Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyusun makalah Psikologi “Dampak Body Shaming
Pada Masa Remaja Milenial”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas semester
1 pada tahun 2023/2024.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rr. Sri Endang Pujiastuti,
SKM, MNS. selaku dosen mata kuliah Psikologi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan hal-hal baru mulai mengenal lawan jenis sampai fase mencari jati diri.
Individu yang bisa dikatakan remaja jika ia memasuki umur belasan tahun
seperti yang dikemukakan oleh Wirawan (Mulyatiningsih, 2017: 3) Batasan
remaja di Indonesia, yaitu mulai dari usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Bagi mereka yang berusia 11-24 tahun tetapi sudah menikah, mereka tidak
disebut remaja. Sementara mereka yang berusia 24 tahun ke atas tetapi belum
menikah dan masih bergantung hidupnya kepada orang tua, masih disebut
remaja.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan
emosi, cara berpikir dan perubahan pada fisiknya. Salah satu perubahan yang
dialami remaja yang tampak sangat signifikan adalah perubahan pada
fisiknya, perubahan ini jelas sekali sangat terlihat. Pada remaja putra akan
tumbuh jakun dilehernya seiring dengan suara yang mulai pecah atau berat,
atau mulai tumbuh rambut-rambut halus di bagian bagian tertentu pada
tubuhnya, pertumbuhan tinggi yang drastis biasanya turut terjadi. Lain lagi
dengan perubahan fisik pada remaja putri, memasuki masa remaja, remaja
putri mengalami apa yang dinamakan dengan mestruasi, kondisi dimana
keadaan rahim telah siap dibuahi namun tidak segera di buah.
Di Indonesia tingkat body shaming selalu meningkat dari tahun ke
tahun, dan sebelumnya tingkat body shaming paling meningkat di Indonesia
itu pada tahun 2018, sekitar 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming
yang ditangani polisi dari seluruh Indonesia sebanyak 347 kasus di antaranya
selesai, baik melalui penegakan hukum maupun pendekatan mediasi antara
korban dan pelaku.
Menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan
atas undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang onformasi dan transaksi
elektronik pasal 45 ayat 3 yaitu: “setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan atau mensransmisikan atau membuat dapat di aksesnya
informasi elektronik atau dokumen elektronik yang memeliki muatan
penghinaan atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud yang
memiliki muatan penghinaan atau pencemaran nama baik dalam pasal 27 ayat
3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling
banyak Rp 750.000.000.00 ( tujuh ratus lima puluh juta rupiah).”
Selain itu menurut pasal 315 KHUP “tiap-tiap penghinaan dengan
sengaja yang tidak bersifat pencemaran tertulis yang dilakukan terhadap
seseorang, baik di muka umum dengan lisan atau tulisan atau bahkan di muka
orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan atau dengan surat yang
dikirimkan atau diterumakan 1 kepadanya. Diancam karena penghinaan
ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
pidana denda paling banyak Rp 40.000 (empat ribu lima ratus rupiah)."
Berdasarkan peristiwa atau kejadian di atas saya tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang body shaming. Karena orang-orang belum
banyak yang mengetahui cara mengatasi dalam body shaming, maka dari itu
saya tertarik mengangkat judul tentang “Dampak Body Shaming di Kalangan
Remaja Milenial Sekarang ini."
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Body Shaming?
2. Apa saja aspek-aspek Body Shaming?
3. Apa saja jenis-jenis dalam Body Shaming?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Body Shaming?
5. Apa saja dampak Body Shaming?
6. Apa saja cara mengatasi Body Shaming?
7. Apa saja tipe-tipe Body Shaming?
8. Contoh Body Shaming dalam dunia kampus !
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Body Shaming
2. Untuk mengetahui aspek-aspek Body Shaming
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Body Shaming
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Body Shaming
5. Untuk mengetahui dampak Body Shaming
6. Untuk mengetahui cara mengatasi Body Shaming
7. Untuk mengetahui tipe-tipe Body Shaming
8. Untuk mengetahui salah satu contoh Body Shamig
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Berikut Definisi Body Shaming dari beberapa para ahli:
1. Menurut Chairani (2018)
Body shaming adalah tindakan seseorang yang mencela atau suatu bentuk
tubuh individu lain dimana bentuk tubuh tersebut tidak ideal dan atau
tidak seperti bentuk-bentuk tubuh pada umumnya.
5
Intinya body shaming adalah tindakan merendahkan atau mengkritik
penampilan fisik seseorang. Para ahli umumnya menggambarkan body
shaming sebagai perilaku negatif yang dapat mengakibatkan dampak
psikologis dan emosional pada individu yang menjadi sasaran. Hal ini
mencakup komentar negatif tentang berat badan, bentuk tubuh, atau
penampilan fisik lainnya yang dapat merusak harga diri dan kesejahteraan
psikologis seseorang. Meskipun definisinya dapat bervariasi, kesamaan inti
dalam pengertian ini adalah bahwa body shaming merendahkan atau
mengkritik penampilan tubuh seseorang dengan cara yang merugikan.
2. Bentuk Tubuh
Orang seringkali diejek atau dikritik berdasarkan bentuk tubuh mereka.
Ini bisa mencakup perasaan malu terkait bentuk tubuh yang dianggap
tidak ideal, misalnya, bentuk wajah, tubuh, atau bagian tubuh tertentu.
3. Umur
Body shaming juga dapat terjadi berdasarkan usia seseorang, individu
mungkin merasa tidak aman karena merasa terlalu tua atau terlalu muda.
4. Warna Kulit
Body shaming juga dapat terjadi berdasarkan diskriminasi warna kulit,
sering disebut sebagai rasisme, adalah bentuk body shaming yang
mengkritik atau merendahkan individu berdasarkan warna kulit mereka.
5. Gender
Orang seringkali diejek berdasarkan gender mereka, ini mencakup
pemahaman yang sempit tentang bagaimana pria dan wanita "seharusnya"
terlihat, serta penilaian terhadap individu non-biner atau transgender.
6. Keterampilan Fisik
Beberapa orang mungkin diejek atau dikritik karena keterampilan fisik
tertentu, seperti olahraga atau tarian. Ini dapat merugikan kesejahteraan
psikologis atlet, penari, atau individu yang memiliki minat khusus.
7. Media Sosial
Body shaming sering kali diperparah oleh media sosial melalui Instagram,
twitter, dan you tube di mana ada sebuah komentar negatif, perbandingan,
dan penghinaan terhadap penampilan fisik tersebar luas. Ini dapat
menyebabkan tekanan tambahan pada individu.
6
Adapun menurut Gilbert dan Miles (2002), aspek-aspek body shaming adalah
sebagai berikut:
1. Komponen Kognitif Sosial
Mengacu pada pemikiran dari orang lain yang menilai sebagai seseorang
yang rendah maupun kurang baik sehingga mengakibatkan memandang
dirinya rendah.
3. Komponen Emosi
Terdapat dalam perasaan emosi meliputi perasaan cemas, muak, dan
murung terjadi pada diri sendiri. Hal ini disebabkan dari pemikiran negatif
atas dirinya dan ketidakmampuan mengikuti standar yang ada dari
lingkungan.
7
mungkin timbul dalam masalah kontrol tubuh, seperti dalam kasus gagap
atau kekakuan kronis. Apa pun yang menyebabkannya, jenis body
shaming ini datang secara kronis dan berulang-ulang ke dalam kesadaran
seseorang dan membawa rasa sakit yang berulang atau mungkin terus-
menerus. Rasa malu dalam hal ini akan menjadi lebih akut mungkin pada
saat seseorang menginternalisasi penilaian diri, menyebabkan
pengalaman tubuh berkurang sehingga mempengaruhi harga diri dan
penilaian diri.
3. Fit Shaming
Melibatkan penghinaan atau kritik terhadap tingkat kebugaran fisik
seseorang. Orang yang berusaha hidup sehat kadang-kadang diejek oleh
individu yang merasa mereka tidak memenuhi standar tertentu dalam hal
kebugaran.
4. Food Shaming
Penghinaan yang berkaitan dengan pola makan seseorang. Ini bisa
mencakup ejekan terhadap makanan yang seseorang konsumsi, atau
perasaan malu terkait dengan pilihan makanan.
5. Ableism
Penghinaan atau kritik terhadap individu berdasarkan kondisi fisik atau
kecacatan mereka. Ini mencakup penghinaan terhadap orang dengan
disabilitas.
6. Sexualization
Penghinaan yang menghubungkan penilaian terhadap penampilan fisik
dengan seksualitas seseorang. Ini seringkali terjadi dalam konteks
pemahaman yang tidak pantas tentang seksualitas individu.
2. Ketidakpekaan Sosial
Hal ini berkaitan dengan tindakan-tindakan menjurus kearah body
shaming yang biasa dianggap sebagai lelucon atau bahan candaan
semata. Ketidakpekaan ini meliputi rasa, bahwa seseorang mungkin
merasa sedih dan sakit hati atas lelucon mengenai bentuk dan ukuran
tubuhnya.
8
3. Bentuk Intimidasi Dan Dominasi
Body shaming merupakan salah satu bentuk intimidasi dan upaya
mendominasi seseorang oleh pihak lain yang memiliki kuasa lebih dengan
menjatuhkan mental atau harga diri dengan merendahkan fisik si korban.
5. Masalah Psikologi
Faktor keluarga dan masa lalu berperan dalam membentuk perilaku
seseorang. Korban bullying atau body shaming sebelumnya, berpotensi
lebih besar menjadi pelaku di masa depan.
Menurut Hoel dan Cooper (2006), body shaming dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Bullying
Adalah sebuah istilah pengganggu yang artinya tindakan atau perlakuan
penindasan oleh seseorang yang sifatnya agresif dan menjadi sebuah
ancaman untuk mendominasi orang lain. Peristiwa body shaming sering
dijumpai berlangsung bersamaan dengan tindakan bullying. Dikarenakan
bullying adalah tindakan menindas kemerdekaan atau hak orang lain, body
shaming tidak lain sering digunakan sebagai alat atau suatu perlakuan
intimidasi. Ketidaksempurnaan seseorang menjadi fokus utama yang
dilihat oleh pengganggu dan menjadikannya kanvas yang sempurna untuk
melukis segala caci dan makian, kepuasan seorang pengganggu akan
terpenuhi apabila korban tersebut telah jatuh terpuruk dan tidak berdaya
yang menjadikannya seorang superior.
9
2. Peran Media
Adalah sebuah wadah untuk menyalurkan sebuah komunikasi yang
dikonstruk sedemikian rupa isinya dengan berbagai hal berupa seni,
kreativitas, berita, wacana, audio serta visual dimana tujuannya agar dapat
dipahami dan dinikmati oleh audiens. Media merupakan komunikasi yang
dibuat dengan memiliki fokus-fokus tujuan tertentu serta pembuatannya
dibentuk melalui pengamatan secara sosial dengan batasan kelangsungan
yang ada atau sedang terjadi pada masyarakat. Hal apapun yang ingin
disampaikan atau ditunjukkan oleh media haruslah memiliki citra yang
baik tanpa tercela agar dapat diterima oleh khalayak, sehingga terciptalah
standar-standar pada masyarakat yang tanpa disadari terkadang tidak
begitu relevan.
3. Standar Kecantikan
Body shaming sering terjadi karena korban dirasa tidak memenuhi standar
kecantikan yang ada pada masyarakat, dimana yang beredar adalah kurus
merupakan hal mutlak dimana seseorang dapat dikatakan cantik. Standar
kecantikan yang telah terkonstruk di pikiran masyarakat Indonesia adalah
kulit cerah berupa putih pucat, hidung mancung, rambut lurus panjang,
tubuh ideal yang tinggi, berat badan ideal adalah ramping berlekuk gitar
Spanyol dan masih banyak lagi.
Semua faktor ini dapat saling terkait dan kompleks, dan seringkali
mereka berperan dalam menghasilkan fenomena body shaming. Penting
untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini dan berupaya untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung penerimaan diri dari keberagaman
tubuh.
10
2. Depresi
Dapat dialami seseorang karena perspektif negatif yang terus menghantui
seseorang. Kurangnya kepuasan terhadap bentuk tubuh atau keadaan
tubuh merupakan pemicu seseorang mengalami depresi. Depresi tidak
hanya dialami oleh perempuan, tetapi laki-laki juga dapat mengalami
depresi, tetapi tidak sebanyak perempuan.
3. Self Esteem
Individu yang mengalami body shaming akan melakukan penilaian diri
dengan terus melakukan body checking pada tubuhnya atau
penampilannya, selain itu tentunya individu juga akan melakukan
penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Ketika individu merasa malu
dengan kondisi tubuhnya maka individu tersebut akan merasa tidak
percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Ketika seseorang sering
melakukan penilaian terhadap penampilan diri mereka sendiri, kondisi
tersebut cenderung akan berdampak pada tingkat self-esteem yang
rendah. Individu dengan harga diri rendah akan beranggapan dirinya
memiliki keterbatasan, merasa bersalah karena kekurangannya, dan
berada dalam kondisi yang tidak aman.
11
4. Berpikir Positif Dengan Kekurangan Yang Dimiliki
Setiap kekurangan yang anda miliki jangan dijadikan sebagai penghalang
bagi anda untuk menikmati hidup. Ingat hidup itu hanya sekali, jadi
pikirkan hal lain yang lebih menyenangkan, jangan hanya karena cibiran
orang lain anda begitu mudah menyerah, setiap yang diciptakan Tuhan
memiliki hal yang baik. Begitupun anda harus bisa berpikir positif atas apa
yang anda miliki, jadikan kekurangan anda sebagai penyemangat hidup
untuk mencapai yang lebih baik lagi.
12
2.7 Tipe-Tipe Bullying Body Shaming
1. Overt Bullying (Intimidasi Terbuka)
Meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan
mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi
julukan nama, mengancam dan mengejek dengan tujuan untuk menyakiti.
13
2.8 Contoh Body Shaming Pada Remaja Milenial
1. Berikut adalah contoh cerita singkat tentang body shaming dalam
lingkungan kampus:
14
2. Berikut contoh cerita tentang body shaming berdasarkan warna kulit:
Suatu hari, Maya pulang dengan perasaan yang sangat terluka setelah
seorang teman sekelasnya, mempertawakan warna kulitnya. Maya merasa
sangat terpukul dan kehilangan rasa percaya diri.
15
3. Berikut contoh cerita tentang body shaming terkait dengan cacat:
Suatu hari, ketika Alex berusaha bergabung dengan tim sepak bola
sekolah, ia mendengar beberapa anak laki-laki berbicara di belakangnya.
Mereka membuat lelucon tentang cacatnya, dan itu sangat menyakitkan bagi
Alex. Namun, Alex adalah seorang yang gigih dan memiliki tekad yang kuat.
16
4. Berikut contoh cerita tentang body shaming terkait dengan wajah jelek:
Ada seorang gadis bernama caya yang selalu merasa kurang percaya
diri dengan penampilan fisiknya. Ia memiliki bekas luka di wajahnya yang
cukup mencolok. Setiap kali ia berani tampil di depan umum, seringkali ada
orang-orang yang tidak segan-segan memberikan komentar jahat tentang
penampilan wajahnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Body shaming merupakan hinaan yang jahat dan dapat terjadi secara
verbal dan nonverbal. Body shaming dapat menjadi alat untuk menghina fisik
seseorang sehingga menimbulkan dampak negatif bagi korbannya. Kegiatan
edukasi stop body shaming ini perlu harus dilakukan untuk masyarakat,
keluarga, dan remaja milenial, karena dengan adanya kegiatan edukasi stop
body shaming ini semua manusia menjadi paham apa yang dimaksud dengan
body shaming dan mengerti dampak dari body shaming serta cara untuk
menanggulanginya. Karena itu, diharapkan agar masyarakat, keluarga, dan
remaja milenial menghindari dan sadar dampak negatif body shaming
sehingga kesehatan mental terjaga.
3.2 Saran
Masyarakat, Keluarga, dan Remaja Milenial sebaiknya tidak
melakukan body shaming pada diri sendiri maupun orang lain, sebab kita
terlahir dengan anugrah Allah agar kita mampu saling bermanfaat satu sama
lainnya dan tidak sama sekali memandang kekurangan orang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Memahami PENGALAMAN body shaming PADA REMAJA PEREMPUAN | Fajariani
Fauzia | Interaksi online. (n.d.). UNDIP E-JOURNAL SYSTEM
PORTAL. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-
online/article/view/24148/21901
Body shaming (Pengertian, Aspek, Jenis, Dampak Dan Penyebab). (2022, June 14).
KajianPustaka. https://www.kajianpustaka.com/2022/06/body-
shaming.html?m=1
Samsara news samsara news body shaming Dan Upaya Penegasan atas gender
Dominan my body my right. (2019, January 22). Samsara
News. https://samsaranews.com/2018/09/20/body-shaming-dan-upaya-
penegasan-atas-gender-dominan/
19