Anda di halaman 1dari 14

BLOK HUMANIORA MAKALAH MINI

SELASA, 01 OKTOBER 2019

“BODY SHAMING”

Disusun Oleh:
Renta Patabang
2019-83-097

Dosen Pengampu:
Alessandra F. Saija, S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih dan
rahmat-Nya bagi saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah yang berjudul Body Shaming. Penyusunan makalah ini merupakan salah
satu pemenuhan tugas blok humaniora dan subblok psikososial budaya yang
diberikan kepada saya dengan tujuan untuk memenuhi nilai akhir.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan
harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya. Terima
kasih.

Ambon, 01 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
II.1 Definisi Body Shaming ................................................................................................ 6
II.2 Jenis-Jenis Body Shaming ............................................................................................ 7
1. Acute Body Shaming .............................................................................................. 7
2. Chronic Body Shaming ........................................................................................... 8
II.3 Dampak Body Shaming ............................................................................................... 8
1. Gangguan Makan .................................................................................................... 8
2. Depresi .................................................................................................................... 9
3. Sexual Dysfunction ............................................................................................... 10
II.4 Contoh Kasus ............................................................................................................. 10
II.5 Analisis Kasus ............................................................................................................ 10
BAB III ............................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................Error! Bookmark not defined.
III.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 12
III.2 Saran ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13
LAMPIRAN...................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manusia akan semakin merasa tidak puas terhadap tubuhnya apabila ia
menginternalisasi penilaian yang disampaikan lingkungan tentang tubuhnya.
Ketidakpuasan tersebut akan semakin besar apabila manusia tersebut menerima
atau mempercayai penilaian yang disampaikan iklan atau media yang dapat
diakses tentang tubuh ideal. Karena semakin berkembangnya zaman menjadikan
segala informasi yang ingin diketahui oleh manusia semakin mudah untuk
didapat. Banyak media yang menyediakan informasi tersebut, entah melalui
jejaring sosial maupun media elektronik lainnya. Informasi yang didapatkan
sangat banyak, bisa saja informasi tersebut membawa nilai positif maupun negatif,
termasuk penilaian mengenai tubuh ideal baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Tubuh ideal sering pandang melalui penampilan fisik, sehingga permasalahan ini
lebih sering dikaitkan kepada perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan lebih
terbiasa memerhatikan bentuk tubuhnya ketimbang laki-laki. Oleh sebab itu
berbagai cara dilakukan oleh seorang perempuan untuk mendapatkan sebutan
tubuh ideal.[1]
Seperti yang dikatakan diatas, body shaming merupakan penilaian
terhadap penampilan fisik, misalnya terlalu gemuk atau terlalu kurus. Hal-hal ini
sering mengganggu psikologi seseorang. Terutama pada masa remaja, karena kita
perlu tahu bahwa masa remaja (kira-kira usia 13-18 tahun) merupakan masa
dimana seseorang masih mencari jati dirinya. Pada masa ini remaja banyak
mengalami perubahan baik fisik maupun emosional. Hal ini menyebabkan remaja
kurang mampu mengendalikan rasa kepercayan dirinya. Oleh karena remaja lebih
cenderung tidak suka jika dibandingkan dengan orang lain.[1]

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu body shaming ?
2. Apa saja jenis-jenis body shaming ?
3. Bagaimana dampak dari body shaming ?

I.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian body shaming
2. Untuk mengetahui jenis-jenis body shaming
3. Untuk mengetahui dampak body shaming bagi remaja
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi Body Shaming


Body shaming merupakan tindakan mengkritik atau mengomentari bentuk
fisik orang lain bahkan diri sendiri yang menimbulkan perasaan malu akan salah
satu bagian tubuh, yang muncul dikarenakan penilaian yang diberikan dengan
penilaian diri sendiri tidak sesuai atau tidak ideal menurut yang diharapkan oleh
individu tersebut. Body shaming ini terjadi ketika seseorang mengevaluasi dirinya
relatif terhadap internalisasi dan budaya ideal. Dalam hal ini individu akan merasa
bahwa hal-hal yang dia lakukan, misalnya perilaku, kepribadian, aktivitas pikiran,
perasaan atau emosi serta situasi yang dia alami itu dapat membuat dirinya
malu.[1]
Body shaming merupakan bagian khusus yang kuat dan potensi rasa malu.
Pengamatan yang dilakukan oleh orang lain tidak hanya pada tubuh melainkan
tubuh juga menjadi tempat untuk kepribadian yang membuat pengalaman
subyektif manusia yang bermakna dapat terjadi. Saat seseorang mengalami body
shaming, maka akan ada jarak antara dirinya dengan tubuh karena dia merasa
bahwa tubuh adalah miliknua dan seharusnya apa yang dia harapkan pada
tubuhnya sebaiknya atau seharusnya ada di tubuhnya. Padahal tidak semua yang
diharapkan atau diinginkan harus dimiliki. Misalnya, individu akan merasa tidak
nyaman dengan kulitnya sendiri karena saat itu iklan di media televisi
menampilkan standar yang tidak dimiliki oleh kulitnya.[2]
Body shaming memiliki peran penting dalam hubungan sosial, karena
body shaming ini dipahami sebagai rasa yang muncul akibat aspek atau beberapa
fitur tubuh seperti penilaian penampilan individu dan juga rasa nalu terhadap
aspek fisik penilaian tubuh yang kurang jelas seperti perilaku. Hal ini
menimbulkan rasa bersalah dalam diri individu karena memiliki aspek fisik yang
tidak sesuai dengan standar budaya tubuh ideal. Karena standar budaya tubuh
ideal pada manusia khususnya perempuan yang tidak bisa tercapai sepenuhnya,
membuat individu menginternalisasi dan menghubungkan pencapaian standar itu
sebagai identitas mereka dan akan merasa malu jika tidak sanggup mencapainya.
Body shaming merupakan salah satu dampak dari self-objectification selain
kecemasan yang mana perasaan malu yang ditimbulkan oleh ketidakpuasan
individu akan bentuk fisik tubuhnya. Namun body shaming dan ketidakpuasan
tubuh memiliki makna yang berbeda. Karena body shaming melibatkan kedua
evaluasi negatif dari satu tubuh dan komponen emosional, yang merupakan
sebuah keinginan untuk menyembunyikan diri dari satu tubuh yang tidak selalu
diikuti oleh ketidakpuasan tubuh. Walaupun ketidakpuasan tubuh cenderung lebih
fokus pada ukuran tubuh, bentuk, dan berat tubuh, body shaming berkaitan
dengan aspek lain dalam tubuh seperti bau, ketelanjangan, dan rambut tubuh.
Walaupun yang sering kita dengar maupun baca bahwa body shaming seringkali
dikaitkan dengan fat shaming (bentuk tubuh yang besar) atau skinny shaming
(bentuk tubuh terlalu kurus), tetapi body shaming juga mencakup segala aspek
fisik seseorang yang terlihat oleh orang lain, misalnya warna kulit, tinggi badan
yang dilakukan oleh dan terhadap perempuan maupun laki-laki.[2]

II.2 Jenis-Jenis Body Shaming


Dalam bukunya, Dolezal mengemukakan 2 jenis body shaming, yaitu:
1. Acute Body Shaming
Acute body shaming merupakan kritikan yang menyebabkan rasa
malu seorang individu yang berhubungan dengan aspek perilaku dari
tubuh, melalui pergerakan maupun tingkah laku. Tipe ini biasanya terjadi
pada persiapan yang tidak diduga atau direncanakan. Hal ini sering terjadi
dalam interaksi sosial seperti dalam sebuah presentasi diri yang
mengalami kegugupan, atau gagal dalam mempresentsikan diri sesuai
dengan yang diharapkan. Serta muncul sebagai hasil dari pelanggaran
perilaku, penampilan atau pertunjukan, atau kehilangan kontrol sementara
dan tidak terduga atas suatu tubuh atau fungsi tubuh. Body shaming jenis
ini merupakan rasa malu yang wajar terjadi dalam interaksi sosial bahkan
dibutuhkan dalam interaksi sosial.[3]

2. Chronic Body Shaming


Chronic body shaming merupakan kritikan mengenai bentuk
permanen dan terus-menerus dari sebuah penampilan atau tubuh, seperti
berat badan, tinggi, dan warna kulit. Jenis body shaming ini dapat juga
ditimbulkan karena stigma atau cacat seperti bekas luka atau kelumpuhan.
Selain penilaian terhadap penampilan, chronic body shaming juga
berhubungan dengan fungsi tubuh dan kecemasan yang dialami oleh
seseorang seperti tentang jerawat, penyakit hal buanh air besar, penuaan
dan sebagainya. Body shaming ini dapat muncul saat gagap ataupun
canggung yang kronis. Apapun yang menginduksinya, body shaming jenis
ini akan muncul dan berulang-ilang pada suatu kesadaran dan membawa
rasa sakit yang berulang dan mungkin konstan, karena body shaming jenis
ini menekan dan menyakiti serta dapat menuntun pengurangan
pengalaman tubuh yang konstan dan juga mempengaruhi harga diri dan
nilai diri (self-esteem dan self-worth).[3]

II.3 Dampak Body Shaming


Body shaming dapat menyebabkan dampak tertentu bagi individu, berikut
beberapa dampak dari body shaming:
1. Gangguan Makan
Asumsi mengenai berat badan bahwa ada kepercayaan individu
dapat mengontrol berat badan serta dapat memilih berat ideal yang mereka
inginkan. Berdasarkan hal tersebut individu melakukan diet (mengatur
pola makan agar mencapai bentuk tubuh yang diharapkan untuk kesehatan
atau sesuai dengan petunjuk ahli) yang dipercaya menjanjikan bantuan
mengurangi body shaming yang muncul akibat ketidakpuasan dengan
bentuk tubuh bagi manusia, khususnya hal ini sering terjadi pada kaum
perempuan. Selain melakukan diet agar mencapai berat badan yang
diinginkan diperlulan latihan misalnya olahraga. Penurunam berat badan
dan bentuk tubuh ini meningkatkan frekuensi kesadaran akan kegagalan
mencapai tubuh ideal. Gagal dalam mencapai target menurunkan berat
badan juga nantinya akan meningkatkan body shaming terhadap individu
tersebut. Jika hal ini terjadi maka individu tersebut hanya terjebak dalam
lingkaran usaha menurunkan berat badan yang tak kunjung memberikan
hasil tubuh yang ideal. Kegagalan ini akan menuntun individu untuk
mengalami body shaming dan terus-menerus mencari cara atau usaha agar
dapat menurunkan berat badan sesuai dengan standar tubuh ideal. Dalam
kasus body shaming ini perempuan khususnya remaja mengalami
kemungkinan sepuluh kali lebih besar dalam gangguan makan, dalam
artian melakukan diet untuk mencapai tubuh ideal. Walaupun sebenarnya,
tubuhnya termasuk kategori kurus, dia akan tetap melihat tubuhnya terlalu
gemuk (bentuk tubuh yang terdistorsi). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
adanya ketidakpuasan tubuh yang dialami oleh individu seperti rendahnya
harga diri dan dukungan sosial, serta adanya cibiran mengenai berat badan.
Pada usia remaja, gangguan makan juga dapat terjadi apabila hubungan
remaja dan orangtua kurang harmonis sehingga menimbulkan hubungan
negatif antara orang tua dan anak, sehingga menyebabkan remaja tersebut
memiliki pola makan yang kurang baik bahkan melakukan diet.[1]

2. Depresi
Body shaming dapat menimbulkan adanya perspektif pengamat
terhadap diri, kondisi ini memungkinkan kondisi kehilangan diri (loss of
self). Ketika kondisi loss of self terus berlanjut dapat menyebabkan
depresi karena akan semakin mengambil perspektif pengamat terhadap
diri. Diprediksikan bahwa menginternalisasi perspektif pengamat pada diri
dapat menciptakan kebiasaan memeriksa tubuh (habitual body monitoring)
yang dapat menimbulkan kecemasan dalam diri individu dan rasa malu
yang berulang, dan menahan kesenangan yang berhubungan dengan
puncak motivasi tertinggi.[1]

3. Sexual Dysfunction
Body shaming juga dapat menyebabkan sexual dysfunction,
disebabkan oleh kecemasan dan rasa malu yang berlebihan karena bentuk
fisiknya dianggap tidak ideal. Pada usia remaja, mungkin dampak ini lebih
mengarah kepada rasa pemalu terhadap lawan jenis atau tidak percaya diri
untuk mendekati seseorang yang dia sukai.[3]

II.4 Contoh Kasus


Contoh kasus yang dapat diambil dari body shaming (terlampir dalam
referensi jurnal) adalah adanya tindakan body shaming melalui media sosial, lebih
tepatnya instagram. Saya mengambil contoh, Bella (22 tahun) yang sering
disamakan dengan karakter “Mrs. Puff” yang memiliki tubuh gemuk dalam
kartun spongebob squarpants. Bella tidak hanya mendapat olokan itu, dia juga
mendapatkan komentar-komentar yang mengatakan dirinya “gendut” atau
“semakin gendut”.[1]

II.5 Analisis Kasus


Kasus yang dialami Bella merupakan tindakan tidak terpuji yang
dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Media sosial memang
merupakan media yang digunakan oleh setiap manusia untuk berekspresi
mengenai banyak hal, termasuk mengemukakan pendapat maupun penilaian
terhadap sesuatu. Namun bukan berarti kesempatan tersebut digunakan untuk
menjatuhkan harga diri orang lain dengan melakukan body shaming. Kita tahu
bahwa setiap pribadi manusia telah diciptakan sesuai dengan kehendak Yang
Maha Kuasa, kita sepatutnya menghargai itu. Karena jika kita melakukan body
shaming, itu tandanya kita juga telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia
terhadap orang lain. Dari sudut pandang Bella, hal ini dapat memberikan dampak
yang buruk bagi psikologisnya. Dia akan merasa malu akan dirinya, cemas untuk
menampilkan diri (tidak percaya diri) atau bahkan kecewa akan bentuk fisiknya
dan akan terus mencari cara atau usaha untuk memperbaiki bentuk fisiknya
sehingga tidak mendapatkan olokan ataupun ejekan dari pengguna media sosial
lainnya.[1]
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Body shaming merupakan tindakan mengkritik atau menilai penampilan
bentuk fisik orang lain maupun diri sendiri yang dapat menimbulkan rasa malu
dan tidak percaya diri. Body shaming terbagi menjadi dua yaitu: acute body
shaming yang merupakan kritikan terhadap aspek perilaku yang dilakukan oleh
individu dalam lingkungan sosial, dan chronic body shaming yang merupakan
kritikan terhadap bentuk fisik tubuh seseorang. Body shaming dapat memberikan
beberapa dampak yaitu: gangguan makan (melakukan diet), depresi, dan sexual
dysfunction.

III.2 Saran
Berdasarkan materi diatas, kita diharapkan agar dapat menghargai
kehadiran orang lain dan belajar untuk menggunakan teknologi yang ada dengan
bijak. Sedini mungkin kita harus mencegah perilaku-perilaku mengkritik dalam
bentuk candaan atau dalam bentuk apapun fisik orang lain, karena hal tersebut
dapat membawa dampak psikologi yang buruk bagi orang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sakinah. “Ini Bukan Lelucon”: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara
Mengatasinya. 2008;1(1):53-67
Available from:
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/emik/article/download/41/66/

Ifdil Ifdil, Amandha Unzilla Denich, Asmidir Ilyas. Hubungan Body Image
dengan Kepercayaan Diri Remaja Putri. 2017;2(3):107-113
Available from:
http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk/article/download/1267/1001

Tuti Mariana Damanik. Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body


Shame. 2018;1(1):151-11
Available from:
https://repository.usd.ac.id/30840/2/119114172_full.pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai