DENGAN DIFTERI
D
i
s
u
s
u
n
Oleh:
Makalah ini dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak yang dibimbing oleh:
Ns. SeptiViantri Kurdaningsih, M.Kep.
KONSEP DASAR
1. KONSEP PENYAKIT
1.1. Definisi
Difteri adalah uatu penyakit infeksi akut yang mudah menular, dan yang sering
diserang terutama saluran pernafasan bagian atas dengan tanda khas timbulnya
“pseudomembran”. Kuman juga melepaskan eksotoksin yang dapat menimbulkan
gejala umum local. Penyebab penyakit ini adalah kuman Corynebacterium diptheriae
yang bersifat gram positif dan polimorf, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora.
Bakteri dapat ditemukan dalam sediaan langsung yang diambil dari hapusan tenggorok
atau hidung, basil difteria akan mati pada suhu 60 derajat celcius selama 10 menit tapi
tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu, dan lendir yang telah
mengering.
Dapat diartikan juga sebagai suatu penyakit infeksi akut yang menyerang
saluran pencernaan bagian atas dengan masa inkubasi antara 2 sampai 7 hari. Basilnya
dapat hidup dan berkembang biak pada saluran pernafasan atas, maka dapat
menimbulkan terjadinya radang dengan terbentuknya pseudomembran local. Bila tidak
mendapat pengobatan maka akan menyebar ke seluruh saluran pernafasan atas yang
akhirnya menyebabkan tersumbatnya jalan nafas atau obstruksi.
Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, broncus dan paru.
(Nelson, 2010)
Rongga hidung
Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring..
Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan
digestif.
Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
kanan dikenal sebagai karina.
Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebar,
merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih
tajam.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
sel–sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah
makrofag yang merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
Paru
Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga torak
atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum central yang mengandung
jantung pembulu-pembulu darah besar.
Letak paru-paru dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
a) Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru;
b) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara
kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Ketika udara atmosfer mencapai alveoli, oksigen akan bergerak dari alveoli
melintasi membran alveolar kapiler dan menuju sel darah merah. Sistem sirkulasi
kemudian akan membawa oksigen yang telah berikatan dengan sel darah merah menuju
jaringan tubuh, dimana oksigen akan digunakan sebagai bahan bakar dalam proses
metabolisme. istilah difusi pulmonal. Setelah proses pertukaran gas selesai (kadar
karbondioksida yang rendah) akan menuju sisi kiri jantung, dan akan dipompakan ke
seluruh sel dalam tubuh.
Saat mencapai jaringan, sel darah merah yang teroksigenasi ini akan melepaskan
ikatannya dengan oksigen dan oksigen tersebut digunakan untuk bahan bakar
metabolisme. Juga karbondioksida akan masuk sel darah merah. Sel darah merah yang
rendah oksigen dan tinggi karbondioksida akan menuju sisi kanan jantung untuk
kemudian dipompakan ke paru-paru. Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah
bahwa alveoli harus terus menerus mengalami pengisian dengan udara segar yang
mengandung oksigen dalam jumlah yang cukup.
1.3. Etiologi
Secara umum dikenal 3 tipe utama C.diphtheriae yaitu tipe gravis, intermedius
dan mitis, namun dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya basil ini
merupakanspesies yang bersifat heterogen dan mempunyai banyak tipe serologic. Hal
ini mungkin bisa meneramgkan mengapa pada seseorang pasien bisa terdapat kolonisasi
lebih dari satu jenis C.diphtheriae. Ciri khas dari C.diphtheriae adalah kemampuannya
memproduksi eksotoksin seperti in vivo maupun in vitro. Eksotoksin ini merupakan
suatu protein dengan berat molekul 62.000 dalton, tidak tahan panas atau cahaya,
mempunyaidua fragmen yaitu fragmen A (aminoterminal) dan fragmen B (karboksi –
terminal). Kemampuan suatu strain untuk membentuk atau memproduksi toksin
dipengaruhi oleh adanya bakteriofag, toksin hanya bisa diproduksi oleh C.diphtheriae
yang terinfeksi oleh bakteriofag yang mengandung toxigene.
Penularan difteri dari penderita terjadi secara langsung melalui air ludah,
maupun secara tidak langsung melalui sapu tangan dan berbagai benda lain yang
tercemar ludah penderita. Penularan melalui air susu dan debudapat juga terjadidan
manusia merupakan satu – satunya sumber infeksidifteri bagi manusia lainnya.
1.4. Tanda dan Gejala
a). Gejala umum : demam tidak terlalu tinggi, lesu pucat, nyerikepala dan anoreksia.
b). Gejala ringan : pilek, secret yang keluar terkadang bercampur darah, radang
selaput lender.
c). Gejala berat : radang akut tenggorokan, suhu tinggi, nafas berbau,
pembengkakankelenjar getah bening, suara serak, sesak nafas dan sianosis.
1) Diphtheria Hidung : permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa
atau disertai gejala sistemik ringan. Sekret hidung berangsur menjadi
serosanguinous dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan
bibir atas. Pada pemeriksaan tampak membran putih pada daerah septum
nasi.
3) Diphtheria Laring : Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata,
tetapilebih berupa gejala obstruksi saluran nafas atas.
Difteri lain (non pernafasan) selain difteri pernafasan adalah difteri hidung, kulit,
vulvovaginal dan anal auditori eksternal. Pada difteri hidung gejala awal
biasanya mirip seperti flu biasa, yang kemudian berkembang membentuk membran
dijaringan antara lubang hidung dengan disertailendir yang dapat bercampur darah.
Toksin yang dihasilkan oleh difteri hidung ini tidak dengan mudahdapat diserap ke
dalam tubuh tapi dapat dengan mudah menyebarkan infeksikepada orang lain.
1.8. Komplikasi
1) Pada saluran pernafasan terjadi obstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya,
bronkopneumonia, atelectasis.
2) Kardiovaskular miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang membentuk kuman
difteria.
1.10. PenatalaksanaanMedis
1) Tindakan umum :
2) Pengobatan :
Obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck)
g. Imunisasi :
imunisasi pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap
difteria sampai 6 bulan dan suntikan antitoksin yang dapat bertahan selama
2 sampai 3 minggu. Sedangkan imunisasi aktif diperoleh setelah menderita
aktif atau nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoiddifteria.
Uji kepekaan Shick (menentukan kerentanan atau suseptibilitas
seseorang terhadap difteria, dilakukan dengan menyuntikkan toksin difteria
yang dilemahkan secaraIC).
Uji kepekaan Moloney (menentukan sensitivitas terhadap produk bakteri
dari basil difteria, dilakukan dengan cara memberikan 0,1 ml larutan toksoid
secara intradermal)
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
1. Keluhan utama : mengatakan anaknya mengalami panas selama 5 hari dan nyer telan
± 4 hari serta muntah-muntah. Kemudian diperiksakan ke dokter, muntahnya mulai
berkurang tetapi panasnya tetap, kemudian dibawa ke RS
2. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan mengalami demam, muntah dan nyeri
telan, tetapi sekarang sudah berkurang.
3. Riwayat kesehatan dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga : adanya keluarga yang menderita difteri
5. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi Di berikan
BCG 2 bulan
Hepatitis B 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan
DPT 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Polio 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Campak 9 bulan
6. Pola Kebiasaan Setiap Hari
Di Di rumah
rumah sakit
Pola Nutrisi: Pola Nutrisi:
Anak tidak suka makan kecuali bila Makan 3x/hari sedikit-sedikit, keluhan
dipaksa oleh ibu. Anak makan 2-3 kali nyeri telan, komposisi makanan (nasi
sehari dengan lunak/bubur,
porsi sedikit dengan komposisi nasi, sayur, lauk)
lauk, sayur
Pola Eliminasi: Pola Eliminasi:
Selama 5 hari belum BAB dan BAK Anak sudah BAB 1x/hari dengan
3-4 kali sehari. konsistensi lembek, tidak ada darah
maupun lendir dan
BAK 4-5 kali berwarna kuning jernih.
Pola Istirahat: Pola Istirahat:
Tidur siang ± 2 Tidur pagi ± 2
jam jam Tidur siang
Tidur malam ± 6-7 jam ± 1 jam
Tidur malam ± 6-7 jam
Personal Higiene: Personal higiene
Mandi 2x sehari dan selalu mengganti mandi 2x sehari dan selalu mengganti
bajunya bila selesai mandi atau terlihat bajunya setiap selesai mandi atau bila
kotor terlihat kotor
Rekreasi: Rekreasi:
Ibu dan keluarga tidak pernah Ibu dan keluarga tidak pernah
mengajak anak rekreasi mengajak anak rekreasi
7. Riwayat psikososial
Psikologi : Ibu mengatakan sangat mengharapkan kesembuhan dan kesehatan
putrinyasangat sangat diharapkan baik oleh ibu maupun keluarganya
Sosial: Anak tinggal bersama orang tua dan diasuh dibantu oleh keluarga.
8. Riwayat budaya :
Bila sakit, ibu dan keluarga berobat ke bidan terdekat atau kepuskesmas
Keluarga masih menganut adat jawa seperti selapanan, pitonan dll Riwayat
spiritualIbu dan bapak beragama Islam, taat beribadah dan ibu tidak percaya
dengan adanyatahayul.
III. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Nadi : 94x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu : 36oC
BB : 17 kg
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Kepala : Kulit kepala bersih, warna rambut hitam, tidak tampak adanya benjolan.
Wajah : Tidak pucat, tidak ikterus, tidak cyanosis
- Mata : Simetris, sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
- Hidung : Simetris, tidak terdapat secret, tidak ada kelainan bentuk hidung dan
hidungbersih
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, dan terlihat bersih
- Mulut : Bibir tidak cyanosis, tidak nampak sariawan dan bibir lembab,tidak ada
caries,pada tonsil tampak membrane berwarna putih keabu-abuan
- Leher : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, dan tidak
terlihatpembesaran kelenjar limfe
- Dada : Putting susu simetris, tidak terlihat retraksi dada saat bernafas
- Abdomen: Kebersihan cukup, tidak tampak benjolan, tidak tampak adanya
pembesaranlimpa dan hepar
- Genetalia: bersih, tidak ada odema
- Anus: bersih
- Ekstremitas
atas : simetris, penggerak aktif, tidak terdapat polidaktil maupun sindaktil dan
tidaktampak oedema
bawah : simetris, gerakan aktif dan tidak tampak oedem
Palpasi
- Kepala : tidak teraba benjolan abnormal
- Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
- Dada : tidak teraba massa atau benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan Abdomen :
tidak teraba benjolan yang abnormal
- Ekstremitas : atas dan bawah, tidak odema, perabaan hangat, turgor kulit baik
Auskultasi
- Dada : tidak terdengar bunyi ronchi mauoun wheezing
- Abdomen : bising usus positif
Perkusi
- Abdomen : tidak kembung
2.2. DiagnosaKeperawatan
1 Ds: Nausea
Do:
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nausea Setelah dilakukan tindakan ManajemenMual Observasi
Keperawatan selama 3x 24 Observasi
Jam diharapkan dapat 1. Mengetahui faktor yang
teratasi dengan Kriteria 1. Identifikasi pengalaman mual memungkinkan terjadinya
Hasil :
mual.
1. Nafsu makan 2. Identifikasi dampak mual terhadap
meningkat (5) 2. Mengidentifikasi pengaruh
kualitas hidup (mis: nafsu makan,
2. Keluhan mual mual terhadap kualitas
menurun (5) aktivitas, kinerja, tanggungjawab
hidup pasien.
3. Perasaan ingin muntah peran, dan tidur)
menurun (5) 3. Identifikasi faktor penyebab mual
3. Mengetahui faktor yang
4. Monitor mual (mis. Frekuensi, memungkinkan terjadinya
durasi dan tingkat keparahan mual.
5. Monitor asupan nutrisi dan kalori 4. Mengetahui tingkat mual
Terapeutik yang dialami pasien.
5. Menjaga nutrisi tetap
1. Kendalikan faktor penyebab mual
terpenuhi dan mencegah
terjadinya mual dan
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
muntah yang berlanjut.
penyebab mual
Terapeutik
3. Berikan makanan dalam jumlah
1. Meminimalkan dampak
kecil dan menarik
yang mengakibatkan mual.
2. Mempertahankan
Edukasi
saturasi oksigen pada
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang pasien agar tetap stabil
cukup
3. Menjaga nutrisi tetap
2. Anjurkan makanan tinggi
terpenuhi dan mencegah
karbohidrat dan rendah lemak
terjadinya mual dan
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
muntah yang berlanjut.
untuk mengatasi mual
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Analgetik dapat
memblokreseptor mual
dan mengurangi rasa
mual.
2.4. Implementasi dan Evaluasi
CP HARI PERTAMA
Edukasi
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri. In: RI DK, editor.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi; 2017
WHO. Diphtheria Reported cases by country 2017 [26 Januri 2018]. Available from:
http://apps.who.int/gho/data/view.main.1540_41?lang=en.