Anda di halaman 1dari 12

.

1 Definisi

Influenza merupakan anonim dari flue atau common cold . influenza


merupakan infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus yang
menjangkiti pasien pada semua tinggkat usia. Istilah common cold lebih
menjelaskan suatu kompleks gejala pada suatu peyakit tertentu , yang memiliki
ciri seperti hidung tersumbat( nasal congestion ) , suara serak ( sore throat) dan
batuk. ( buku askep sistem pernafasan, irman sumantri penerbit erlangga
tahun2008)

Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit


menular yang disebabkan oleh virus RNAdari famili Orthomyxoviridae (virus
influenza), yang menyerangunggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari
penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala
berat, batuk, kelemahan, dan Influenza adalah infeksi virus yang menyerang
sistem pernapasan, termasuk hidung, tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-
paru.

2 Anatomi fisiologi

a. Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga)
Hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit.
Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.

b. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi:
penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua
sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh
sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan
melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap
cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os
sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum
nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari
sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus
olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan
melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang
tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan memberikan resonansi suara. Sinus
ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi.
Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
1. Lubang hidung2
2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior Sinus ethmoidalis, oleh
beberapa lubang
3. concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior
4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang,
cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterio.

c.Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dibelakang mulut (orofaring) dan
dibelakang laring (faring-laringeal)
d. Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian
vertebrae servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas
kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang
terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat
benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di
tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid,
berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya disebelah belakang ( ini
adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang
rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah
belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan
kornikulata yang sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup
tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi
jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan
bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan
tiroid di sebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan
sdari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita
suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan demikian lebar sela-sela anatara
pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui
glotis. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga
menutup lubang atas laring sewaktu menelan.
e. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini
bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20
lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea;
selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke
arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut
masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi
mempertahankan agar trakea tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak
bersambung, yyaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang
memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar
tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika
berjalan melintasi mediastenum (lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh
arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus terletak dibelakang trakea.

3 Etiologi
Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni tipe A,
B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test.

Jenis-jenis influenza
a. Virus Tipe A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar
merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala,
virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang
berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan
suatu pandemi influenza manusia

b. Virus Tipe B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B


hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan
dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi
influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi
2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman
genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.

c. Virus Tipe C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi


manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan
epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis
lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak

4 fatofisiologi

Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik


yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-
orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel
pada saluran napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium
silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan
penyebaran eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah.

Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar


mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline.
Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan sel antigen virus
memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza A
dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi
lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar
imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara
perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum
kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk.
Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial
sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang disebabkan oleh
staphiloccocus Aureus.

Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7


hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting
karena sifatnya epidemik dan pandemik dan karena angka kematian tinggi
bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang berpenyakit
kronik.

5 pathway

Virus influenza

Di hirup melalu dioplet mukus

Inflamasi (peradangan)

Produksi mukid nikrosis bronchilar dan epitelium


alviolar hipotalamus

Secret menumpuk obtruksi


bronkial saraf simpatik
Inefektif kalan nafas

Menghalangi jalan
nafas pembulih darah
pirefer

Dipnea
vasokontraksi
Gangguan pola nafas

Demam
Suhu tubuh : Hipertermi

6 Manifestasi klinis

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun
demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar
38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga
mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa
sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan
kaki. Gejala influenza dapat meliputi:

1. Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar).


2. Batuk
3. Sumbatan hidung
4. Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok
5. Kelelahan
6. Nyeri kepala
7. Iritasi mata, mata berair
8. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,
tenggorok, dan hidung
9. Ruam petechiae
Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen (dapat menjadi
parah pada anak dengan influenza B)

7. Penatalaksanaan

Untuk influensa yang belum berkomplikasi, harap beristirahat dengan cukup di


rumah agar tidak menjadi bertambah parah. Mungkin dibutuhkan waktu sekitar 2
hari setelah demam berlalu. Bisa menggunakan obat flu yang dibeli bebas. Kalau
flu sudah terkomplikasi dengan infeksi bakteri, dokter akan meresepkan
antibiotika.

8 .Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis influenza secara klinis tidak mudah ditegakkan karena gejala


klinis influenza mirip dengan gejala klinis infeksi virus lain pada saluran
pernafasan.(Monto AS,2000)
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mempercepat
penyembuhan penyakit. Baku emas diagnostikinfluenza adalah kultur virus atau
RT-PCR, yang memerlukan waktu yang lama (kultur
virus influenza membutuhkan waktu 3-10 hari, sedangkan RT-PCR 6-8 jam) serta
biaya yang cukup mahal penyakit influenza. Rapid test merupakan alat diagnostik
yang sederhana , cepat dan mudah dikerjakan, memberikan hasil dalam waktu 15-
30 menit Pemeriksaan ini secara luas digunakan untuk diagnosis influenza di
rumah sakit .

9 .Komplikasi

Secara umum, komplikasi yang sering ditimbulkan dari influenza adalah infeksi
saluran nafas (bronkitis) dapat terjadi karana adanya virus dan paru-paru
(pneumonia) oleh bakteri.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.Kepala dan Leher

Observasi

a.Memungkinkan adanya konjungtivitis.

b. Wajah memerah.

c. Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival anterior.

d. Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar

2.Pernafasan

Observasi :

a. Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas; batuk


nonproduktif; coryza.

b. Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-langit yang


lunak,langit- langit yang keras bagian belakang, hulu kerongkongan/tekak
bagian belakang, peningkatkan RR, rhonchi dan crackles.

3.Abdominal

Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).

4.Neurologi

Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.

e. Suhu tubuh

Observasi : Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C <>0 hingga 1030F) yang
secara bertahap turun dan naik lagi pada hari ketiga

Diagnosa:

1. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.


2. Gangguan pola nafas b.d adanya secret yang menumpuk
3. Hipertermi b.d proses inflamatory
Intervensi:

Dx 1: Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.

Tujuan : Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.

Kriteria hasil :

Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan. Tidak ada batuk.
Bunyi napas jelas.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi paru-paru untuk rhonchi1. Menentukan kecukupan pertukaran
dan crackles. gas dan luasan jalan napas terhalangi
oleh sekret.

2. Adanya infeksi yang dicurigai


2. Kaji karakteristik sekret : kuantitas, ketika sekret tebal, kuning atau
warna, konsistensi, bau. berbau busuk.

3. Menentukan kebutuhan cairan.


Cairan dibutuhkan jika turgor kulit
3. Kaji status hidrasi pasien: turgor
jelek. Mukosa membran output,
kulit, mukosa membran, lidah, intake
hematocrit tinggi.<lidah dan kering,
dan output selama 24 jam, hematocrit.
intake.

4. Membatuk mengeluarkan sekret.

4. Bantu pasien dengan membatuk bila


5. Sekresi bergerak oleh gravitasi
perlu.
selagi posisi berubah. Meninggikan

5. Posisi pasien berada pada body kepala tempat tidur menggerakan isi
aligment yang benar untuk pola napas abdominal menjauhi diaphragma
optimal (kepala tempat tidur 450, jika untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.
ditoleransi 900).
6. Sekresi bergerak oleh gravitasi
selagi posisi berubah. Meninggikan
kepala tempat tidur menggerakan isi
abdominal menjauhi diaphragma
untuk meningkatkan kontraksi
diaphragmatis.

6. Menjaga lingkungan bebas allergen


(misal debu, bulu unggas, asap)
menurut kebutuhan individu.
7. Melembabkan dan menipiskan
sekret guna memudahkan
pengeluarannya.

ruangan8. Memudahkan pernapasan melalui


7. Tingkatkan kelembaban
dengan dingin ringan. hidung dan cegah kekeringan
membran mukosa oral.

8. Berikan decongestans
(NeoSynephrine) seperti pesanan. 9. Mencairkan sekret sehingga lebih
mudah dikeluarkan.

9. Mendorong meningkatkan intake


cairan dari 1 ½ sampai 2 l/hari kecuali
kontradiksi.
Dx 2 : Gangguan pola nafas b.d adanya secret yang menumpuk.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan

Kriteria Hasil :

1. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut


2. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada. 1. Mengetahui tingkatkeparahan
dan tindakan selanjutnya.

2. Mengetahui perkembangan klien


2. Observasi tanda-tanda vital. sebelum dilakukan operasi.

3. Kerjasama untuk menghilangkan


3. Kolaborasi dengan tim medis obat yang dikonsumsi
Dx 3: hipertermi b.d inflamator.

Tujuan: suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal

Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal 380C (98,60F).

Intervensi Rasional
1. Ukur temperatur tubuh. 1. Menunjukkan adanya demam dan
luasannya.

2. Hangat, kering, kulit memerah


2. Kaji temperatur kulit dan warna. menunjukkan suatu demam.

3. Indikasi leukopenia dibutuhkan


untuk melindungi pasien dari infeksi
Monitor jumlah WBC.
tambahan. Leukocytosis
menujukkan suatu inflamatory atau
adanya proses infeksi.

4. Tentukan keseimbangan cairan


4. Ukur intake dan output. dan perlu meningkatkan intake.

5.

Anda mungkin juga menyukai