan

Diagnosa
Tujuan NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Nyeri akut NOC I : Kontrol Nyeri NIC I : Manajemen Nyeri
berhubungan berhubungan Kriteria Hasil : Aktivitas
dengan agen dengan agen 1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
pencedera ditandai pencedera penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi,
dengan ekspresi ditandai 2. Mengetahui durasi, kualitas, keparahan nyeri
wajah nyeri dengan permulaan terjadinya dan faktor pencetus nyeri.
ekspresi nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non
wajah nyeri 3. Menggunakan verbal.
tindakan pencegahan 3. ajarkan untuk teknik
4. Melaporkan gejala nonfarmakologi misal relaksasi,
5. Melaporkan kontrol guide imajeri, terapi musik,
nyeri distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan
NOC II : Tingkat Nyeri yang dapat mempengaruhi respon
Kriteria Hasil : pasien terhadap
1. Melaporkan nyeri ketidaknyamanan misal suhu,
berkurang atau hilang lingkungan, cahaya, kegaduhan.
2. Frekuensi nyeri 5. Kolaborasi : pemberian
berkurang Analgetik sesuai indikasi
3. Lamanya nyeri
berlangsung NIC II : Manajemen Analgetik
4. Ekspresi wajah saat Aktivitas
nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
5. Posisi tubuh kualitas dan tingkat nyeri
melindungi sebelum mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis,
Skala Penilaian NOC : dan frekuensi pemberian
1. Tidak pernah analgetik.
dilakukan 3. Tentukan jenis analgetik
2. Jarang dilakukan ( Narkotik, Non-Narkotik)
3. Kadang dilakukan disamping tipe dan tingkat nyeri.
4. Sering dilakukan 4. Tentukan Analgetik yang tepat,
5. Selalu cara pemberian dan dosisnya
dilakukan secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital
sebelum dan setelah pemberian
analgetik.
Hipertermia Tidak terjadi NOC : Termoregulasi NIC I : Regulasi tubuh
berhubungan peningkatan Kriteria Hasil : 1. Observasi tanda – tanda vital
dengan iskemia suhu tubuh m. Suhu tubuh dalam 2. Berikan minuman per oral
ditandai dengan batas normal 3. Kompres dengan air hangat
kulit terasa hangat Suhu tubuh normal 4. Kolaborasi pemberian
berkisar antara 36 Antipiretik
– 37 derajat 5. Monitor masukan dan keluaran
celsius cairan dalam 24 jam
n. Menjelaskan
tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh
Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.
o. Tidak ada
perubahan warna
kulit.
Warna kulit tidak
sianosis, turgor
kulit baik.
p. Denyut nadi
normal
Nadi
New Born
100 –
180 X/menit
1 minggu – 3
bulan 100 –
120 X/menit
3 bulan – 3 tahun
80 – 150
X/menit
2 – 10 tahun
70 – 110
X/menit
10 tahun – dewasa
55 – 90
X/menit
q. Respirasi normal
Pernafasan
New Born
35
X/menit
1 – 11 bulan
30 X/menit
2 tahun
25 X/menit
4 tahun
23 X/menit
6 tahun
21 X/menit
8 tahun
20 X/menit
10 – 12 tahun
19 X/menit
14 tahun
18 X/menit
16 tahun
17 X/menit
18 tahun
16 – 18 X/menit
r. Cairan seimbang
(intake dan out
put) dalam 24 jam
Urine output
1 – 3 tahun
500 –
600 ml
3 – 5 tahun
600 –
700 ml
5 – 8 tahun
700 –
1000 ml
8 – 14 tahun
800 – 1400 ml
14 –18 tahun
1500 ml
Berat jenis urine
20 – 40 mg/dl
7. Tekanan darah
dalam batas
normal
Tekanan darah
New Born
40
mmHg
1 bulan
85/54
mmHg
1 tahun
95/65
mmHg
6 tahun
105/65
mmHg
10 – 13 tahun
110/65
mmHg
14 – 17 tahun
120/80
mmHg
Skala Penilaian
NOC :
11. Tidak normal
12. Jauh dari normal
13. Hampir normal
14. Cukup normal
15. Normal

Anda mungkin juga menyukai