Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

PENYIMPANGAN MORAL ANAK REMAJA


USIA 12 SAMPAI 17 TAHUN DI TAMAN
BUNGA PEMATANG SIANTAR

DISUSUN OLEH:
(KELOMPOK 4)
TUA MONICA SIDABUTAR
AMALIA PUTRI
DEVI TIARA
TRI APRILIA DAMANIK
ALYA NATANIA SIREGAR
TISYA FAHRUNISA SIREGAR
NURUL

Dosen Pengampu: Pak Bismar Sibuea


PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pak Bismar Sibuea


sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Karakter yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Pematangsiantar, 23 Oktober 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................(1)


B. Rumusan Masalah.............................................................................,.(1)
C. Tujuan.................................................................................................(1)
D. Manfaat...............................................................................................(1)

BAB II: PEMBAHASAN

1. Penyimpangan moral yang dilakukan remaja di Taman Bunga


Pematang Siantar ....................................................................................(2)
2. Faktor yang mempengaruhi penyimpangan moral remaja di Taman
Bunga Pematang Siantar..........................................................................(5)
3. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi penyimpangan remaja di
Taman Bunga Pematang Siantar.............................................................(9)

BAB III: PENUTUP


KESIMPULAN........................................................................................................(16)
SARAN.....................................................................................................................(16)
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................(iv)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Remaja merupakan suatu masa peralihan atau masa transisi dari masa
kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja bisa juga dibilang sebagai masa
yang menyenangkan sekaligus masa yang sulit. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
disebutkan bahwa Remaja dapat berarti mulai dewasa, atau sudah sampai umur
untuk kawin, atau bisa juga disebut sebagai anak muda atau pemuda.
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi (2013: 77) menyebutkan bahwa,
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan
masa ke dewasa, dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang
pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis. Masa
remaja disebut juga sebagai adolescene, yang dalam bahasa latin berasal dari
kata adolescere, yang dalam bahasa inggris disebut “to grow into adulthood”.
Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa, yang
mana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis, dan sosial.
Adon Nasrullah Jamaludin (2015: 365-366) menjelaskan bahwa, masa
atau fase remaja merupakan salah satu periode yang paling unik dan menarik
dalam rentang kehidupan individu sehingga banyak pakar yang meneliti
kehidupan remaja, terutama dalam masalah kenakalan remaja.
Pada masa remaja, terkadang sifat seseorang menjadi labil, masa remaja
merupakan masa dimana seorang individu sedang mencari jati dirinya. Masa
remaja merupakan masa yang mudah goyah dan mudah mengikuti pergaulan
tanpa melihat sebab dari apa yang akan dilakukannya.
Dalam menemukan jati dirinya, terkadang seorang remaja melakukan hal-hal
yang tidak seharusnya seperti melakukan tindakan yang menyimpang.
Penyimpangan merupakan suatu perilaku seorang individu atau kelompok
yang dianggap merugikan dan tercela oleh sejumlah besar orang. Penyimpangan
juga dianggap sebagai suatu pelanggaran yang melanggar norma maupun
hukum.
James Vander Zanden dalam Kamanto Sunarto (2004: 176) menjelaskan bahwa
penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap
sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.
Robert K. Merton dalam M. Taufiq Rahman (2011) menyebutkan bahwa
penyimpangan merupakan perilaku yang menyimpang secara signifikan dari
norma-norma yang di tentukan untuk individu dalam status sosial, ia tidak dapat
dipelihara secara abstrak tetapi perlu dikaitkan dengan norma-norma yang
dianggap oleh masyarakat sebagai tepat dan yang secara moral mengikat bagi
orang-orang yang menduduki status yang berlainan. Kenakalan remaja dalam
konsep psikologis disebut sebagai Juvenile delinquency, yang artinya perilaku
jahat, kejahatan atau kenakalan anak-anak muda (Adon Nasrullah, 2015: 369).
Pengertian Juvenile delinquency sebagai kejahatan anak dapat diinterpretasikan
berdampak negatif secara psikologis terhadap anak yang menjadi pelakunya,
apalagi jika sebutan tersebut secara langsung menjadi semacam trade-mark
(Sudarsono, 2012: 10). Menurut Fuad Hasan dalam Sudarsono(2012)
menyebutkan bahwa definisi delinquency disebut sebagai perbuatan anti sosial
yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa
dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.
Dalam ilmu sosiologi, dikenal beberapa teori sosiologi yang menjelaskan
mengapa penyimpangan tersebut terjadi. Diantaranya ada Teori Differential
association oleh Edwin H. Sutherland dalam Kamanto Sunarto (2004: 178) yang
menyatakan bahwa penyimpangan terjadi karena proses alih budaya, dalam hal
ini seseorang dapat menjadi penyimpang (Deviant) karena proses belajar yang
salah atau karena mempelajari suatu sub kebudayaan yang menyimpang.
Sebagai contoh, seorang remaja menjadi pemabuk karena pada awalnya ia
bergaul dengan seorang pemabuk yang sudah berpengalaman dan melihat
caranya meminum kemudian diikuti dengan percobaan memerankan peran
menyimpang tersebut atau ikut mencicipi alkohol hingga akhirnya menjadi
seorang pemabuk.
Selain teori Differential association adapula teori Labelling yang
dikemukakan oleh Edwin M. Lemert. Menurut Lemert dalam Kamanto Sunarto
(2004: 179) menyatakan bahwa seseorang menjadi penyimpang karena proses
labelling atau pemberian julukan, cap, etiket, atau merek yang diberikan
masyarakat kepadanya. Mula-mula seseorang melakukan suatu penyimpangan
yang disebutnya sebagai penyimpangan primer (Primary Deviation).
Akibat melakukan penyimpangan tersebut, kemudian si pelaku penyimpangan
primer mendapat julukan atau di cap oleh masyarakat sebagai penyimpang,
sesuai dengan apa yang dilakukan pelaku penyimpangan primer tersebut.
Untuk menanggapi pemberian cap atau julukan oleh masyarakat tersebut, maka
si pelaku penyimpangan primer mendefinisikan bahwa dirinya sebagai
penyimpang, dan mengulangi lagi perbuatan menyimpangnya, atau melakukan
penyimpangan sekunder (Secondary deviation), sehingga mulai menganut
suatu gaya hidup menyimpang (Deviant life style) yang kemudian
menghasilkan suatu karir menyimpang (deviant career).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diidentifikasi diats, maka
rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut:
1. Bentuk penyimpangan moral seperti apa yang dilakukan remaja di Taman
Bunga Pematang Siantar?

2. Bagaimana akar sebab siklus penyimpangan kalangan remaja di Taman


Bunga Pematang Siantar tersebut, sehingga penyimpangan di kalangan
remaja selalu ada?

3. Bagaimana cara mengatasi penyimpangan yang dilakukan remaja di


Taman Bunga Pematang Siantar?

3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Bentuk penyimpangan moral yang dilakukan remaja di
Taman Bunga Pematang Siantar.
2. Untuk mengetahui akar sebab siklus penyimpangan moral di kalangan
remaja tersebut, sehingga penyimpangan di kalangan remaja selalu ada.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi penyimpangan moral yang dilakukan
remaja di Taman Bunga Pematang Siantar.
4.Manfaat Penelitian
1). Supaya mengetahui penyimpangan apa yang terjadi pada kalangan
remaja di Taman Bunga Pematang Siantar.
2). Membantu mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan moral remaja
di Taman Bunga Pematang Siantar.
3). Supaya mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
penyimpangan yang terjadi di Taman Bunga Pematang Siantar
4). Membantu mengurangi agar tidak ada lagi penyimpangan yang terjadi
pada kalangan remaja di Taman Bunga Pematang Siantar
BAB II: PEMBAHASAN

1. Bentuk penyimpangan moral yang terjadi di taman bunga


1. Remaja berpacaran masih mengenakan seragam sekolah.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat di Kota


Pematangsiantar masih banyak yang sering bolos sekolah.
di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut), Senin
(31/10/2022), beberapa kelompok siswa berseragam putih abu-abu
berada di beberapa lokasi di Taman Bunga, Kota Pematangsiantar.
Siswa yang berkeliaran di luar sekolah saat jam belajar
tersebut berpasang-pasangan duduk di kursi-kursi Taman Bunga,
sebagian ada juga yang duduk berdua didampingi dengan sekelompok
teman teman nya.
Tempat pertama yang kami kunjungi kami melihat sepasang
remaja dengan seragam sekolah SMA saling berangkulan dan
berpegangan tangan sambil ditemani sekelompok temannya.
Selanjutnya kami juga melihat dua remaja yang mengenakan seragam
sekolah SMA sedang asyik berduaan sambil bergandengan tangan
berkeliling-keliling taman bunga kami sempat bertanya tentang
lamanya hubungan mereka, lalu mereka menjawab “kami sudah
pacaran setahun kak”.

2. Remaja lelaki berkumpul-kumpul sambil merokok, masih


mengenakan seragam sekolah SMK

Remaja Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Taman Bunga


merokok sambil mengobrol-ngobrol masih mengenakan seragam
sekolah, kami juga melihat ada satu wanita yang ikut kumpul dalam
tongkrongan tersebut, mungkin salah satu nya merupakan pasangan
dari laki-laki yang ada di tongkrongan tersebut.
Banyaknya siswa yang bolos sekolah tersebut perlu mendapat
perhatian pihak sekolah. Para siswa tersebut perlu mendapat
bimbingan guru, khususnya guru bimbingan konseling (BK). Jika
dibiarkan, para siswa tersebut bisa gagal sekolah dan terjerumus pada
kenakalan remaja atau bahkan tindak kejahatan
2. Faktor yang mempengaruhi penyimpangan moral remaja di Taman
Bunga Pematang Siantar

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kalangan remaja disebut juga


dengan kenakalan remaja. Kenakalan di kalangan remaja kerap terjadi, karena
pada masa remaja menjadi masa atau fase yang rumit, sehingga menyebabkan
seorang remaja melakukan tindakan yang menyimpang. Selain faktor dari dalam
dirinya sendiri, seorang remaja dapat melakukan tindakan menyimpang karena
beberapa faktor, diantaranya keluarga atau kerabat, lingkungan bergaul atau
teman sepermainan dan juga dari lingkungan masyarakat.

1. Lingkungan keluarga
Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orangtua,
saudara, ataupun kerabat yang tinggal serumah. Pada lingkungan ini, si anak
mengalami proses sosialisasi awal. Disini, peran orangtua, saudara, maupun
kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak
supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan
baik.
Atas dasar kasih sayang, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai tertentu,
seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kebendaan dan keakhlakan, nilai
kelestarian dan kebaruan, dan yang lainnya.
Ketika usia anak meningkat ke masa remaja, penanaman nilai-nilai
tersebut masih harus tetap dipertahankan, tetapi dengan cara yang berbeda yang
sesuai dengan pertumbuhan jiwa remaja tersebut (Soejono Soekanto, 2012:
387).

Pertumbuhan seorang anak tergantung apa yang diajarkan dan didapatkan


dari keluarga. Jika keluarga mendidik seorang anak dengan menerapkan nilai-
nilai
yang positif, maka si anak akan tumbuh dengan memiliki sikap yang positif
pula,
namun jika si anak dari awal tidak dibekali dengan nilia-nilai positif tapi justru
mendapat nilai-nilai negatif seperti terjadinya broken home, maka si anak
tersebut
akan mencari pelarian dan bisa saja terjerumus kedalam perilaku yang
menyimpang.
2. Teman bergaul atau kelompok sahabat
Faktor selanjutnya yaitu teman bergaul. Pada masa anak-anak, kelompok
bermain atau teman bergaul belum begitu tampak pengaruhnya. Persahabatan
seorang anak terkadang masih berlanjut sampai remaja. Sahabat tersebut
diperlukan untuk menyalurkan berbagai aspirasi yang memperkuat unsur-unsur
kepribadian yang diperoleh dari rumah. Sahabat yang baik dan benar akan
menunjang motivasi dan keberhasilan studi, karena diantara mereka biasanya
terjadi proses saling mengisi, yang mungkin berbentuk persaingan yang sehat
(Soejono Soekanto, 2012: 389). Namun, tidak semua sahabat akan memberikan
pengaruh positif, adapula persahabatan yang akan memberikan pengaruh yang
buruk.
Kelompok sahabat tersebut, selanjutnya akan berkembang dengan lebih
luas sesuai dengan ruang lingkup pergaulan remaja tersebut, baik disekolah
maupun diluar sekolah. Kelompok yang lebih luas tersebut disebut dengan klik
(clique) yang secara ideal dapat memberikan peranan yang positif dan juga
dapat memberikan peranan yang negatif.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan
istilah ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2009:
116).
Namun, lingkungan masyarakat juga dapat menjadi salah satu pemicu
seorang remaja melakukan tindakan yang menyimpang. Sebagai contoh seorang
remaja melakukan tindakan menyimpang akibat mendapatkan julukan atau telah
di cap oleh masyarakat sebagai anak nakal, sehingga anak tersebut mengulangi
perbuatannya.

3.Upaya yang dilakukan untuk mengurangi penyimpangan yg terjadi di


kalangan remaja di Taman Bunga Pematang Siantar

Ada 2 Upaya yang Dilakukan Masyarakat 

Beberapa cara dan upaya dalam melakukan pencegahan terjadinya suatu


penyimpangan sosial di kehidupan masyarakat.
Dimana perilaku menyimpang itu yang dilakukan oleh anak, siswa, remaja, pelajar
dan warga masyarakat, yaitu dengan :

1. Upaya Preventif

Pengertian dari upaya preventif adalah suatu upaya dalam melakukan pencegahan
dimana sebelum akan timbulnya suatu perilaku menyimpang atau masalah sosial di
masyarakat. Atau dengan langkah awal membendung terjadinya peristiwa
penyimpangan sosial yang mana itu tidak terjadi. 
Cara mengatasi perilaku menyimpang dan usaha yang mana dilakukan masyarakat
untuk mengatasi agar jangan terjadi hal yang tidak diinginkan di dalam masyarakat
itu sendiri. 

Misalnya contoh mencegah remaja agar tidak membiasakan pacaran masih


mengenakan seragam sekolah atau bolos untuk pacaran dan merokok berkeliaran di
Taman Bunga Pematang Siantar

2. Upaya Kuratif

Pengertian dari upaya kuratif adalah upaya dalam usaha untuk mengatasi
penanggulangan perilaku menyimpang remaja, anak, siswa, pelajar dengan cara agar
tidak meluas. Dengan demikian tidak merugikan individu tersebut atau masyarakat di
lingkungan sekitarnya. 

Dimana biasanya sanksi dan hukuman yang diberikan sesuai dengan adat istiadat
yang berlaku dan sudah disepakati bersama. Keputusan hukuman itu akan dilakukan
dan diberikan oleh pihak berwenang sehingga seseorang akan mendapatkan
pelajaran, contohnya pihak sekolah memberikan hukuman pada siswa yang bolos
pada saat jam pelajaran ataupun ganjaran bagi tindakan penyimpangan yang
dilakukan tersebut, sehingga memberikan efek jera untuk siswa agar tidak
mengulanginya lagi.

Nilai nilai dan norma norma yang menjadi suatu kepercayaan masyarakat sudah
semestinya di jalankan dengan seksama dan patuh, agar tak terjadi suatu perilaku
menyimpang di masyarakat.
Dengan cara upaya preventif dan kuratif yang bertujuan guna untuk mengatasi suatu
perilaku menyimpang pada remaja di lingkungan masyarakat, yaitu sebagai berikut : 

1. Melakukan Kerjasama dengan Berbagai Pihak

Keterlibatan banyak pihak dalam hal ini para pemangku kepentingan dalam
mengatasi perilaku menyimpang harusnya dilangsungkan suatu kerjasama.
Misalnya antara sekolah dengan penduduk setempat/orang tua anak, dan pemangku
kepentingan dari kepolisian, keamanan, dan lainnya.
Agar bersama melakukan upaya pencegahan kepada remaja, siswa, pelajar atau pada
anak untuk tidak melalukan tindakan menyimpang yang merugikan dirinya, dan
orang lain.

2. Orang Tua yang Memberikan Wejangan dan Nasehat

Keluarga menjadi agen pertama yang penting dalam menyalurkan sosialisasi kepada
anak, remaja, siswa, pelajar yang berada di lingkungan keluarga. Misalnya dengan
memberikan suatu nasehat kepada setiap individu, maka hal itu akan diserap untuk
dilakukannya.
Suatu pencegahan agar anak, pelajar, siswa, remaja tidak melakukan perilaku
menyimpang di dalam masyarakat. Misalnya mengingatkan anak saat hendak pergi
keluar bermain sama teman temannya, pada saat nonton orgen dan sejenisnya.Untuk
tidak melakukan aktivitas yang menyimpang, seperti pacaran bebas, merokok,
tawuran, mabuk-mabukan dengan minum alkohol, dan sejenisnya.

3. Melakukan Pengenalan terhadap Tindakan yang Menyimpang 

Setiap anak, siswa, pelajar, remaja yang akan tumbuh di dalam lingkungan warga
masyarakat, sudah sejak dini dikenalkan atau dilakukan. Suatu sosialisasi mengenai
hal hal penting yang dilarang sesuai hukum secara resmi, hukum adat, maupun nilai
dan norma di masyarakat. Dimana hal itu sudah menjadi konsensus bersama untuk
tidak dilakukan suatu penyimpangan sosial di masyarakat. 

Misalnya melakukan sosialisasi kepada anak, remaja, pelajar, siswa tentang hal tidak
boleh mencuri, memakai narkoba, atau obat obatan terlarang, yang tidak ada anjuran
dokter. Begitu juga seperti tawuran, balapan liar, melakukan seks bebas, pergaulan
bebas, yang akan merugikan dirinya sendiri, dan contoh penyimpangan sosial
lainnya.

4. Dapat dengan Menanamkan Nilai dan Norma yang Kuat, Kokoh

Sebagai upaya untuk mengatasi perilaku menyimpang seseorang maka perlu nya
suatu penanaman nilai dan norma yang mendasar. Hingga hal itu diserap oleh
seseorang individu dan dilaksanakan sesuai dengan nilai dan norma yang ada
dengan kokoh, kuat, dan menjadi pondasi bagi tingkah laku dan tindakan setiap
orang di dalam kehidupan masyarakatnya.

5. Peraturan yang Dibuat dapat Dilaksanakan dengan Konsisten

Tanpa tebang pilih, dalam melakukan tindakan pemberian hukuman atau sanksi
kepada seseorang yang melakukan perilaku menyimpang. Baik itu remaja, anak,
siswa, pelajar, warga di dalam masyarakat. Yang hukuman dan sanksinya tidak boleh
pilih pilih. Siapa pun yang ketahuan melakukan tindakan penyimpangan mesti
ditindak tegas, walaupun itu keluarga orang terpandang, dan sejenisnya. 

6. Memberikan Suatu Pendalaman tentang Karakter dan Kepribadian


Seseorang

Dengan melakukan suatu kegiatan, pendalaman atau pembelajaran tentang suatu


pengenalan karakter dan kepribadian.
Maka seseorang akan mempunyai suatu kondisi dimana ia akan menjadi dan
memiliki karakter serta kepribadian unggul, teguh dan kuat.
Dalam menghadapi cobaan untuk tidak ikut terlibat dalam perilaku menyimpang
baik itu di lingkungan sekolah, tempat kerja, dan masyarakat. 

7. Sering Melangsungkan Suatu Penyuluhan

Dengan seringnya pihak terkait, pemerintah serta pemangku kepentingan di


masyarakat dalam mengadakan penyuluhan kepada masyarakat.
Maka tindakan akan suatu perilaku menyimpang akan dapat dicegah untuk tidak
dilakukan oleh individu.

Misalnya penyuluhan dalam pemberian keterampilan atau skill kepada individu agar
menjadi sosok dan pribadi yang kreatif serta inovatif. Dengan demikian, ia tidak akan
mudah terpengaruh oleh perubahan serta akan terus berpegang teguh pada apa
yang dilakukannya dan kegiatan yang positif tersebut. 

8. Melakukan Rehabilitas Sosial kepada Masyarakat

Tindakan ini mungkin akan dilakukan ketika seseorang remaja, siswa, anak, warga
masyarakat melakukan suatu penyimpangan sosial.
Misalnya seseorang anak remaja atau pelajar yang kecanduan merokok atau yang
terlibat dan tertangkap memakai narkoba maka ia akan dilakukan pendampingan.

Serta dilakukan upaya rehabilitas sosial agar tidak mengalami kecanduan terus
menerus merokok atau memakai narkoba. Dan contoh rehabilitas sosial lainnya yang
dilakukan oleh pemerintah, pihak pemangku kepentingan dan maupun swadaya
lembaga masyarakat.

9. Melakukan Pemantauan Aktivitas Media Sosial

Akhir akhir ini perkembangan kemajuan Iptek telah membuat seseorang dapat dengan
mudah berselancar di media sosial. Oleh karena itu, berbagai informasi dan konten
berita mudah didapat seseorang remaja, siswa, pelajar, dan warga masyarakat.

Untuk itulah, melakukan suatu pengawasan dan pemantauan kepada akun media sosial
seseorang individu menjadi bagian penting. Jika ada hal yang mencurigakan maka
bisa dilakukan tindakan pencegahan. Terkhususnya orang tua anak yang dapat
melakukannya dari rumah.

10. Memberikan Waktu Luang untuk Sering Berkumpul Bersama Keluarga


Keluarga menjadi tempat pertama yang harus dapat merangkul seseorang dalam
keharmonisan dan kegembiraan secara bersama sama.
Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk bercengkrama dengan keluarga inti atau
keluarga kecil di rumah,
maupun melakukan liburan bersama adalah upaya untuk mencegah dan mengatasi
suatu perilaku menyimpang seseorang anak, siswa, remaja, dan warga di dalam
masyarakat.

BAB III: PENUTUP

KESIMPULAN

Remaja merupakan suatu masa peralihan atau masa transisi dari masa kanak-
kanak menuju dewasa. Masa remaja bisa juga dibilang sebagai masa yang
menyenangkan sekaligus masa yang sulit.
Masa remaja disebut juga sebagai adolescene, yang dalam bahasa latin berasal
dari kata adolescere, yang dalam bahasa inggris disebut “to grow into
adulthood”. Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak kemasa
dewasa, yang mana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis, dan
sosial.

Pada masa remaja, terkadang sifat seseorang menjadi labil, masa remaja
merupakan masa dimana seorang individu sedang mencari jati dirinya. Masa
remaja merupakan masa yang mudah goyah dan mudah mengikuti pergaulan
tanpa melihat sebab dari apa yang akan dilakukannya. Dalam menemukan jati
dirinya, terkadang seorang remaja melakukan hal-hal yang tidak seharusnya
seperti melakukan tindakan yang menyimpang.
Contoh penyimpangan yang dilakukan kalangan remaja di Taman Bunga
Pematang Siantar yaitu:
1. Sepasang remaja berpacaran di Taman Bunga Pematang Siantar masih
mengenakan seragam SMA
2. Remaja lelaki SMK berkumpul-kumpul sambil merokok masih
mengenakan seragam sekolah
Faktor yang mempengaruhi penyimpangan moral remaja di Taman Bunga
Pematang Siantar yaitu antara lain:
1. Lingkungan keluarga
2. Teman bergaul atau kelompok sahabat
3. Lingkungan Masyarakat
Dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyimpangan yg terjadi di
kalangan remaja di Taman Bunga Pematang Siantar yaitu:
1. Upaya Preventif
2. Upaya Kuratif

Salah satu bentuk upaya Preventif dan Kuratif yaitu:


1.Melakukan Kerjasama dengan Berbagai Pihak

2.Orang Tua yang Memberikan Wejangan dan Nasehat

3.Melakukan Pengenalan terhadap Tindakan yang Menyimpang

4.Menanamkan Nilai dan Norma yang Kuat, Kokoh

5.Peraturan yang Dibuat, Dilaksanakan dengan Konsisten

6.Memberikan Suatu Pendalaman tentang Karakter dan Kepribadian Seseorang

7.Sering Melangsungkan Suatu Penyuluhan

8.Melakukan Rehabilitas Sosial kepada Masyarakat

9.Melakukan Pemantauan Aktivitas Media Sosial

10.Memberikan Waktu Luang untuk Sering Berkumpul Bersama Keluarga

SARAN

Dengan melihat tindakan kenakalan yang di lakukan oleh remaja di Taman


Bunga Pematang Sianatar, penulis menyarankan kepada semua pihak untuk
lebih memperhatikan pergaulan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
Hendakanya anak-anak remaja yang ada di Taman Bunga Pematang Siantar
diikutkan secara aktif dalam semua kegiatan sosial yang dilakukan oleh daerah
Pematang Siantar, sehingga remaja ini memiliki kesibukan serta pengalaman
dalam beroganisasi dan terhindar dari perilaku yang merugikan mereka seperti
tindakan kenakalan-kenakalan yang bisa melanggar hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Sulasmanto, P., Sri Arfiah, S. H., Muhibin, A., & Suyahman, M. (2014). Peranan Guru Pkn Dalam
Membina Siswa Berperilaku Menyimpang Dari Keluarga Broken Home (Studi Kasus Pada Siswa
SMP Negeri 01 Kunduran Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2012/2013) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Khikmiyah, S. L. (2020). Pendidikan Moral Perspektif Imam Musbikin dan Relevansinya Terhadap


Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).

Anda mungkin juga menyukai