Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PERILAKU BODY SHAMING TERHADAP

KESEHATAN MENTAL MAHASISWA PRODI


KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI ANGKATAN 2019

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

Oleh:
Putri Fera Avia Anggraeni
G1A118056

PROGRAN STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian sehat menurut WHO yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental,
maupun sosial tidak hanya terbatas dari penyakit atau kelemahan cacat.1
Sedangkan pengertian sehat menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang kesehatan adalah keeadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.2
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa kesehatan mental berpengaruh terhadap
kesehatan individu. Kesehatan mental merupakan suatu keadaan seseorang
dimana tidak mengalami rasa bersalah terhadap diri sendiri, memiliki estimasi
yang realistis terhadap dirinya endiri dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahan, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki
kepuasan terhadap kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya. Pada data Riskesdas tahun 2018 menunjukan angka prevalensi
gangguan mental emosional adalah 6,2% pada usia 15-24 tahun.3
Kesehatan mental dikatakan baik jika kondisi batin berada dalam keadaan
tentram dan tenang, sehinga kemungkinana menikmati hidup dan menghargai
orang sekitar. Seseorang yang memiliki mental sehat dapat menggunakan potensi
atau kemampuannya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidupnya, dan
menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Sedangkan seseorang yang
tidak memiliki kesehatan mental yang baik atau kesehatan mentalnya terganggu
maka akan mengalami gangguan berupa kemampuan berfikir, suasana hati, serta
kendali emosi yang pada akhirnya dapat mengarah perilaku buruk ( Kemenkes RI,
2018).2
Menurut Kemenkes RI terdapat 3 jenis kondisi umum yang terjadi pada
masalah kesehatan mental yaitu stress, gangguan kecemasaan dan depresi.
Pertama, stress merupakan keadaan seseorang mengalami tekanan yang sangat
berat secra emosi maupun mental. Seseorang yang mengalami stress lebih mudah
cemas, gelisah dan tersinggung. Stress tidak hanya berdampak pada psikologi
penderitaa tetapi juga berdampak pada kesehataan fisik dan cara bersikap. Adapun
masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat stress diantaranya gangguan
tidur, lelah, sakit kepala, sakit perut, nyeri dada, nyeri atau egang pada otot,
obesitas, diabetes, gangguan jantung dan hipertensi.2
Kedua, gangguan kecemasan merupakan kondisi psikologis seseorang ketika
mengalami rasa cemas yang berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan.
Gejala psikologis yang bisa muncul akibat gangguan kecemasan, yaitu gelisah,
rasa takut yang berlebihan, berkurangnya rasa percaya diri, mudah marah, stress,
sulit berkonsentrasi dan mejadi penyendiri. Sedangkan gejala fisik yang dapat
menyertai, yaitu sulit tidur, badan gemetar, mengeluarkan keringat secra
berlebihan, otot menjadi tegang, jantung berdebar, sesak napas, lelah, sakit perut,
sakit kepala, pusing, mulut terasa kering dan kesemutan.2
Ketiga, depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan
penderita terus menurus merasa sedih. Dimana perasaan sedih bisa berlangsung
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Depresi dapat menyebabkan masalah
fisik, mengubah cara berfikir, mengubah cara berperilaku dan tidak jarang pada
kasus tertentu bisa menyakiti diri sendiri dn mencoba bunuh diri.2
Gangguan kesehatan mental dapat dialami oleh seseorang yang mendapat
perlakuan body shaming tanpa mengenal usia, bentuk tubuh maupun warna kulit.
Body shaming merupakan suatu bentuk komentar pada penampilan diri maupun
orang lain berupa tindakaan mengomentari fisik, penampilan atau citra diri
seseorang. Bentuk kekerasan body shaming berupa verbal-emosional yang sering
tidak disadari oleh pelakunya karena umumnya diaanggap wajar.4
Body shaming memungkinkan seseorang untuk membandingan keadaan
dirinya dengan orang lain dan menimbulkan rasa malu. Seperti penilaian individu
akan tubuhnya tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal. Body shaming yang
dilakukan secara intens dapat berpengaruh terhadap kondisi mental dan
memunculkan rasa cemas, malu, tidak percaya diri, marah, harga diri rendah, diet
ketat, gangguan makan dan benci terhadap penampilan dirinya.5
Perilaku body shaming memiliki dampak terhadap korban, menurut penelitian
yang dilakukan oleh salah satu dampaknya adalah gangguan makan yaitu bulimia,
anorexia dan binge eating, serta gangguan mental sepert depresi. Sedangkan
menurut bahwa dampak body shaming adalah diet ketat, munculnya perilaku
obsesif kompulsif (sering memeriksa penampilan diri, menimbang berat badan),
memunculkan emosi (marah, malu, benci, cemas dan takut), dapat memicu
gangguan metal (gangguan makan dan gangguan dismorfik tubuh) serta menrik
diri dari lingkungan. Gangguan dismorfik tubuk merupakan keterpakuan terhadap
penampilan diri kurang sempurna yang minimal tetapi memiliki respon yang
berlebihan. 4
Merujuk uraian di atas, peneliti sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi berkeinginan meneliti lebih lanjut mengenai
hubungan perilaku body shaming terhadap kesehatan mental mahasiswa prodi
kedokteran Universitas Jambi dengan mengambil sampel mahasiswa prodi
kedokteran Universitas Jambi angkatan 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja bentuk-bentuk perilaku body shaming pada mahasiswa prodi
kedokteran Universitas Jambi angkatan 2019?
2. Apa saja dampak perilaku body shaming pada mahasiwa prodi kedokteran
Universitas Jambi angkatan 2019?
3. Apakah hubungan perilaku body shaming terhadap kesehatan mental pada
mahasiswa prodi kedokteran Universitas Jambi angkatan 2019?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku body shaming terhadap kesehatan
mental mahasiswa prodi kedokteran Universitas Jambi angkatan 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bentuk-bentuk perilaku body shaming pada mahasiswa prodi
kedokteran Unversitas Jambi angkatan 2019.
2. Mengetahui dampak dari perilaku body shaming pada mahasiswa prodi
kedokteran Universitas Jambi angkatan 2019.
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan perilaku body shaming terhadap
kesehatan mental pada mahasiswa prodi kedokteran Universitas Jambi
angkatan 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini diharapkan tidak adanya perilaku body
shaming pada mahasiswa prodi kedokteran Universitas Jambi angkatan
2019.
2. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan modal
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti
lebih dalam.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Definisi Body Shaming
Berikut beberapa pengertian mengenai body shaming :
1. Menurut definisi Oxford Living Dictionaries, Body shaming memiliki arti
sebuah tindakan mulai dari mengkritik, mengejek, sampai menghina
dengan mengomentari sebuah fisik (bentuk maupun ukuran tubuh) dan
penampilan seseorang.6
2. Menurut Nol dan Frederickson, body shame merupakan perasaan malu
yang berasal dari salah satu bentuk tubuh ketika penilaian dari orang lain
dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal yang
diharapkan. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang mengevaluasi dirinya
relatif terhadap internalisasi dan budaya ideal.6
3. Menurut Honigam dan Castle (2004), body shame ialah gambaran mental
seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnyai, serta bagaimana
seseorang mempersepsikan dan memberikan penilaian atas yang
dipikirkan dari penilaian orang lain terhadapa dirinya. 7
4. Menurut Damanik (2018) body shame ialah penilaian individu terhadap
tubuhnya yang menampakan perasaan bahwa tubuhnya memalukan yang
disebabkan penilaian individu tersebut dengan membandingkan bentuk
tubuh dengan orang lain. 7
5. Widiasti (2016) mengemukakan bahwa body shaming yaitu penghinaan
bentuk fisik orang lain yang tidak sesuai dengan standart ideal. Misalnya
kita sering melakukan atau mendengarkan ejekan terhadap orang gemuk
disamakan dengan hewan seperti gajah, jika kurus disamakan dengan
tiang. Meski dengan nasa becanda tetap dinamakan body shaming .7
Dapat disimpulkan dari definisi diatas body shaming diatas menurut teoritis
body shaming yaitu ejekan untuk orang yang memiliki penampilan fisik atau
tubuh yang dinilai cukup berbeda dari masyarakat pada umunya serta
membandingkan bentuk tubuh atau penampilan fisiknya dengan orang lain.
Contoh body shaming sendiri yaitu seperti mengejek gendut, hitam, pesek,
kurus, jerawatan, dll. Body shaming atau mengomentari fisik orang lain yang
dinilai berbeda dari masyarakat pada umunya sudah sering dilakukan pada era
jaman modern ini, meskipun tidak secara kontak fisik tetapi melalui secara
verbal atau melalui kata-kata.7

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Body Shaming

Ada beberapa penyebab yang menjadi faktor seseorang melakukan body shaming
yaitu:
a. Kultur patron klien, adalah orang yang diatas atau mempunyai harta yang
lebih, memiliki ketenaran, dan memiliki kekuasaan untuk bisa melakukan
apapun yang dia inginkan.
b. Patriaki, yaitu ketika seorang perempuan melakukan sebuah lelucon atau
bercandaan cendurung mengarah kepada tubuh, seperti gendut, kurus, kulit
hitam, pendek, terlalu tinggi, dan lain sebagainya.
c. Minimnya pemahaman bahwa body shaming merupakan perlakukan yang
salah atau buruk jika dilakukan, dan dapat terjerat hukum pidana jika ada
laporan atau aduan tersebut.
d. Post kolonial, dimana orang Indonesia selalu mengikuti gaya hidup
mengarah pada kebara-baratan, misalnya mempunyai kulit yang putih,
tinggi, hidung mancung, kurus langsing, berparas tampan dan cantik,
adalah kesan yang sempurna untuk menjadi seseorang. Sedangkan yang
memiliki kulit warna hitam, pendek, pesek, dan bertubuh besar atau
gendut adalah kesan yang buruk.
e. Iklim budaya Indonesia saat bergaul membentuk sebuah kelompok atau in
group, kemana-mana selalu bersama-sama kemanapun. Menganggap
bahwa body shaming sudah sangat lumrah dan wajar walaupun beberapa
kali ketemu.6
Ada beberapa penyebab mengapa orang melakukan body shaming. Dimulai dari
lingkungan keluarga, dimana orang tua yang seharusnya memberikan dukungan
psikis dan emosional, malah melakukan body shaming ke anaknya sendiri.
Misalnya, berkomentar mengenai tubuh anaknya yang menjadi elbih gendut, atau
membandingkan bentuk tubuh antara kakak beradik. Kemudian anak yang seperti
ini akan membawa nuansa tersebut di lingkungan sekolah, permainan atau
pergaulan.8
Adapun ciri-ciri perilaku body shaming, adalah : 1) Mengkritik penampilan
sendiri, melalui penilaian atau perbandingan dengan orang lain (seperti: "Saya
sangat jelek dibandingkan dia." "Lihatlah betapa luas bahuku.") 2) Mengkritik
penampilan orang lain di depan mereka, (seperti: "Dengan paha itu, Anda tidak
akan pernah mendapatkan teman kencan.") 3) Mengkritik penampilan orang lain
tanpa sepengetahuan mereka. Seperti: "Apakah Anda melihat apa yang dia
kenakan hari ini? Tidak menyanjung." "Paling tidak Anda tidak terlihat seperti
dia!".8

2.1.3 Jenis - Jenis Body Shaming


a. Acute Body Shame

Berhubungan dengan aspek perilaku tubuh, seperti pergerakan atau


tingkah laku seseorang, atau sering disebut embarrassment. Contohnya yaitu
penampilan atau pertunjukkan, pelanggaran perilaku, atau kehilangan kontrol
diri.5
Istilah ini biasa dikenal dengan embarrassment, tipe body shame yang
biasanya terjadi pada persiapan yang tak diduga atau tidak direncanakan. Jenis
body shame ini terjadi pada kasus seperti kejadian yang terjadi dalam interaksi
sosial seperti sebuah presentasi diri yang mengalami kegagapan, gagal atau tidak
sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan, muncul sebagai hasil dari
pelanggaran perilaku, penampilan atau pertunjukan, atau kehilangan kontrol
sementara dan tidak terduga atas suatu tubuh atau fungsi tubuh. Body shame acute
ini merupakan rasa malu yang wajar terjadi dalam interaksi sosial bahkan rasa
malu ini dibutuhkan dalam interaksi sosial.9
b. Chronic Body Shame
Jenis kedua dari body shame muncul disebabkan oleh bentuk
permanen dan terus menerus dari sebuah penampilan atau tubuh, seperti berat
badan, tinggi dan warna kulit. Selain itu, body shame ini juga dapat muncul
karena stigma atau cacat seperti bekas luka atau kelumpuhan. Selain
penampilan, chronic body shame berhubungan dengan fungsi tubuh dan
kecemasan yang biasa dialami seperti tentang jerawat, penyakit, hal buang air
besar, penuaan dan sebagainya. Tambahan, body shame ini dapat muncul pada
saat gagap ataupun canggung yang kronis. Apapun yang menginduksinya,
body shame jenis ini akan muncul secara menahun dan berulang-ulang pada
suatu kesadaran dan membawa rasa sakit yang berulang dan mungkin
konstan. Body shame kronis menekan dan menyakiti. Body shame ini dapat
menuntun pengurangan pengalaman tubuh yang konstan mempengaruhi
harga diri dan nilai diri (self-esteem dan self-worth).9

2.1.4 Bentuk – Bentuk Body Shaming

Bentuk-bentuk body shaming sendiri antara lain yaitu :10


1. Fat Shaming
Ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming . Fat shaming
adalah komentar negatif terhadap orang-orang yang memiliki badan
gemuk atau plus size.
2. Skinny / Thin Shaming
Ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki dampak negatif yang
sama. Bentuk body shaming ini lebih diarahkan kepada perempuan, seperti
dengan mempermalukan seseorang yang memiliki badan yang kurus atau
terlalu kurus.
3. Rambut Tubuh / Tubuh berbulu
Yaitu bentuk body shaming dengan menghina seseorang yang dianggap
memiliki rambut-rambut berlebih di tubuh, seperti di lengan ataupun di
kaki. Terlebih pada perempuan akan dianggap tidak menarik jika memiliki
tubuh berbulu.
4. Warna Kulit
Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit juga banyak
terjadi. Seperti warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu gelap.

2.1.4 Definisi Kesehatan Mental

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau
potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta
menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami
gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada
akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun
juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. 2

2.1.5 Jenis - Jenis Masalah Kesehatan Mental

Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga
jenis kondisi yang paling umum terjadi.2
1. Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat,
baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan tampak
gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu
konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:
 Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.
 Enggan makan atau makan secara berlebihan.
 Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
 Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
 Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.
Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:
 Gangguan tidur
 Lelah
 Sakit kepala
 Sakit perut
 Nyeri dada
 Nyeri atau tegang pada otot
 Penurunan gairah seksual
 Obesitas
 Hipertensi
 Diabetes
 Gangguan jantung
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres, sebagian di
antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau tuntutan di dalam
pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah mengidentifikasi akar
permasalahan dan mencari solusinya.
Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-
nasihat yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:
 Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak
dapat diubah.
 Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi
di dalam hidup ada hikmahnya.
 Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang
sedang dialami.
 Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
 Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan
ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
 Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna
meningkatkan rasa percaya diri.
 Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
 Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang
lain. Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi
masalah, terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki masalah
lebih berat dari yang dialaminya.
 Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau menggunakan
narkoba.
 Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen
waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.

2. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami
rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak
buruk terhadap kehidupan sehari-harinya.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian
tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara
kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul
pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit
merasa rileks dari waktu ke waktu.
Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa
muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya
diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.
Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai masalah gangguan
kecemasan antara lain:
 Sulit tidur
 Badan gemetar
 Mengeluarkan keringat secara berlebihan
 Otot menjadi tegang
 Jantung berdebar
 Sesak napas
 Lelah
 Sakit perut atau kepala
 Pusing
 Mulut terasa kering
 Kesemutan
Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, beberapa
faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya adalah
trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar ataupun
keluarga.
Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter melalui
beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup tidur,
mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang lainnya, tidak
merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode relaksasi sederhana,
seperti yoga atau meditasi.

3. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan
masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku
penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari
secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan
mencoba bunuh diri.
Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:
 Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.
 Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
 Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
 Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
 Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
 Tidak acuh terhadap orang lain.
 Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat
terjadi:
 Gangguan tidur dan badan terasa lemah.
 Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
 Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
 Libido turun dan muncul sembelit.
 Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
 Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.

2.1.6 Hubungan Perilaku Body Shaming Terhadap Kesehatan Mental

Body shaming yang dilakukan secara intens mampu mempengaruhi body


image. Body image (citra diri) dapat berpengaruh pada kondisi mental dan
seseorang, berdampak munculnya afek-afek antara lain merasa cemas, malu, tidak
percaya diri, marah, harga diri rendah, benci terhadap penampilan diri, diet ketat,
gangguan makan dan gangguan mental lainnya. Beberapa bentuk gangguan
mental yang disebabkan karena body shaming adalah gangguan makan, gangguan
obsesif kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh.
Gangguan dismorfik tubuh merupakan keterpakuan terhadap kekurang
sempurnaan penampilan diri yang minimal tetapi memiliki respon yang
berlebihan. Selain itu dampak body shaming adalah mengalami depresi mereka
merasa tertekan dan stress terhadap lingkungan sekitar yang dirasa tidak
menerima keberadaannya karena bentuk dam ukuran tubuhnya yang berlebih atau
tidak sesuai standar ideal masyarakat
Body shaming memprediksi penyakit fisik menyatakan bahwa semakin
tinggi body shaming yang dialami seseorang maka semakin tinggi resiko penyakit
fisik yang diderita seperti adanya gangguan makan: anorexia dan bulimia
nervousa serta binge eating.
Namun body shaming jika ditinggalkan dan menggantinya dengan sikap
menyayangi diri maka akan memprediksi asosiasi positif terhadap berat badan dan
pembentukan perilaku anti-gemuk. Sikap menyayangi diri sendiri memberikan
sumbangsih secara signifikan terhadap menurunnya sikap anti gemuk.9

2.2 Kerangka Teori

Perilaku Body shaming

Bentuk-bentuk perilaku Jenis-jenis perilku body


body shaming shaming

Dampak body shaming

Kesehatan mental
2.3 Kerangka Konsep

Kesehatan Mental
Perilaku Body Shaming
(variebel dependen)
(variebel independen)
BAB III

METODOLOI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian


3.1.1 Variabel Independen
Pada penelitian ini variabel independen adalah perilaku body shaming.
3.1.2 Variabel Dependen
Pada peneelitian ini variabel dependen adalah kesehatan mental.

3.2 Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
1. Perilaku Body Wawancara kuesioner 1= ada nominal
Sebuah tindakan
2= tidak ada
Shaming
mengomentari
fisik dan
penampilan
seseorang.
2 Jenis kelamin Jenis gender Wawancara kuesioner 1= perempuan nominal
2= laki-laki
responden

3 Kesehatan Suatu kondisi wawancara Kuesioner 1= terganggu , ordinal


fisik, intelektual self jika jawaban
mental
dan emeosional questionnare “YA”
seseorang. (SQR) sebanyak ≥6
pertanyaan
dari 20
pertanyaan
yang diajukan
2= tidak
terganggu, jika
jawaban “YA”
sebanyak <6
pertanyaan
dari 20
pertanyaan
yang diajukan

Anda mungkin juga menyukai