Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengampu:

St. Hadjar Nurul Istiqamah, S.Psi,. M. Psi,. Psikolog

Dr. Hilwa Anwar, S.Psi., M.Si., Psikolog

WAWANCARA INFORMASIONAL

FENOMENA BODY SHAMING PADA

MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

Rahma Aliyah Usman 220701500038

Riandra Maghfira R 220701500061

Ratu Bilqis Emelqis Ma’arif 220701500066

Malikah Ramdhani Mudarwin P. 220701501169

Salsabila Putri Ramadhani 220701502014

Resky Ameliah 220701502123

KELOMPOK 1

KELAS K

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

NEGERI MAKASSAR

2023
BAB I

PERSIAPAN WAWANCARA

A. Tujuan Wawancara

1. Latar Belakang

Adanya perbedaan bentuk fisik disetiap individu akan melahirkan sebuah standar
ideal dalam penampilan seperti ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat badan yang
dimiliki seseorang. Hal ini terjadi karena konsep fisik yang ideal masih menjadi
sesuatu yang subjektif dikalangan masyarakat khususnya dikalangan mahasiswa.
Beberapa mahasiswa yang tidak memenuhi standar ideal yang ditetapkan masyarakat
kerap merasa tidak percaya diri dengan citra tubuhnya, tidak jarang mahasiswa
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan atas hal tersebut, seperti adanya
perlakuan Body Shaming dari pihak lain maupun dari dirinya sendiri.
Body Shaming adalah bentuk menyakiti seseorang dengan cara menjelek-
jelekkan atau melontarkan komentar buruk terhadap bentuk tubuhnya. Body Shaming
bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk kritik penampilan tubuh sendiri,
membandingkan diri sendiri dengan orang lain, menilai penampilan orang lain, atau
menjelek-jelekkan penampilan orang lain tanpa sepengetahuannya. Apapun
bentuknya, Body Shaming adalah tindakan yang tidak bisa dihindari dan memiliki
dampak negatif. Body Shaming adalah suatu bentuk intimidasi yang akan berdampak
jangka panjang pada korbannya. Body Shaming juga dapat menimbulkan perilaku
tidak sehat pada korbannya. Body Shaming bisa membuat seseorang tidak percaya diri
dengan tubuhnya sendiri dan membuatnya tidak ingin bergaul dengan orang lain.
Alhasil, ia akan menjadi pribadi yang menutup diri dan tidak bisa bersosialisasi
dengan orang disekitarnya.
Bentuk fisik yang tidak ideal seringkali membuat individu menjadi kurang ideal
menerima perlakuan Body Shaming baik dari teman sebaya maupun masyarakat
sekitar. Perilaku Body Shaming mencakup perundungan verbal dengan menindas
bentuk tubuh Anda seseorang (Dolezal, 2015). Body Shaming adalah sebuah konsep
yang didemonstrasikan Kesadaran diri dan tanggapan negatif terhadap diri sendiri
(Chairani, 2018). Menurut Gilbert & Miles (Cahyani, R.R., 2018), Body Shaming
adalah pengalaman memalukan yang difokuskan dari dalam diri, termasuk perasaan
malu, perilaku, ciri-ciri kepribadian yang dirasakan, atau keadaan pikiran. Pengalaman
memotret sebelumnya menjadi identitas seseorang dan ingatan menjadi traumatis yang
berkaitan dengan perasaan malu di kemudian hari dan mengakibatkan kerentanan
traumatis yang merupakan salah satu dampak dari Body Shaming (Matos, 2013).
Body Shaming juga bisa menyebabkan korbannya mengalami gangguan makan
seperti anoreksia dan bulimia. Penelitian di Amerika dilakukan oleh ANAD
menunjukkan bahwa setidaknya satu orang meninggal setiap 62 menit di AS karena
kelainan makan. Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Kesehatan
Remaja (2013:117) salah satunya adalah munculnya citra diri yang negatif prediktor
pikiran bunuh diri pada siswa, terutama perempuan.
2. Informasi yang akan Ditelusuri

Mengacu pada latar belakang diatas, maka tujuan wawancara informasional


ini adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai fenomena Body Shaming
yang terjadi dan melihat bagaimana reaksi atau respon mahasiswa serta dampak
yang timbul akibat dari tindakan Body Shaming tersebut.

B. Memilih Interviewee

1. Kriteria Interviewee
a. Warga negara Indonesia (WNI).
b. Laki-laki/Perempuan.
c. Berusia 17 tahun – 25 tahun.
d. Sedang menempuh Pendidikan S1 di Kota Makassar.
e. Pernah mengalami Body Shaming

2. Deskripsi Interviewee
Interviewee yang diharapkan merupakan seorang perempuan atau
laki-laki, berusia 17 tahun keatas, sedang menempuh Pendidikan
S1, mengetahui tentang perilaku Body Shaming dan pernah
mengalaminya. Interviewee juga diharapkan memberikan jawaban
secara jujur dalam keadaan sadar serta tanpa paksaan dari
siapapun. Keamanan identitas interviewee akan dijaga dan
informasi akan diolah secara rahasia.
C. Menyusun Panduan Wawancara
1. Tema
Tema yang diangkat dalam wawancara informasional ini adalah Fenomena
Body Shaming pada Mahasiswa.
2. Tujuan
Untuk mengetahui apakah interviewee pernah mengalami Body Shaming
dengan menanyakan aspek-aspek serta indikator yang berkaitan.
3. Bentuk & Jenis Wawancara
Bentuk wawancara yang dipilih pada penelitian ini ialah wawancara terstuktur.
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam katagori in-dept interview, dimana
dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan wawancara terstruktur.
Tujuan dari bentuk wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam melakukan wawancara, interviewer perlu mendengarkan dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh interviewee.
Berdasarkan jenisnya wawancara yang dilakukan termasuk jenis wawancara
informasional. Wawancara informasional merupakan proses komunikasi antara
dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan informasi terhadap topik
atau fenomena yang ingin diketahui melalui interviewee. Oleh karena itu, jenis
wawancara ini karena ingin mengetahui dan mendapatkan informasi lebih dalam
mengenai topik yang akan dibahas bersama interviewee (Stewart & Cash, 2012).
D. Panduan Wawancara Berdasarkan Teori

Aspek dari Body Shaming menurut Gilbert & Miles (dalam Cahyani, R.R., 2018)
meliputi:

a) Komponen Kognitif Sosial atau Eksternal

Kondisi ini mengacu pada pemikiran dari individu lain yang menilai dirinya
sebagai seseorang yang kurang baik maupun rendah. Dia juga beranggapan orang
lain melihat dengan rendah dirinya sehingga mengakibatkan menilai diri secara
rendah.

b) Komponen Mengenai Evaluasi Diri Yang Berasal Dari Dalam

Mengacu pada pandangan terhadap diri sendiri yang kurang baik yang didasari
dari pemikiran negatif mengenai diri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya
kritikan yang menyerang dengan kata-kata merendahkan diri sehingga
mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan diri individu dan menanamkan
pemikiran malu juga dari dalam diri.

c) Komponen Emosi

Emosi yang terdapat dalam perasaan malu berupa perasaan marah, cemas, dan
muak terhadap diri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pemikiran negatif atas
dirinya sendiri serta ketidakmampuan mengikuti standar yang ada dari
lingkungan.

d) Komponen Perilaku

Perasaan malu sehingga memunculkan kecenderungan untuk menghindar dari


lingkungan sekitarnya. Adanya perasaan tidak nyaman yang timbul dari
pandangan rendah dari orang sekitar sehingga merasa dirinya terancam.

e) Komponen Psikologis

Perasaan malu akan mengakibatkan seseorang merasa tertekan karena munculnya


tuntutan untuk mampu sesuai dengan standar yang ada. Selain itu juga Body
Shaming mampu mengakibatkan gangguan makan karena adanya keinginan
untuk memiliki tubuh sesuai standart ideal lingkungan.
Dampak Body Shaming

Menurut Cahyani (2018), dampak-dampak negatif dari Body Shaming antara lain yaitu
sebagai berikut:

a. Gangguan Makan dan Kesehatan

Body Shaming merupakan penyebab harga diri yang rendah dan berkaitan dengan
pola makan. Seseorang cenderung melakukan perubahan pada tubuhnya dengan
melakukan diet untuk menurunkan berat badan ataupun mengonsumsi makanan yang
banyak untuk menaikkan berat badan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
Body Shaming maka cenderung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perilaku makan. Selain memberikan dampak pada gangguan makan, Body Shaming
memiliki dampak pada kesehatan seseorang, seperti melakukan diet mati-matian,
minum obat pelangsing, memakai obat pemutih instan, dan berbagai macam upaya
lain yang justru akan berdampak lebih serius pada tubuhnya.

b. Depresi

Depresi dapat dialami seseorang karena perspektif negatif yang terus menghantui
seseorang. Kurangnya kepuasan terhadap bentuk tubuh atau keadaan tubuh
merupakan pemicu seseorang mengalami depresi. Depresi tidak hanya dialami oleh
perempuan, tetapi laki-laki juga dapat mengalami depresi, tetapi tidak sebanyak
perempuan.

c. Self-Esteem

Individu yang mengalami Body Shaming akan melakukan penilaian diri dengan terus
melakukan body checking pada tubuhnya atau penampilannya, selain itu tentunya
individu juga akan melakukan penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Ketika
individu merasa malu dengan kondisi tubuhnya maka individu tersebut akan merasa
tidak percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Ketika seseorang sering
melakukan penilaian terhadap penampilan diri mereka sendiri, kondisi tersebut
cenderung akan berdampak pada tingkat self-esteem yang rendah. Individu dengan
harga diri rendah akan beranggapan dirinya memiliki keterbatasan, merasa bersalah
karena kekurangannya, dan berada dalam kondisi yang tidak aman.
Faktor Body Shaming

Pengamat Sosial yang juga Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi UI Dr. Devie
Rahmawati mengatakan, ada empat penyebab Body Shaming, yaitu:

 Pertama, kultur patron klien yang berarti orang yang di atas atau lebih hartanya,
tenar, memiliki kekuasaan ‘untuk bisa melakukan apapun’. Jikalau dalam suatu
sekolah ada yang lebih hebat, keren,memiliki kecenderungan sesuatu, dia akan
melakukan tindakan dengan sesuatu kekuasaan. Masalahnya,dahulu orang yang
melakukan body shaming tidak terdeteksi, namun sekarang meninggalkan jejak
di media sosial dan membuat perasaan si objek tidak nyaman karena tersebar
lebih luas. Dahulu mungkin body shaming kebanyakan verbal tetapi sekarang
data tersebar kemana-mana melalui media sosial.

 Penyebab kedua yakni patriaki. Yakni, ketika perempuan cenderung menjadi


objek dari lelucon terkait tubuh. “Gendut, kurus, item ”jarang sekali kejadian
tersebut terjadi pada laki-laki. Laki-laki mungkin terkait besar tubuh. Perempuan
banyak elemennya, ini budaya patriaki.

 Ketiga, minimnya pengetahuan bahwa body shaming adalah perilaku yang salah
atau buruk dan saat ini dapat dipidanakan jika ada aduan.

 Faktor keempat adalah post kolonial. Yaitu virus dimana orang Indonesia selalu
melihat sesuatu yang kebarat-baratan seperti putih, tinggi, mancung adalah
sempurna. Sedangkan yang pendek, hitam, bertubuh besar itu buruk. Faktor lain
bisa terjadi karena masalalu yaitu pernah diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
Muncul dalam dirinya untuk balas dendam, maka dari itu apa yang terjdi pada
dirinya dilakukan kembali pada orang lain. Bisa juga karena rasa iri
pada orang lain
GUIDE LINE WAWANCARA

“BODY SHAMING”

No. Aspek Indikator Pertanyaan


 Apakah anda
1. Komponen Kognitif Kemampuan kognitif sosial
pernah mengalami
Sosial atau Eksternal yang mengacu pada pemikiran
Body Shaming?
dari orang lain yang menilai
 Bagaimana
sebagai seseorang yang
pandangan Anda
rendah. Dia juga beranggapan
terhadap individu
orang lain melihat dirinya
yang melakukan
dengan rendah sehingga
perilaku Body
mengakibatkan individu
Shaming, dan
tersebut menilai dirinya secara
menurut Anda apa
rendah.
penyebabnya?
 Pernahkah Anda
merasa kurang
percaya diri?
Bisakah Anda
memberi tahu kami
situasinya dan
bagaimana Anda
mengatasinya?
 Menurut Anda
mengapa
perempuan lebih
sering menjadi
korban Body
Shaming? Apa yang
bisa kita lakukan
untuk mengurangi
fenomena ini?
 Menurut Anda,
bagaimana media
sosial dan standar
kecantikan yang
tidak realistis
berkontribusi
terhadap perilaku
body shaming?
 Menurut Anda, apa
saja yang
terpikirkan pada
pelaku body
shaming sehingga
berbuat seperti itu?
dan menurut Anda,
apakah pelaku
memiliki penyesalan
setelah melakukan
tindakan tersebut
atau tidak sama
sekali?

 Bagaimana perasaan
2. Komponen mengenai Mengacu pada pandangan
Anda ketika mengalami
Evaluasi Diri yang terhadap diri sendiri yang
body shaming, dan
Berasal dari Dalam kurang baik yang didasari dari
bagaimana pengaruhnya
pemikiran negatif mengenai
terhadap perasaan dan
diri sendiri. Hal ini terjadi
pikiran Anda?
karena adanya kritikan yang
 Bagaimana Anda
menyerang dengan kata-kata
menilai diri Anda, ketika
merendahkan diri sehingga
mendapatkan perilaku
mengakibatkan menurunnya
body shaming?
tingkat kepercayaan diri
 Bagaimana perilaku
individu dan menanamkan
body shaming
pemikiran malu juga dari
mempengaruhi tingkat
dalam diri
kepercayaan diri Anda?
Apakah Anda merasa
perlu mengambil
langkah-langkah tertentu
untuk mengatasi dampak
negatif tersebut?
 Pernahkah Anda
mengalami body
shaming dari orang-
orang terdekat dalam
hidup Anda? Jika ya,
bagaimana Anda
menyikapinya?
 Menurut pengalaman
Anda, antara laki-laki
atau perempuan yang
mana lebih sering
melakukan perilaku
body shaming terhadap
Anda atau orang lain di
sekitar Anda?
 Sejauh mana Anda
merasa sering
membandingkan diri
Anda dengan orang
lain, baik dari segi
penampilan maupun
aspek lainnya?
Bagaimana
perbandingan ini dapat
memengaruhi pikiran
dan perasaan Anda?
 Apa saja dampak body
shaming dalam jangka
panjang baik positif
maupun negatif
terhadap diri Anda ?

 Bagaimana
3. Komponen Emosi Emosi yang terdapat dalam
perasaan Anda
perasaan malu berupa
ketika mengalami
perasaan marah, cemas, dan
body shaming, dan
muak terhadap diri sendiri.
bagaimana
Hal ini terjadi karena adanya
pengaruhnya
pemikiran negatif atas dirinya
terhadap perasaan
sendiri serta ketidakmampuan
dan pikiran Anda?
mengikuti standar yang ada
dari lingkungan.  Bagaimana
tanggapan Anda
ketika menerima
komentar negatif
dari orang lain
tentang
penampilan Anda?
Pernahkah Anda
merasa marah,
kaget, atau sedih,
dan apa yang
biasanya Anda
lakukan dalam
situasi tersebut?

 Bagaimana cara
Anda mengontrol
emosi Anda ketika
mendapatkan
perilaku body
shaming?

 Bagaimana cara
Anda
meredamkan
emosi Anda bila
telah mendapatkan
perilaku body
shaming?

4. Komponen Perilaku Perasaan malu sehingga  Bagaimana sikap Anda,

memunculkan kecenderungan bila Anda secara tidak

untuk menghindar dari sengaja bertemu di

lingkungan sekitarnya. tempat umum dengan

Adanya perasaan tidak orang yang telah

nyaman yang timbul dari melakukan perilaku

pandangan rendah dari orang body shaming terhadap

sekitar sehingga merasa Anda?

dirinya terancam.  Bagaimana cara Anda


mengalihkan pikiran,
bila secara tidak sengaja
membayangkan perilaku
body shaming saat Anda
melakukan aktivitas?

 Menurut Anda
tindakan apa yang
tepat Anda lakukan
jika Anda terus
menerus mengalami
body shaming?

 Langkah atau upaya


apa yang Anda lakukan
untuk mengatasi rasa
malu yang mungkin
timbul ketika Anda
mengalami body shami
ng?

 Menurut Anda, saran


atau tindakan konkret
apa yang Anda yakini
bisa membantu seorang
pelaku body shaming
agar tidak mengulangi
tindakan tersebut?

 Apa upaya yang dapat


dilakukan dalam masya
rakat untuk
mengurangi kasus
body shaming?

5. Komponen Psikologis Perasaan malu akan  Bagaimana pengalaman

mengakibatkan seseorang Anda dalam menghadapi

merasa tertekan karena perasaan benci terhadap

munculnya tuntutan untuk diri sendiri setelah

mampu sesuai dengan standar mengalami body

yang ada. Selain itu juga shaming?

Body Shaming mampu  Apa dampak psikologis


mengakibatkan gangguan yang Anda rasakan
makan karena adanya setelah mengalami body
keinginan untuk memiliki shaming, dan bagaimana
tubuh sesuai standart ideal cara mengatasi perasaan
lingkungan. tersebut?

 Berapa lama waktu yang


Anda butuhkan untuk
menerima kekurangan
terhadap tubuh Anda
setelah mengalami body
shaming?

 Menurut pengalaman
Anda, apakah Anda
pernah mengalami
gangguan makan akibat
perlakuan body shaming
yang Anda terima?
Bagaimana Anda
menghadapinya?
DAFTAR PUSTAKA
Mutmainnah., A. N. 2020. Analisis Yuridis Terhadap Pelaki Penghinaan Citra Tubuh (Body
Shaming) Dalam Hukum Pidana Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Vol, 26
(8).
Brookee., A. M. R. C. (2017). Hubungan Antara Gangguan Kepribadian Ambang dan
Gangguan Makan. Diakses pada tanggal 29 September 2023. Sumber https://
www.clearviewtreatment.com/resources/blog/connection-borderline-personality-
disorder-eating-disorders/
Cahyani, R.R. (2018). Efektivitas Cognitive Behavior Therapy untuk Menurunkan Tingkat
Body Shaming. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
Chairani, L. (2018). Body Shame dan gangguan makan kajian meta-analisis. Buletin
Psikologi, Vol, 26 (01) : 2-27.
Dolezal. 2015. The Body and Shame Phenomenology, Feminism and The Socially Shape
Body. The United States of America: Lexington Book.
Gilbert, P., & Miles, J. N. V. (2000). Sensitivity to social put-down: Its relationship to
perceptions of social rank, shame, social anxiety, depression, anger and self-other
blame. Personality and Individual Differences, 29(4), 757- 774.
https://doi.org/10.1016/S0191-8869(99)00230-5
Matos. (2013). Internalizing Early Memories of Shame and Lack of Safeness and Warmth:
The Mediating Role of Shame on Depression. Behavioural and Cognitive
Psychotherapy, 41 (4). https://doi.org/10.1017/S1352465812001099
Rizka Diannur. (2019). Fenomena Body Shaming Di Kalangan Mahasiswa. E-Journal:
Sosiatri-Sosiologi. Vol ,7 (4): 37-49.

Anda mungkin juga menyukai