Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DAMPAK BODY SHAMING YANG TERJADI DI SOSIAL MEDIA

UJIAN AKHIR SEMESTER


LOGIKA - HC

Dosen Pengampu : Thomson Radesman Lingga, S.S., S.Sas., M.Hum.

Disusun oleh :
Eurelia Advensia Algy - 6032001262
Marcha Priscilla Sonya Amalia - 6032001093
Dwinanda Anggraini - 6162001118
Michael Immanuel - 6161901008
Fabian Rizkiandri - 2016330235

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2


BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
LANDASAN TEORI................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Body Shaming .................................................................................................. 5
2.2 Ciri-ciri pelaku Body Shaming ........................................................................................... 5
2.3 Dampak Body Shaming ...................................................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 8
3.1 Subjek Penelitian ............................................................................................................... 8
3.2 Objek Penelitian ................................................................................................................ 8
3.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................. 8
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................ 8
BAB IV ...................................................................................................................................... 9
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 9
BAB V .......................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................13
5.1. Kesimpulan......................................................................................................................13
5.2. Saran ...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................14
LAMPIRAN ..............................................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Body shaming merupakan salah satu bentuk dari bullying yang perlu diperhatikan
dikarenakan hal ini merupakan sebuah kritik terhadap penampilan seseorang dan bentuk destruktif
dari sosial media berkenaan dengan standar kecantikan. Body shaming tidak mengenal usia, bentuk
tubuh maupun warna kulit dan dapat terjadi pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun (Lestari,
2018).1 Pada media pun tubuh sebagai wujud fisik tidak lagi dipandang hanya untuk eksistensi
individual, tetapi wujud fisik pun telah menjadi sorotan di media.
Standar kecantikan pun menjadi sebuah konsep oleh orang-orang. Standar kecantikan
orang-orang seperti tubuh yang ideal, putih, bersih, tinggi, dan lain sebagainya. Standar ini pun
menjadi sebuah hal yang harus ada pada seseorang jika orang tersebut tidak memiliki standar
tersebut menimbulkan body shaming menyebabkan sifat konsumtif masyarakat yang membuat
tubuh orang tersebut memerlukan banyak sekali produk untuk mencapai standar kecantikan yang
sesuai pandangan orang lain. Hal tersebut merupakan faktor terjadinya body shaming yang bisa
berdampak pada mental seseorang ketika tubuhnya menjadi hujatan para netizen yang ada di sosial
media.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masih ada Mahasiswa
UNPAR 2020 yang menjadi sasaran body shaming di sosial media dan apa yang mereka rasakan
ketika tindakan tersebut terjadi serta bagaimana cara mereka mengatasi hal tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Dampak dari body shaming yang terjadi pada sosial media di kalangan mahasiswa dan
bagaimana tanggapan mahasiswa mengenai body shaming yang terjadi di sosial media.

1
Lestari. S. (2018). Dampak body shaming pada remaja putri. Dipublikasikan dalam prosiding seminar nasional dan
temu ilmiah psikologi positif 2018. ISBN: 978-602- 96634-7-1

3
1.3 Tujuan Penulisan
● Mahasiswa UNPAR dapat mengetahui bahwa masih banyak perilaku body
shaming yang terjadi di sosial media
● Mahasiswa UNPAR jadi mengetahui mengatasi dampak dari body shaming yang
terjadi

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Body Shaming


Body shaming merupakan sebuah tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan
pendapat kepada seseorang maupun diri sendiri mengenai tubuh yang dimilikinya. Kritikan yang
diberikan bukanlah kritikan yang bersifat membangun, melainkan dengan maksud untuk
menjatuhkan orang lain atau mempermalukannya melalui fisik yang dimiliki. Body shaming juga
merupakan tindakan mengomentari diri sendiri sebagai bentuk rendah diri atau kurangnya rasa
syukur yang dimiliki2. Body shaming bisa terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung,
misalnya di media sosial. Perilaku ini juga bisa terjadi di kalangan mana pun, pria maupun wanita,
anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan, body shaming juga bisa terjadi dalam hubungan
percintaan, keluarga, atau lingkar pertemanan.

2.2 Ciri-ciri pelaku Body Shaming


Perilaku body shaming atau mempermalukan orang lain dengan menyinggung soal bentuk
tubuh seringkali terjadi tanpa disadari. Meskipun tujuannya adalah bercanda atau agar si korban
body shaming memulai kebiasaannya untuk merawat diri dan melakukan pola hidup sehat,
nyatanya hal ini malah menimbulkan dampak negatif.3
Sebuah studi menyatakan, body shaming malah akan membuat korbannya menjadi benci
terhadap dirinya sendiri atau bahkan meneruskan pola makannya ke titik ekstrim sehingga semakin
tidak sehat. Lebih buruk lagi, ini juga bisa memicu depresi hingga memiliki kecenderungan untuk
bunuh diri juga bisa muncul sebagai dampak body shaming.
Seringkali pelaku body shaming tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan perilaku
body shaming tersebut. Berikut merupakan ciri-ciri pelaku melakukan perilaku body shaming:
1. Merasa lebih baik dari orang-orang yang memiliki obesitas atau memiliki kelebihan berat
badan.

2
Surya A.F. “Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan”, Skripsi Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2019. hlm 3
3
https://cantik.tempo.co/read/1382662/ciri-ciri-orang-yang-berpotensi-melakukan-body-shaming-tanpa-
disadari/full&view=ok

5
2. Sering mencela atau mengomentari bentuk tubuh orang gemuk dan beranggapan bahwa
itu hanyalah “bercanda” untuk menetralkan perilaku negatifnya
3. Menggunakan bentuk tubuh orang lain sebagai bahan candaan di depan banyak orang.
4. Membiarkan orang lain memberikan celaan atau komentar negatif seputar bentuk tubuh
seseorang.
5. Melihat badan langsing atau ideal sebagai bukti kesuksesan, keberhasilan mengontrol
diri, dan ukuran kebahagiaan.
6. Menghakimi keputusan orang lain soal pilihan yang diambil untuk tubuhnya.
7. Menilai orang lain berdasarkan ukuran tubuhnya.
8. Memandang rendah orang lain yang bentuk atau ukuran tubuhnya tidak sesuai dengan
standar diri sendiri.

2.3 Dampak Body Shaming


Menurut Lestari (2018) dalam penelitiannya bahwa diet ketat, munculnya perilaku obsesif
kompulsif yaitu dimana seseorang sering memeriksa penampilan diri, munculnya emosi (marah,
malu, benci, cemas, takut, dan sebagainya) yang memicu gangguan mental, serta menarik diri dari
lingkungan itu merupakan salah satu contoh dari dampak body shaming.
Selain hal tersebut, tindakan body shaming yang terjadi secara terus menerus terhadap
orang lain dapat mendatangkan dampak depresi kepada korbannya karena perasaan stress dan
tertekan terhadap lingkungan sekitar yang dianggap tidak dapat menerima keberadaannya karena
kondisi fisik yang dimiliki tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang terbentuk di tengah
masyarakat4.
Body shaming bukanlah merupakan sebuah perilaku yang bisa kita anggap sepele ataupun
suatu perilaku yang dapat dimaklumi. Berikut merupakan dampak buruk body shaming terhadap
korbannya:
1. Menurunkan rasa percaya diri terhadap korban karena merasa terus dibully.
2. Korban yang mengalami perlakuan pembullyan Body shaming akan mengalami depresi,
stress, dan cemas.

4
Sumi Lestari. “Bullying or Body Shaming? Young Women in Patient Body Dysmorphic Disorder” Philanthropy
Journal of Psychology, Vol 3 Nomor 1, 2019. Department of Psychology, Universitas Brawijaya Malang.

6
3. Menimbulkan gangguan makan, masalah tidur, memburuknya suasana hati, dan juga
tingkat energi.
4. Meningkatkan resiko obesitas.
5. Meningkatkan resiko bunuh diri.
6. Membuat seseorang membenci dirinya sendiri karena terus-menerus menerima hinaan
secara fisik.
7. Korban Body Shaming akan mengalami kecemasan sosial dimana korban akan cenderung
mengisolasi diri dan menghindari interaksi sosial.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian yang kami gunakan adalah Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
angkatan 2020.

3.2 Objek Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah dampak body shaming yang terjadi di sosial media.

3.3. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Mahasiswa/i Universitas Katolik Parahyangan
angkatan 2020 yang berasal dari berbagai jurusan yang ada di Universitas Katolik Parahyangan.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode yang kami gunakan untuk pengumpulan data adalah metode kuantitatif dengan
membagikan kuesioner (angket) dalam bentuk Google Form. Peneliti membagikan kuesioner
kepada subjek penelitian yaitu mahasiswa/i UNPAR angkatan 2020 melalui media sosial (Line
dan Whatsapp). Isi dari kuesioner tersebut adalah beberapa pertanyaan terbuka maupun tertutup
yang berkaitan dengan dampak body shaming yang terjadi di sosial media.

8
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian dampak body shaming, kami mengangkat salah satu kasus seorang
selebgram yaitu Rahmawati Kekeyi Putri Cantika. Kekeyi adalah seorang selebgram yang terkenal
dengan sebuah konten pertamanya membuat video tutorial make up memakai balonnya dan banyak
tingkah laku lainnya yang aneh membuat netizen geger untuk menjadikannya bahan cerita. Kekeyi
menyebut dirinya sebagai Beauty vlogger tetapi netizen menertawakannya karena itu sama sekali
tidak sesuai dengan Kekeyi. Mulai dari sinilah terjadi dampak body shaming, dimana Kekeyi sudah
sering mengupload kegiatan-kegiatan randomnya yang lucu dan aneh hingga Kekeyi dijadikan
sebagai bahan meme.
Dengan postur tubuh Kekeyi yang memiliki badan gendut, gigi yang tidak rapi dan pendek
menyebabkan terjadinya body shaming terhadap dirinya. Kekeyi selalu dijadikan bahan candaan
mulai dari postur fisik dan tingkahnya dijadikan bercanda hingga Kekeyi merasa jenuh dan pada
akhirnya Ia memberanikan untuk operasi plastik, merapikan gigi dan melakukan suntikan demi
bentuk fisik yang baik agar tidak dibully lagi. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama justru pada
saat Kekeyi melakukan operasi plastik ini netizen semakin geger memperbandingkan Kekeyi yang
tidak ada habisnya.

Dari hasil google form yang sudah kami bagikan, terdapat 22 responden yang sudah
memberikan jawaban dengan beragam. Dapat dilihat bahwa terdapat 22 responden dan diantaranya
sebanyak 62,8% adalah perempuan, dan sebanyak 31,8% adalah laki-laki.

Gambar 4.1 Persentase Laki-laki dan Perempuan

9
Pada pertanyaan pertama, kami ingin mengetahui apakah responden pernah mengalami
atau merasakan body shaming atau ucapan tidak enak dari orang lain mengenai fisik responden.
Berikut adalah hasil dari pertanyaan yang diajukan dalam bentuk diagram lingkaran yang
menunjukkan sebanyak 86,4% menjawab Ya, mahasiswa atau responden pernah mengalami body
shaming dan sebanyak 13,6% menjawab Tidak.

Gambar 4.2 Persentase Responden Mengalami Body Shaming

Kemudian pertanyaan yang mengikuti adalah jika responden pernah mengalami, seberapa
sering responden atau mahasiswa mendapatkan ucapan body shaming? Dapat dilihat dari diagram
lingkaran ini, dari 22 responden yang menjawab sebanyak 18,2% sering mengalami body shaming,
68,2% kadang-kadang, dan 13,6% tidak pernah mendapatkan body shaming. Dapat dilihat dari
diagram ini, bahwa masih banyak mahasiswa yang mendapatkan ucapan body shaming di media
sosial.

Gambar 4.3 Persentase Seberapa sering Mahasiswa Mendapatkan Body Shaming

10
Untuk pertanyaan lanjut, kami menanyakan apakah responden pernah melihat perilaku
body shaming yang terjadi di sosial media. Dapat dilihat bahwa sebanyak 100% dari 22 responden
menjawab pernah melihat perilaku body shaming yang terjadi di sosial media.

Gambar 4.4 Persentase Responden Melihat Body Shaming di Sosial Media

Kemudian dari 22 responden tersebut, responden melihat perilaku body shaming yang
terjadi di sosial media seperti Instagram dan Tiktok yaitu sebuah aplikasi sosial media yang banyak
digunakan oleh masyarakat. Dapat dilihat aplikasi Instagram memiliki perilaku body shaming
terbanyak menurut mahasiswa atau responden dengan sebanyak 86.4%.

Gambar 4.5 Persentase Sosial Media perilaku Body Shaming

Pada pertanyaan berikutnya, kami menanyakan bagaimana yang responden rasakan ketika
mendapatkan ucapan body shaming, dan apakah berpengaruh kepada mental responden. Dari
jawaban responden yang kami terima, sebagian responden menjawab merasa sedih, terkejut, dan

11
menjadi tidak percaya diri, ucapan yang diberikan menjadi terpikirkan oleh responden, serta
beberapa mengalami dampak kepada mental responden. Adapun yang menjawab tidak berdampak
tetapi ucapan tersebut masih terpikirkan dan menjadi kesal serta merasa insecure (tidak percaya
diri) ketika mendapat ucapan seperti itu. Dapat disimpulkan bahwa ketika responden atau
mahasiswa mendapatkan ucapan mengenai body shaming atau fisik sebagian besar akan merasa
tidak percaya diri dan berdampak terhadap mental responden atau mahasiswa tersebut. Dampak
ini pun bisa saja membahayakan responden seperti yang sudah disebutkan pada landasan teori,
dampak body shaming ini akan meningkatkan rasa benci pada diri sendiri sehingga terbesit di
pikirannya untuk bunuh diri, serta dampak inipun mengakibatkan seseorang menjadi anti-sosial
atau mengurung diri dari interaksi sosial.
Kemudian pertanyaan berikutnya, kami menanyakan apa yang menyebabkan perilaku body
shaming masih terjadi di sosial media. Jawaban responden pun beragam, penyebab perilaku body
shaming masih terjadi adalah karena rasa iri, kurangnya toleransi terhadap perbedaan, orang-orang
tersebut merasa lebih baik dari orang lain, adanya standar kecantikan, sosial media yang
menyebabkan mudahnya komunikasi tanpa tahu siapa pelakunya, serta kurangnya edukasi sejak
dini mengenai rasa toleransi terhadap orang lain. Dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya
body shaming yang masih terjadi di sosial media adalah rasa iri dan kurangnya toleransi yang
masih kurang di edukasikan semasa sekolah atau kurangnya didikan dari orang tua.
Pada pertanyaan yang terakhir, kami ingin tahu tanggapan responden atau mahasiswa
mengenai orang yang melakukan body shaming kepada responden atau orang lain. Berdasarkan
survei, responden beranggapan bahwa lebih baik memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu daripada
harus berkomentar tentang orang lain, lebih baik diam daripada harus menyakiti perasaan orang
lain, mencoba untuk berpikir lebih terbuka tidak semua memiliki fisik yang sama seperti orang
lain atau yang orang lain inginkan, serta orang-orang yang mengatakan body shaming harus
dijauhkan. Dapat dilihat dari tanggapan responden bahwa perilaku body shaming ini bisa
berdampak pada mental seseorang dan menyakiti perasaan orang tersebut. Jika hal ini terjadi pada
keluarga kita atau orang disekitar kita tersakiti maka kita pun pasti merasa tersakiti pula. Masih
perlu adanya kesadaran dalam hal berkomentar di sosial media serta etika.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami buat mengenai dampak body shaming yang terjadi di sosial
media ternyata masih banyak mahasiswa yang terkena body shaming. Sebanyak 86,4% mahasiswa
UNPAR angkatan 2020 masih mengalami body shaming. Sosial media pun menjadi salah satu
penyebab terjadinya body shaming, responden atau mahasiswa pernah melihat perilaku body
shaming di sosial media seperti aplikasi Instagram dan Tiktok.
Body shaming ini pun sangat berdampak terhadap mental mahasiswa contohnya seperti
tidak percaya diri, sedih, kesal, menjadi malu dan ada rasa ingin membalas dendam kepada pelaku.
Tetapi dampak dari body shaming ini bisa membawa hal positif yaitu bisa membawa kita untuk
menjadi yang lebih baik lagi walaupun awalnya menerima kata-kata yang menyakitkan. Walaupun
membawa hal positif tetapi hanya sedikit orang saja yang bisa menangkap seperti itu, banyak orang
yang menerima body shaming dan terpikir bahwa korban merasa tidak pantas sehingga bisa
menimbulkan rasa ingin bunuh diri.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini dan menganalisa hasil yang didapat, dapat disimpulkan
bahwa banyak mahasiswa yang masih terkena body shaming. Hal ini perlu dikurangi karena sudah
tidak ada gunanya kita menilai penampilan orang lain, serta ucapan itu menyebabkan hal-hal yang
negatif bagi korban. Jika tidak ingin dinilai oleh orang lain, lebih baik menilai diri sendiri terlebih
dahulu. Lebih baik diam daripada kata-kata kita dapat membunuh orang lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://cantik.tempo.co/read/1382662/ciri-ciri-orang-yang-berpotensi-melakukan-body-shaming-tanpa-
disadari/full&view=ok

Lestari. S. (2018). Dampak body shaming pada remaja putri. Dipublikasikan dalam prosiding seminar nasional dan
temu ilmiah psikologi positif 2018. ISBN: 978-602- 96634-7-1

Sumi Lestari. “Bullying or Body Shaming? Young Women in Patient Body Dysmorphic Disorder” Philanthropy
Journal of Psychology, Vol 3 Nomor 1, 2019. Department of Psychology, Universitas Brawijaya Malang.

Surya A.F. “Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan”, Skripsi Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2019. hlm 3

14
LAMPIRAN

Berikut ini adalah link google form yang kami sebarkan kepada mahasiswa UNPAR
angkatan 2020.
https://forms.gle/XSa2xSRD7yGiHRydA

Berikut beberapa hasil jawaban responden di google form

15

Anda mungkin juga menyukai