Anda di halaman 1dari 18

Baik Terimakasih Selamat Pagi untuk kita semua. Yang terhormat Bapak M.K.

P
Abdi Keraf, S.Psi ., M.Si. .,M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing 1, yang
terhormat Ibu Yeni Damayanti, S.Psi., M.Psi, Psikolog selaku dosen
pembimbing 2, yang terhormat Ibu Diana Aipipidely, S.Psi., M.A selaku dosen
penguji. Pada kesempatan kali ini saya akan mempresentasikan usulan penelitian
saya yang berjudul Hubungan Body Shaming Dengan Peneriman Terhadap
Bentuk Tubuh Pada Pelajar Putri Di SMA Negeri 1 Kota Kupang. Namun
sebelum lanjut ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, perkenalkan
nama saya Maria D. D Dacosta nim 1807020003 dari Prodi Psikologi.

Adapun pokok bahasan dalam presentasi ini yaitu pendahuluan, tinjauan


pustaka dan metodologi penelitian.

Baik, Langsung saja pada pendahuluan, penulis dalam menulis usulan penelitian
ini di latarbelakangi oleh berbagai masalah

 Manusia merupakan makhluk yang akan terus mengalami masa


pertumbuhan dan perkembangan.
 Hal ini tidak terlepas dari adanya perubahan fisik khususnya bagi kaum
perempuan akan berusaha untuk tampil cantik dan menarik agar sesuai
dengan kriteria di lingkungan sosialnya.
 Kecantikan di Indonesia memiliki ciri-ciri seperti ; berkulit putih, memiliki
postur tubuh yang proposional, rambut yang indah dengan tinggi yang ideal.
 Survey kecantikan oleh Diamond (dalam Cosmopolitan, 2012) yakni
memiliki wajah tirus, hidung mancung, berkulit putih, memiliki rambut yang
lebat, dan memiliki bentuk tubuh yang langsing.
 Penelitian (Annastasia Melliana S, 2006) menyatakan bahwa Tampil cantik
menjadi sebuah harapan, keinginan bahkan kebutuhan dari setiap
perempuan.
 Namun Pada kenyataanya, tidak semua perempuan bisa tampil cantik sesuai
standar kecantikan yang ada, sehingga mengalami perlakuan diskriminasi
dalam kehidupan sosial seperti bullyng, ejekan, hinaan, celaah dan cemooh
istilah ini disebut sebagai body shaming.
 Body shaming merupakan tindakan menghina dengan mengomentari fisik
atau bentuk tubuh maupun ukuran tubuh dan penampilan dari individu.
Body shaming yang terjadi secara berkelanjutan dapat membentuk
penerimaaan terhadap bentuk tubuh
 Penerimaan terhadap bentuk tubuh merupakan sikap merasa puas atau tidak
puas dalam memaknai anggota tubuh yang dimiliki.
 Berdasarkan survey awal yang dilakukann oleh penulis pada pelajar putri di
SMA N.1 Kota Kupang dengan kisaran usia 16-18 tahun terdapat 3 : 7
responden yang mengalami body shaming karena memiliki bentuk badan
yang gemuk, kurus dan memiliki bentuk wajah yang berjerawat sehingga
mereka merasa sakit hati, malu, insecure, kecewa, menjadi tertekan dan
tidak mampu menerima bentuk tubuh yang dimiliki.
 Penelitian yang perna dilakukan oleh Fatur Khoir dkk (2021) dan Lamont
(2019) berbanding terbalik dengan hasil survey data awal penulis dimana
dalam penelitian mereka menyatakan bahwa remaja yang mengalami body
shaming mampu menerima kritikan dari orang lain, tidak mudah
tersinggung dan memilih untuk mengatasi masalah dengan bersikap religius
serta mencari solusi.
 Umumnya para pelaku beranggapan bahwa Body Shaming merupakan
tindakan berupa candaan atau ejekan dengan tujuan menghibur dan tidak
mempengaruhi apapun termasuk penerimaan terhadap bentuk tubuh.
Pernyataan tersebut didukung oleh Geofani (2019) menyatakan bahwa body
shaming sering tidak disadari karena bersembunyi dalam bentuk ejekan atau
candaan semata
 Dengan adanya Body Shaming dapat menganggu perkembangan sosial
korban dimasa sekarang dan masa seterusnya .
 Berdasarkan fenomena diatas dan penelitian sebelumnya, penulis tertarik

untuk meneliti tentang”HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN

PENERIMAAN TERHADAP BENTUK TUBUH PADA PELAJAR

PUTRI DI SMA NEGERI 1 KOTA KUPANG’’.

Keaslian :

 Penelitian oleh Mardianti dkk. (2021) dengan judul’’ Kecenderungan

Perilaku Body Shame Ditinjau dari Self Acceptance pada Remaja Awal Putri

Di SMP Y Surabaya”

 Penelitian oleh Ani Latifatul Khoriyah dkk. (2019) dengan judul ”Hubungan

Ketidakpuasan Tubuh Dengan Penerimaan Diri Pada Perempuan Usia

Dewasa Awal (18-25 tahun) Di Kota Malang

 Penelitian oleh Aprilia Mega Rosdiana. (2019) dengan judul ”Penerimaan

Diri Pada Beuty Vlogger yang Mengalami Body Shaming”

Berdasarkan ketiga penelitian diatas, terdapat persamaan dan perbedaan,

persamaanya terletak pada metode dan kedua variabel penelitian serta

perbedaanya terletak pada subjek penelitian, latar tempat yang diteliti, tujuan

penelitian serta teknik sampling


Rumusan Masalah :

 Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut : “apakah ada hubungan Body Shaming dengan Penerimaan

Terhadap Bentuk Tubuh pada Pelajar Putri di SMA Negeri 1 Kota

Kupang ?”

Tujuan Penelitian :

 Tujuan Umum : untuk mengetahui Hubungan Body Shaming dengan

Penerimaan Terhadap Bentuk Tubuh Pada Pelajar putri di SMA 1 Kota

Kupang.

 Tujuan Khusus

a. Untuk melihat tingkat body shaming pada pelajar putri di SMA Negeri 1

Kota Kupang

b. Untuk melihat tingkat penerimaan terhadap bentuk tubuh pada pelajar

putri di SMA Negeri 1 Kota Kupang

Manfaat Penelitian :

 Manfaat Teoritis ; Memberikan sumbangan secara teoritis dengan

menambahkan kajian-kajian psikologis, dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dan informasi khusus dibidang psikologi sosial.

 Manfaat Praktis
1. Pelajar putri terutama korban body shaming yang berada di SMA Negeri 1

Kota Kupang

2. Orang tua

3. Penelitian lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

 Pengertian Body Shaming

Body shaming merupakan pengalaman memalukan yang difokuskan dari

dalam diri meliputi perasaan malu, tingkah laku, perceived personality

traits ataupun keadaan dan pikiran.Gilbert & Miles (dalam Cahyani, R. R..,

2018).

 Aspek-Aspek Body Shaming

Gilbert & Miles (dalam Cahyani, R. R.., 2018) body shaming memiliki

beberapa aspek meliputi :

1. Komponen kognitif sosial eksternal

2. Komponen mengenai evaluasi diri

3. Komponen emosi

4. Komponen perilaku

5. Komponen psikologis

 Jenis-jenis Body Shaming


Dolezal ( Langsdale,2019) mengemukakan bahwa body shaming terdiri dari

dua jenis yaitu :

1. Acute body shame

2. Chronich body shame

 Bentuk-bentuk Body Shaming

(Dalam Dea, 2020, hal 103) bentuk-bentuk body shaming antar lain :

1. Fat shaming

2. Skinny shaming

3. Rambut tubuh

4. Warna Kulit

 Dampak Body Shaming : Dapat mengganggu kesehatan psikis pada

korban. Hal ini ditandai dengan munculnya gangguan makan, depresi, rasa

malu, ketidakpercayaan diri dan berusaha menjadikan bentuk tubuh lebih

ideal sesuai kriteria yang ada di lingkungan.

 Pengertian Penerimaan Bentuk Tubuh

Penerimaan bentuk tubuh merupakan konsep yang digunakan untuk

mengambarkan sejauh mana individu dapat menerima bentuk tubuh yang

dimilikinya. Powell (1992)

 Aspek-Aspek Penerimaan Bentuk Tubuh


Powell (1992) terdapat beberapa aspek penerimaan bentuk tubuh

diantaranya :

1. Penerimaan fisik

2. Penerimaan keterbatasan terhadap bentuk tubuh

3. Penerimaan perasaan atau emosi

4. Penerimaan kepribadian

 Faktor-Faktor yang membentuk Penerimaan Bentuk Tubuh

Hurlock (2008) ada beberapa faktor yang membentuk penerimaan terhadap

bentuk tubuh yaitu :

1. Pemahaman terhadap bentuk tubuh

2. Harapan yang realistis

3. Tidak adanya hambatan dari lingkungan

4. Sikap sosial yang positif

5. Tidak adanya stres yang berat

Pengaruh keberhasilan

 Dampak Penerimaan Bentuk Tubuh

Hurlock ( 1974), membagi dampak penerimaan bentuk tubuh menjadi dua

kategori :

1. Dalam penyesuain bentuk tubuh

2. Dalam penyesuaian sosial


 Temuan yang Relevan ( bisa dilihat pada slide )

 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Hubungan antar variable yang akan diteliti yaitu variabel body

shaming (X) dan variabel penerimaan terhadap bentuk tubuh (Y). Dalam

variabel body shaming memiliki beberapa aspek yakni ; Komponen kognitif

sosial eksternal, Komponen mengenai evaluasi diri yang berasal dari dalam,

Komponen emosi, Komponen perilaku dan Komponen psikologis. dari ke

lima aspek tersebut yang menimbulkan munculnya penerimaan terhadap

bentuk tubuh individu seperti : Penerimaan fisik, Penerimaan keterbatasan

bentuk tubuh, penerimaan perasaan atau emosi dan Penerimaan kepribadian.

 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada hubungan positif antara Body shaming dengan penerimaan

terhadap bentuk tubuh pada pelajar putri di SMA Negeri 1 Kota Kupang.

H1 : Ada hubungan positif antara Body shaming dengan penerimaan

terhadap bentuk tubuh pada pelajar putri di SMA Negeri 1 Kota Kupang.
BAB III

METODE PENELITIAN

 Identifikasi Variabel

Variabel Independent dalam penelitian ini yaitu Body Shaming

Variabel Dependent dalam penelitian ini yaitu penerimaan terhadap bentuk

tubuh

 Definisi Operasional

Body shaming adalah bentuk tindakan yang muncul karena adanya

pengalaman dari dalam diri meliputi perasaan malu, tingkah laku, perceived

personality traits ataupun keadaan pikiran.

Penerimaan terhadap bentuk tubuh adalah sebuah konsep maupun derajat

yang mengambarkan sejauh mana individu menerima bentuk tubuhnya serta

mengetahui karakteristik personalnya baik itu kelebihan maupun kekurangan

terhadap bentuk tubuh yang dimiliki

 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar putri di SMA Negeri 1 Kota

Kupang dari kelas X-XII yang berjumlah 740 orang

 Sampel

Dalam pengambilan sampel mengunakan kriteria-kriteria inklusif. Kriteria

Inklusif yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


- Pelajar berjenis kelamin perempuan berusia 16 – 18 tahun

- Bersedia mengikuti penelitian

- Pelajar putri di SMA Negeri 1 Kota Kupang

- Perna mengalami body shaming

proses pengambilan sampel mengunakan rumus perhitungan Isaac dan

Michael (dalam Sugiyono, 2017) dengan kesalahan sebesar 10% serta nilai d

= 0,05. Dari rumus tersebut didapatkan 198 sampel pelajar putri di SMA

Negeri 1 Kupang

 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi yang dilakukan untuk

melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

 Jenis Data

Data Primer: Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner yang

disebarkan oleh penulis

Data Sekunder: Data ini diperoleh melalui studi pustaka, internet,

dokumentasi, maupun wawancara langsung dengan pelajar putri di SMA N 1

Kupang

 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Penelitian ini mengunakan skala yang disebar lewat goggle form. Model

skala yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala likert dengan 4

alternatif pilihan jawaban yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju

(TS), Sangat tidak setuju (STS). Skala dalam penelitian ini terdiri dari dua

alat ukur, yaitu skala body shaming dan penerimaan terhadap bentuk tubuh.

1. Skala Body Shaming

Skala body shaming yang digunakan merupakan skala yang disusun

dengan mengunakan aspek-aspek dari Gilbert & Miles (dalam

Cahyani, R.R., 2018). Penelitian pada skala ini terdiri dari 24 butir

pernyataan. Skala ini juga sebelumya perna di pakai dalam skripsi

oleh Tri Indah Sari (2020) dilakukan uji coba dan diperoleh 19

pernyataan valid dengan indeks daya diskriminasi aitem (r1x) yang

cukup bagus berkisar dari 0,263 – 0,775. Aitem yang gugur karena

memiliki daya diskirimanasi < 0,250 sebanyak 5 aitem. Sementara itu,

untuk nilai Cronbach’s Alfa sebesar 0,873 > 0,070, artinya skala body

shaming tersebut reliabel.

2. Skala Penerimaan Bentuk Tubuh

Skala penerimaan bentuk tubuh mengunakan adaptasi dari Unzila

(2012) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan mengunakan

aspek-aspek penerimaan bentuk tubuh dari Powell (1992). Penelitian


skala ini awalnya terdiri dari 40 butir pernyataan namun dilakukan uji

coba dan diperoleh 28 aitem. Skala ini juga sebelumya perna di pakai

dalam skripsi oleh Tika Pratiwi Andani (2018) dilakukan uji coba dan

diperoleh 28 pernyataan yang valid. dengan indeks daya diskriminasi

aitem (r1x) yang cukup bagus berkisar dari 0,3-0,58. Sementara itu,

untuk nilai Cronbach’s Alfa sebesar 0,888 > 0,070, artinya skala

penerimaan bentuk tubuh tersebut reliabel.

 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

korelasi. Analisis ini untuk memastikan hubungan antar variabel. Disamping

uji korelasi, peneliti juga mengunakan uji asumsi seperti normalitas, uji

linearitas dan uji hipotesis.

SEKIAN PRESENTASI DARI SAYA, SAYA KEMBALIKAN KE

MODERATOR.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1) Mengapa anda memilih judul ini ?

 Saya memilih judul ini karena judul ini memiliki beberapa

persoalan dilihat dari lingkungan sosial sendiri kebanyakan

remaja khususnya kaum perempuan yang mengalami perlakuan

body shaming mengakibatkan terbentuknya penerimaan

terhadap bentuk tubuh. Pada saat saya melakukan survey awal

ke salah satu sekolah di kota kupang yakni Sma Negeri 1 saya

menemukan masalah/ fenomena terkait body shaming dengan

penerimaan terhadap bentuk tubuh sehingga saya mengangkat

judul ini dalam penelitian saya.

 judul ini memiliki daya tarik tersendiri dan belum banyak di

teliti oleh orang lain khususnya pada variabel penerimaan

terhadap bentuk tubuh.

2) Mengapa anda memilih lokasi penelitian ini?

 Saya memilih lokasi penelitian di Sma Negeri 1 kota kupang

karena fenomena yang saya angkat benar-benar ada di lokasi

tersebut di dukungan dengan data awal yang saya dapatkan

dilapangan.
 Karena Sma N.1 kota kupang merupakan salah satu sekolah

yang memiliki jumlah peserta didik putri yang masuk kategori

terbanyak dengan jumlah 740 sehingga saya mengunakan lokasi

ini dalam penelitian saya.

3) Mengapa anda mengambil remaja/pelajar putri sebagai subjek

penelitian anda?

 saya mengambil remaja putri sebagai subjek dalam penelitian

saya karena dari beberapa jurnal yang saya baca ternyata

mayoritas paling tinggi dari perilaku body shaming ada di

kalangan remaja khususnya pelajar perempuan karena mereka

masih sangat labil atau masih mencari jati diri sehingga

penampilan fisik dan bentuk tubuh tidak dapat keluar dari topic

pembahasan di kalangan pelajar.

4) Teori apa yang anda gunakan dalam penelitian anda? oleh siapa?

 Saya mengunakan teori body shaming dari gilberd dan miles

dalam cahyani r.r 2018 dan mengunakan teori penerimaan

bentuk tubuh dari powel 1992. Alasan karena tersebut tersebut

dapat mendukung penelitian saya.

5) Mengapa mengunakan metode kuantitatif ?


 Saya mengunakan metode kuantitatif karena data penelitian

saya berupa angka dan akan dihitung dengan analisis statistic

6) Bagaimana anda memperoleh data?

 Saya memperoleh data melalui data primer dan sekunder. data

primer di peroleh dari wawancara dan kusioner yang di

sebarkan berhubungan dengan body shaming dan penerimaan

terhadap bentuk tubuh. Data sekunder diperoleh dari studi

pustaka, internet, dokumentasi, maupun wawancara langgsung

dengan pelajar putri di sma negeri 1 kota kupang.

7) Bagaimana cara mengadaptasikan skala yang ada dalam penelitian

anda?

 Baik disini saya menggunakan 2 skala yakni skala body

shaming dengan skala penerimaan terhadap bentuk tubuh.

8) Alasan anda memilih skala tersebut?

 saya memilih mengunakan kedua skala ini dibandingkan

dengan skala yang lain karena kedua skala tersebut memiliki

aspek-aspek yang dapat menjawab penelitian yang dilakukan

oleh penulis, dapat di pakai untuk diteliti khususnya dikalangan

pelajar dan merupakan instrument psikologi yang bisa


digunakan untuk mengukur dan mengetahui mengenai body

shaming dengan penerimaan terhadap bentuk tubuh.

9) mengapa ada mengunakan rumus isac dan maikel dalam pengambilan

sampel ?

 karena dari rumus isac dan maikel dari populasi yang ada saya

bisa memperoleh sampel untuk penelitian saya dengan

mengunakan tabel penentuan jumlah sampel dari isak dan

maikel .

10) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya?

 penelitian saya lebih bertitik fokus pada body shaming dengan

penerimaan terhadap bentuk tubuh sedangkan penelitian lain

lebih bertitik fokus pada kecenderungan body shame di tinjau

dari self acceptance, ketidakpuasan tubuh dengan penerimaan

diri dan penerimaan diri pada beuty vlogger yang mengalami

body shaming.

 perbedaan yang berikut pada lokasi penelitian dimana

penelitian ini berlokasi di kota kupang sedangkan penelitian

sebelumya berlokasi di luar kota kupang.

 perbedaan pada bagian tujuan dan teknik pengambilan data.

11) Jelaskan mengenai kerangka berpikir?


12) Bagaimana seorang individu bisa keluar dari keterpurukannya

mengenai body shaming yang di alami?

 menurut saya seseorang/individu dapat keluar dari keterpurukan

atau situasi yang di alami dengan cara memotifasi diri sendiri.

ketika individu dapat memotivasi diri sendiri dengan berkata

bahwa saya berharga sehingga tidak perlu mendengarkan

omongan, komentar dari orang lain dengan begitu menurut saya

individu tersebut dapat keluar dari situasi body shaming yang

dialami. disini dapat mengunakan teori dari Mc. Donald dalam

(kompri, 2016 :229) yang mengatakan bahwa motivasi diri

adalah dorongan dari dalam diri yang dapat menimbulkan

perilaku seseorang menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan

tertentu

13) Mengapa mengunakan kriteria-kriteria iklusif seperti di atas?

 karena dari kriteria-kriteria iklusif tersebut dapat mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.

14) Perbedaan bullyng dengan body shaming ?

 bullyng lebih luas

Anda mungkin juga menyukai