Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pembimbing: Dr. L.Rini Sugiarti, S.Psi.,M.Si, Psi

Beauty Bullying atau Body Shaming Pada Remaja Perempuan


di Indonesia

Oleh:

Berliana Kusumawardani

NIM: F.111.21.0033

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Beauty Bullying atau Body Shaming Pada Remaja Perempuan di
Indonesia” sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pengampu Dr. L.Rini Sugiarti,
S.Psi., M.Si, Psi dengan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin


menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhomat Dr. L.Rini Sugiarti, S.Psi.,M.Si, Psi. selaku Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Karakter di Fakultas Psikologi,Universitas Semarang. Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman mengenai dampak dari
body shaming atau beauty bullying yang dapat beresiko mengurangi Kesehatan
mental individu, seperti melakukan diet yang salah, mengalami gangguan
makan, gelotophobia, dan lainnya.

Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan


bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Khususnya bermanfaat bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun diharapkan penulis demi penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 15 Desember 2021

Berliana Kusumawardani

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II : ISI.................................................................................................................................3
2.1 Definisi Beauty Bullying atau Body Shaming...................................................3
2.2 Dampak Pada Remaja Perempuan di Indonesia..............................................4
2.3 Cara Mengatasi Pada Remaja Perempuan di Indonesia................................5
BAB III : CONTOH KASUS.....................................................................................................6
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................7
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................7
4.2 Saran...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa remaja menurut BKKBN yang dimulai dari usia 10-24
tahun dan sampai belum menikah, setiap individu cenderung lebih labil
yang kemudian mendorong untuk berperilaku semaunya sendiri tanpa
memikirkan resiko dikemudian hari dan pada masa itu remaja juga
mengalami perubahan pada bentuk tubuh yang membuat remaja
berusaha untuk mengontrol berat badan demi citra tubuhnya. Bukan
hanya hal itu tetapi pada masa remaja seseorang akan mulai merasakan
drama mengenai percintaan, solidaritas dalam pertemanan, keinginan
taunya meningkat, dan mencari jati dirinya. Karena hal itu seorang
remaja kerap mengikuti tren yang sedang terjadi dan bahkan mengikuti
apa yang temannya lakukan. Seorang remaja pasti mencoba untuk
menonjolkan dirinya pada lingkungan atau kelompok sosial tertentu.
Karena itu anak remaja kemudian membuat kelompok-kelompok
terkadang menyebabkan muculnya kelompok lain yang menunjukan
dirinya dengan cara yang tidak baik. Contohnya melalui kekerasan fisik
maupun lisan yang saat ini banyak dilakukan oleh anak-anak remaja,
yaitu bullying.

Bullying tidak hanya dilakukan oleh remaja laki-laki, tetapi remaja


perempuan yang sering kali menjatuhkan mental perempuan lainnya.
Salah satu bullying yang sering dilakukan oleh anak-anak remaja
perempuan adalah mengenai tubuh. Tubuh sebagai wujud fisik manusia
yang dijadikan sebagai objek pemandangan umum oleh media cetak
maupun elektronik. Dan media juga yang mencipkatan konsep bahwa
perempuan cantik itu yang putih, bersih, langsing, tinggi, dan
sebagainya. Karena konsep ini yang sudah menyebar luas di
masyarakat, saat seseorang tidak mencapai konsep standar tersebut
akan rentan mendapatkan pelecehan verbal atau biasa disebut Body
Shaming (Beauty Bullying). Beauty Bullying atau lebih akrab disebut

1
Body Shaming adalah salah satu bentuk dari tindakan bullying verbal.
Body Shaming merupakan gabungan dari 2 kata bahasa inggris yaitu
body (tubuh) dan shaming (memalukan).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Beauty Bullying atau Body Shaming?


2. Bagaimana dampak dari Beauty Bullying atau Body Shaming pada
remaja perempuan di Indonesia?
3. Bagaiman cara mengatasi Beauty Bullying atau Body Shaming yang
menjadi isu populer di Indonesia?

1.3 Tujuan

Bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai body


shaming yang memberikan dampak tidak baik bagi kesehatan mental
seorang anak remaja perempuan dan cara mengatasi body shaming di
Indonesia.

2
BAB II

ISI

2.1 Definisi Beauty Bullying atau Body Shaming

Body shaming menurut kamus Oxford adalah perilaku


mempermalukan seseorang dengan menghina atau membuat komentar
negatif mengenai bentuk atau ukuran tubuh seseorang. Kini beauty
bullying atau body shaming dikenal sebagai perilaku yang mengkritik
atau mengomentari fisik sendiri maupun orang lain,baik secara disadari
ataupun tidak disadari. Perilaku ini termasuk kedalam jenis bullying
verbal dan menjadi salah satu bullying yang sering terjadi di lingkungan
kita.

Awal mulanya body shaming terjadi karena adanya kultur


penindasan (bullying) ditengah masyarakat dan atas campur tangan
media yang kemudian membangun contoh tentang standar kecantikan
sendiri. Percakapan-percakapan kecil menjadi salah satu pengantar
terjadinya body shaming dalam sebuah kelompok percakapan

Perbedaan body shaming dengan bullying adalah jika body


shaming lebih spesifik ke bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan bullying
lebih mencakup ke hal yang lebih luas dan ditujukan sebagai bentuk
agresi kepada orang lain. Pada buku psikologi kecantikan juga sudah
dijelaskan bahwa penyebab body shaming, yaitu:

a. Adanya standar kecantikan sebagai kontrol sosial


b. Menganggap hal tersebut merupakan hal yang wajar dan
sebuah lelucon sehari-hari
c. Menyamakan dan menerapkan standar kecantikan diri
sendiri pada orang lain
d. Tidak mengetahui bagaimana dampak dari body shaming
pada orang lain (Lestari, S. & Kurniawati 2020)

Pemerintah juga membuat undang-undag yang bertujuan untuk


mengurangi body shaming di Indonesia,yaitu: UU ITE Pasal 45 ayat 1

3
dan Pasal 27 ayat 3, menyebutkan bahwa setiap orang yang sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen
elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran
nama baik dapat dipidanakan paling lama 6 tahun dan atau denda
sebanyak Rp. 750 juta. Apabila Body shaming dilakukan secara verbal
atau langsung, dikenakan Pasal 310 KUHP denagn ancaman
hukumannya 9 bulan. Kemudian Body shaming yang dilakukan secara
tertulis dalam bentuk narasi, melalui transmisi di media sosial, dikenakan
pasal 311 KUHP dengan hukuman 4 tahun.

2.2 Dampak Pada Remaja Perempuan di Indonesia

Standar kecantikan perempuan di Indonesia yang telah dibuat


oleh masyarakat sendiri yang kemudian membuat seseorang melakukan
self-objectification. Self-objectification adalah keadaan dimana
seseorang melihat dirinya sebagai sebuah objek dan kemudian menilai
diri sendiri hanya berdasarkan penampilan. Hal itu menimbulkan
perasaan malu atas dirinya sendiri (sheme) atau bahkan menimbulkan
kecemasan (axienty) karena bentuk tubuh yang dirasa tidak sesuai
standar orang lain. Padahal jika seseorang melakukan tindakan body
shaming pada perempuan dampaknya akan sangat terlihat. Perempuan
cenderung memperhatikan penampilan fisiknya, seringkali bukan karena
keinginan dari dalam diri sendiri, melainkan untuk menghindari komentar
negatif yang kemungkinan akan ditujukan pada dirinya (McKinley &
Hyde, 1996).

Dampak lainnya bagi korban body shaming adalah menurunnya


rasa percaya diri, selalu minder dan bahkan bisa membuat korban
menarik diri dari keramaian. Seseorang yang menjadi korban body
shaming akan mengalami banyak perubahan sikapnya, misalmenjadi
pendiam, malas makan, mudah tersinggung, merasa dirinya tidak
berharga yang apabila berlangsung terus-menerus akan berujung putus
asa, bahkan hingga depresi dan berfikir untuk bunuh diri.

4
2.3 Cara Mengatasi Pada Remaja Perempuan di Indonesia

Cara mengatasi Body Shaming pada remaja perempuan di Indonesia


yaitu:

a. Bijak memilih akun media sosial yang di ikuti


Mengikuti akun media sosial (medsos) yang dapat
menumbuhkan pandangan yang positif terhadap diri sendiri.
Karena untuk mengatasi body shaming harus belajar untuk
menerima diri sendiri dengan melihat sesuatu dengan cara yang
lebih positif.
b. Berusaha untuk mencintai diri sendiri
Dengan mencintai diri sendiri akan membuat hidup lebih
terasa nyaman dan bahagia dalam menjalani hidup kedepannya.
Jangan jadikan kelemahan sebagai penghalang untuk bahagia
dan menemukan dunia yang baru dengan teman atau pasangan
yang bisa menerima apa adanya.
c. Berusaha mengekspresikan apa yang kita rasakan
Saat mendapatkan perlakuan body-shaming korban harus
mencoba speak up mengenai apa yang dirasakan kepada pelaku
secara pribadi bahwa “Body shaming is not OK”.
d. Keluar dari persembunyian
Saat seseorang mengalami body shaming mereka akan
cenderung memilih untuk bersembunyi, karena merasa jelek dan
berfikir masyarakat sekitar akan mengejek. Padahal seharusnya
ia melangkah keluar dari zona nyamannya. Karena pada
dasarnya apa yang kita pikirkan belum tentu terjadi, sehingga
perlu dicoba dan melihat reaksi sekitar akan kehadirannya.
e. Berusaha mencari kelebihan dalam diri sendiri
Dengan berusaha untuk mencari apa kelebihan yang
dimiliki, seseorang akan menemukan kelebihan apa yang ada
pada diri sendiri. Sehingga akan lebih menyukuri apa yang telah
Allah berikan kepadanya.

5
BAB III

CONTOH KASUS

Nurul Akmal atau biasa dipanggil Amel adalah seorang atlet angkat
beban kelas 87 kg+ dari Indonesia juga menjadi salah satu korban body
shaming oleh masyarakat. Ia mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan itu
saat tiba di salah satu bandara yang letaknya di Jakarta dari barisan
fotografer/wartawan/petugas penyambutan saat itu yang mengatakan kata-kata
yang menjerumus ke body shaming yaitu “yang paling kurus” saat dia lewat.
Amal mengakui bahwa sudah beberapa kali ia kerap medapatkan perlakuan
seperti “kaya kerbau”, “gendut”, “banyak makan”, dan lainnya.

Peristiwa ini cukup menampar khususnya bagi remaja perempuan di


Indonesia yang menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), rentang usia anak remaja dimulai dari usia 10-24 tahun dan
bisa sampai sebelum menikah. Kenyataan bahwa perempuan akan lebih
dihargai jika bentuk tubuhnya sesuai standar. Terkadang kekuatan, kepintaran,
prestasi, dan potensi hampir tidak ada artinya jika bentuk tubuhnya tidak sesuai
standar imajiner tersebut.

6
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Body Shaming (Beauty Bullying) merupakan salah satu bentuk


bullying verbal dimana tindakan tersebut bertujuan menghina atau
berkomentar negatif secara spesifik mengenai bentuk atau ukuran tubuh
seseorang. Peristiwa seperti ini sangat disayangkan karena banyak
orang yang tidak memiliki kesadaran lebih dalam memilih kata dalam
sebuah komunikasi yang besar dampaknya bagi lawan bicara. Tidak
jarang perempuan menjatuhkan mental perempuan lainnya. Sempitnya
pikiran para perundung membuat kesehatan mental remaja perempuan
terganggu hanya karena bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan standar
masyarakat mengaburkan mata para perundung dari segala hal baik,
potensi dan pencapaian perempuan.

4.2 Saran

Sebaiknya menghindari semua bentuk perlakuan yang


menjerumus body shaming terhadap satu sama lain. Seharusnya
seseorang bisa mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan ataupun
kelebihan yang dimiliki. Serta memiliki perspektif luas terhadap standar
penampilan. Sehingga nantinya dapat menerima baik diri sendiri atau
orang lain dengan apa adanya. Tunjukkan bahwa setiap perempuan
cantik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua
perempuan adalah makhluk yang sempurna seperti manusia lainnya,
berdaya guna, dan pajangan belaka.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, Yunita, and Sumi Lestari. 2021. “Beauty Bullying or Body Shaming?
Upaya Pencegahan Body Shaming Pada Remaja.” PLAKAT (Pelayanan
Kepada Masyarakat) 3 (1): 69. https://doi.org/10.30872/plakat.v3i1.5483.

Lestari, S. & Kurniawati, Y. 2020. Psikologi Kecantikan:Beauty Is Pain &


Disorder. Malang: Edulitera.

Pijar Psikologi. 2018 . “Body-Shaming Dan Cara Mengatasinya". (Online)


https://pijarpsikologi.org/blog/body-shaming-dan-cara-mengatasinya.

Sari, Retno Dewi Kurnia. 2019. “FENOMENA BODY SHAMING DI


MASYARAKAT,” no. April: 33–35.

Zahra, Fatimatus. 2021. “Body Shaming Terhadap Atlit Berprestasi,Bukti Bahwa


Perempuan Masih Dilihat Dari Bentuk Badan.” Indonesiana. (Online)
https://www.indonesiana.id/read/147887/body-shaming-terhadap-atlit-
berprestasi-bukti-perempuan-masih-dinilai-dari-bentuk-badannya.

Anda mungkin juga menyukai