Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EFEK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP


PERILAKU BERPACARAN PADA
REMAJA

DISUSUN OLEH

NAMA: SITI NADILLA

KELAS: XII IPS 2

SMAN 1 SANGKULIRANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Efek perubahan sosial terhadap perilaku berpacaran pada remaja”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca.

Sangkulirang, 04 April, 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................5
1.2 Dasar Teori...............................................................................................................6
A. Tentang Persepsi....................................................................................................6
B. Tentang Perilaku Sosial..........................................................................................6
C. Tentang Pacaran.....................................................................................................7
D. Tentang Remaja.....................................................................................................8
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................9
1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................................9
BAB II................................................................................................................................10
METODE PENELITIAN.......................................................................................................10
2.1 Spesifikasi Penelitian..............................................................................................10
2.2 Hasil Penelitian.......................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................13
PEMBAHASAN..................................................................................................................13
3.1 Perubahan Sosial Serta Faktor Penyebabnya.........................................................13
3.2 Faktor Perubahan Sosial Yang Menyebabkan Remaja Berpacaran.........................16
1. Globalisasi............................................................................................................16
2. Adanya pengaruh teman......................................................................................16
3. Pengaruh Lingkungan...........................................................................................16
3.3 Dampak Pacaran Di Usia Remaja............................................................................17
1.      Dampak Positif.................................................................................................17
2.      Dampak Negatif...............................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................19
4.2 Saran..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, masyarakat banyak mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang juga telah merubah
nilai-nilai, norma-norma dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga
kuat oleh sistem keluarga dan budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada telah
mengalami pengikisan nilai budaya. Unsur budaya barat yang memiliki
kecenderungan kebebasan dalam pergaulan pada remaja dengan lawan jenisnya
kini mulai merambah masuk dan melebur ke dalam budaya timur yang memiliki
batasan batasan dalam pergaulan dengan lawan jenisnya. Remaja merupakan
sosok individu yang berada pada masa transisi antara masa kanak-kanak menuju
dewasa. Remaja dapat dikatakan matang secara seksual namun secara emosional
belum stabil dan dapat dengan mudah terombang-ambing oleh berbagai macam
hal mulai dari mencari jati diri dan bersosialisasi (Willopo, 2009:18).

Remaja mengalami suatu perubahan dalam perkembangan sosialnya,


menjalin hubungan dengan orang lain, seperti berteman, bersahabat, pacaran,
yang merupakan perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. A.H. Maslow mengungkapkan bahwa manusia
memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologis seperti makan, minum,
tempat tinggal termasuk kebutuhan untuk mencintai serta memberi dan
menerima perhatian (Al-Adawiyah, 2004:74). Dari kebutuhan tersebut, manusia
membutuhkan orang lain untuk membantu memenuhinya apalagi remaja. Dalam
memenuhi kebutuhan tersebut, remaja mengembangkan hubungan sosialnya
dengan lingkungan tidak terkecuali dengan lawan jenisnya. Remaja membentuk
suatu hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis sebagai bentuk
perkembangan minat terhadap lawan jenisnya yang lebih dikenal dengan istilah
pacaran dalam masyarakat. Biasanya pacaran dimulai dari rasa saling tertarik
dan sayang antara dua manusia (Ma’shum & Wahyurini, 2004:15)
Dari ketertarikan tersebut, kemudian diambil keputusan untuk
mengikatkan rasa secara resmi (persetujuan untuk mejadi pasangan kekasih)
diantara pasangan tersebut atas nama pacaran. Pada dasawarsa terakhir ini,
Hampir dari sebagian besar remaja telah memiliki pacar dan kebanyakan dari
mereka telah 3 memiliki pengalaman pacaran sejak masih berusia dini. BKKBN
dalam Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) pada tahun 2012, dari
seluruh usia yang di survei yakni dari usia 10-24 tahun sebanyak 1.000 remaja,
85% diantaranya mengaku sudah pernah berpacaran dan sisanya mengaku belum
pernah pacaran sama sekali. Dalam survei tersebut, terungkap bahwa umur
berpacaran untuk pertama kali adalah 15-17 tahun.

1.2 Dasar Teori


A. Tentang Persepsi

Dalam ilmu psikologi, persepsi merupakan proses pengorganisasian,


penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu (Bimo Walgito, 2010: 70). Respon sebagai akibat dari
persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam. Persepsi yang
dihasilkan oleh individu sangat subjektif karena dipengaruhi oleh perasaan,
nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu.

Dalam persepsi, stimulus individu adalah sama, tetapi karena


pengalamannya tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kemampuan
berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil
persepsi antara individu satu dengan individu lain tidak sama (Davidoff dalam
Bimo Walgito, 2010:46). Persepsi seseorang berkaitan dengan pengalaman,
kemampuan maupun daya persepsi yang diterimanya.

B. Tentang Perilaku Sosial

Perilaku sosial merupakan perilaku yang tumbuh dari orang-orang yang


ada pada masa kecilnya mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan
inklusinya (Sarlito, 2000:25). perilaku sosial merupakan suatu hal yang
digunakan untuk menjelaskan tingkah laku kebiasaan yang ditunjukkan individu
dalam masyarakat (m.wisegeek.or/what-is-social-behavior.ht). Ada empat
kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang yaitu, perilaku
dan karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor lingkungan dan latar budaya
(Baron dan Byrne, 2004:23). Empat kategori tersebut yang menciptakan bentuk
perilaku sosial individu. Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola
respon antar pribadi, yaitu kecenderungan perilaku peran, kecenderungan
perilaku dalam hubungan sosial, dan kecenderungan perilaku ekspresif. Berbagai
bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter
atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan
orang lain.

C. Tentang Pacaran

Menurut Robert J Havighurst, pacaran adalah hubungan antara laki-laki


dan perempuan yang diwarnai dengan keintiman dimana keduanya terlibat
dalam perasaan cinta dan saling mengakui sebagai pacar serta dapat memenuhi
kebutuhan dari kekurangan pasangannya. Kebutuhan itu meliputi empati, saling
mengerti dan menghargai antarpribadi, berbagi rasa, saling percaya dan setia
dalam rangka memilih pasangan hidup ( Widianti, 2006:88 ). Pacaran menjadi
suatu relasi heteroseksual dimana kedua belah pihak yang menjalin hubungan
tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain.

Dalam sebuah relasi pacaran, diperlukan adanya komponen yang harus


diterapkan untuk menjaga kelanggengan hubungan tersebut. Empat komponen
tersebut menurut Karsner (2001) yaitu, saling percaya (trust each other),
komunikasi (communicate your self), keintiman (keep the romance alive), dan
meningkatkan komitmen (increase commitment) (Purba & Rodiatul, 2006: 50).
Komponen dalam dalam pacaran ini mempengaruhi kualitas hubungan pacaran
yang dijalani. Ada banyak alasan yang sebenarnya mendasari individu untuk
berpacaran. Adapun alasan remaja berpacaran antara lain untuk bersantai-santai,
bersenangsenang (having fun) dan menikmati diri mereka (Degenova & Rice,
2005:146), proses sosialisasi (socialisation process), untuk menjalin keakraban
dengan lawan jenis dan eksperimen serta penggalian hal-hal seksual, berpacaran
dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan (Santrock, 2003:
239). Disisi lain, tekanan sosial dan penghindaran dari kritik sosial juga menjadi
alasan orang berpacaran.

Dari uraian diatas terkait pacaran (dating), dapat dilihat bahwa inti pokok
dari pacaran (dating) ialah suatu keadaan yang telah direncanakan dan meliputi
berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum
muda yang belum menikah dan berlainan jenis). Aktivitas yang terjadi diantara
keduanya tidak terlepas dari proses sosial yang mengharuskan seseorang terlibat
dalam suatu interaksi sosial. Serangkaian aktivitas bersama tersebut juga
diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta
adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan
tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain
sebagai pertimbangan sebelum menikah.

D. Tentang Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju


masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi
konflik pada diri seseorang. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan penting
baik fisik maupun psikis. Masa ini menuntut kesabaran dan pengertian yang luar
biasa dari orang tua (Sarwono, 2011:23). Masa remaja adalah suatu
perkembangan yang ditandai adanya proses perubahan kesadaran individu
(Chasiyah, 2009:11). Kondisi fisik dan psikis remaja yang demikian, menjadikan
keadaan remaja sangat labil. Masa remaja dapat bermula pada usia sekitar 10
tahun (Rusmini, 2004:11). Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa
batasan usia remaja tidak ditentukan dengan jelas, tapi kira-kira berawal dari
usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap
(Soetjiningsih, 2004:20).
Dalam buku Perkembangan Peserta Didik dijelaskan bahwa
perkembangan pada remaja antara lain, perkembangan fisik remaja,
perkembangan kognitif, perkembangan emosi dan perkembangan sosial. Dalam
proses perkembangan remaja tersebut, remaja mengalami keterlibatan interaksi
dengan banyak orang dan lingkungan serta dengan lawan jenisnya. Dari interaksi
inilah, biasanya remaja muncul rasa ketertarikan dengan lawan jenisnya.
Kemudian rasa ketertarikan tersebut dimunculkan dalam sebuah hubungan yang
disebut dengan pacaran.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah perubahan sosial ini menyebabkan hal negative?

2. Bagaimana upaya mengatasi perubahan sosial tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui dan mengkaji apakah pacarana termasuk perubahan sosial


berdampak negative;

2. Ingin mengetahui dan mengkaji faktor apakah yang menyebabkan terjadinya


perubahan sosial yaitu pacaran pada remaja;
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Spesifikasi Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didefinisikan
sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2011:6). Para peneliti studi kualitatif
mencoba untuk memahami tau menafsirkan fenomena dari segi makna orang
yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel penelitian yaitu
beberapa siswa dan siswi SMAN 1 Sangkulirang yang berasal dari jurusan kelas
yang berbeda serta siswa-siswi yang saat ini sedang menjalani hubungan
berpacaran dan yang belum pernah berpacaran sama sekali yang diambil dari
populasi keseluruhan siswa kelas X-XII jurusan IPA dan IPS baik yang berjenis
kelamin laki-laki maupun perempuan. Penelitian dilakukan di sekitar lingkungan
SMAN 1 Sangkulirang pada waktu istirahat sekolah dan di luar jam sekolah
yaitu pada jam pulang sekolah atau di luar lingkungan sekolah.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara.


Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in dept
interviewing) yaitu peneliti menggali secara mendalam tentang fokus masalah
yang diteliti sehingga dapat menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu
konteks mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, kelompok/organisasi, minat,
motivasi, persepsi dan sebagainya (Basuki Haryono, 2008: 47). Wawancara
menjadi metode utama dalam penelitian kualitatif karena sebagian besar data
diperoleh dari wawancara.

2.2 Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian, dapat dikaji menggunakan menggunakan kajian
teori sosial dan psikologi. Beberapa teori tersebut yakni fenomena pacaran yang
ada pada remaja sebagai proses perkembangan digunakan teori psikoanalisis
Sigmud Freud, sementara untuk perilaku sosial yang ada dalam pacaran
digunakan teori struktural fungsional Talcott Parsons dan yang terakhir
mengenai persepsi digunakan teori persepsi dalam psikologi untuk menganalisis
respon individu terhadap fenomena sosial. Teori Psikoanalisis Sigmud Freud
mengkaji pacaran dari sudut pandang perkembangan kepribadian remaja dan
psikoseksual. Dalam psikoanalisis Freud menjelaskan bahwa kepribadian
manusia tersusun secara struktural terdiri dari Id, Ego dan Superego dan teori
psikoseksual yang menjelaskan bahwa produk dari hormon seksual tersebut
menstimulasi perkembangan heteroseksual serta dorongan dari libido seks yang
kuat sehingga energi dalam Id individu ditujukan untuk mencapai kebutuhan
biologisnya.

Pacaran yang terjadi pada remaja khususnya siswa SMAN 1


Sangkulirang merupakan bagian dari proses perkembangan remaja, baik
perkembangan psikis, biologis maupun sosial. Dan dalam masa proses
perkembangan remaja tersebut, Id, Ego dan Superego sangat berpengaruh
terhadap perilaku sosial remaja dalam berpacaran. Ketertarikan yang muncul
atas perasaan saling suka yang menyebabkan remaja berpacaran. Ketiga struktur
kepribadian tersebut juga mendorong individu untuk mengekspresikan perilaku-
perilaku dalam pacaran khususnya dalam konteks ini ialah perilaku sosialnya.

Dalam sebuah hubungan pacaran, perilaku sosial yang terjadi akibat dari
dorongan ketiga struktur kepribadian tersebut yakni adanya kecenderungan
hubungan sosial siswa yang berpacaran dengan lingkungannya yang ditunjukkan
melalui kehati-hatian mereka dalam melakukan aktivitas berpacaran karena
adanya larangan berpacaran pada lingkungannya dan disini Ego telah mampu
mengendalikan bila mereka selalu berhati-hati. Sementara Superego berperan
dalam mempertahankan keputusan remaja berpacaran yang dianggap benar
meskipun itu belum tentu benar menurut lingkungannya. Selanjutnya teori
struktural fungsional Talcott Parson untuk menganalisis perilaku sosial dalam
relasi pacaran yang merupakan suatu bentuk refleksi dari teori struktural
fungsional ini.
Teori structural fungsional lebih dispesifikasikan dengan menggunakan
paradigma AGIL(adaptation, goal attainment, integration, latency) untuk
mencapai suatu keteraturan. Dari teori tersebut dapat dilihat bahwa perilaku
sosial dalam pacaran merupakan suatu refleksi dari teori struktural fungsional
dimana dalam relasi pacaran yang dijalani oleh siswa SMAN 1 Sangkulirang
terdapat adaptasi dengan lingkungan, pencapaian tujuan, pengaturan hubungan,
dan pemeliharaan hubungan sosialnya. Namun tidak semuanya dapat berjalan
dengan seimbang sehingga belum tercipta keteraturan. Hal tersebut terbukti
dengan masih banyaknya siswa yang tidak mampu menjaga perilakunya sesuai
dengan peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan sanksi berupa panggilan
dari pihak sekolah untuk mendapatkan bimbingan karena ketahuan berpacaran.

Adapun teori persepsi dalam psikologi digunakan untuk mengkaji cara


pandang atau persepsi terkait dengan perilaku sosial dalam pacaran dari siswa
SMAN 1 Sangkulirang. Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai hasil kerja
otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya. Persepsi
merupakan cara pandang individu dalam merespon suatu objek yang dilihat oleh
panca inderanya. Persepsi seseorang khususnya remaja tentang perilaku sosial
dalam pacaran adalah bermacam-macam. Dari bermacam-macam persepsi
remaja tentang pacaran tersebut tentunya setiap orang mempunyai pandangannya
masingmasing dimana pandangannya bisa berbedabeda. Persepsi remaja
mengenai perilaku sosial dalam pacaran diantaranya adalah ada siswa yang
memadang pacaran dari sisi positif dan ada pula yang memandang dari sisi
negatif. Persepsi yang muncul tersebut berkaitan dengan pengalaman,
kemampuan maupun daya persepsi yang diterimanya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perubahan Sosial Serta Faktor Penyebabnya


Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia,
mempengaruhi hubungan sosial manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Ada perubahan yang berdampak positif, adapula yang berdampak negatif. Ketika
perubahan terjadi dan masyarakat siap untuk menerimanya, maka perubahan itu
akan memajukan kehidupan atau membawa kesejahteraan pengikutnya,
sebaliknya ketika perubahan terjadi tidak diimbangi dengan kesiapan menerima
perubahan itu sendiri, akan berdampak pada timbulnya pertentangan, konflik dan
hilangnya integritas atau kesatuan sosial. Salah satunya manusia menjadi
individualis. Jika dahulu untuk menjaga hubungan kekeluargaan dan
persaudaraan, manusia akan saling bertegur sapa bahkan saling berkunjung
rumah, namun dengan adanya kemajuan teknologi informasi manusia lebih
mementingkan berkomunikasi melalui handphone daripada bertatap muka dengan
alasan lebih menghemat waktu dan biaya perjalanan.

Begitu pula dengan perubahan yang terjadi dalam hubungan pacarana


diremaja.. Penulis melihat bahwa perubahan yang terjadi dalam globalisasi telah
merubah pola-pola perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat. Karena itu,
dalam bab ini penulis akan memaparkan pengertian perubahan sosial menurut
beberapa ahli serta faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku berpacaran pada
remaja

1. Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan sosial yang tak bisa


dihindari oleh setiap individu maupun kelompok masyarakat. Terjadinya
perubahan sosial merupakan gejala wajar yang muncul sebagai akibat dari proses
interaksi manusia di dalam dan dari masyarakat. Perubahan sosial sebagai suatu
proses perubahan bentuk yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan
masyarakat. Proses tersebut berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia, baik
itu dalam lingkup lokal maupun global. Perubahan sosial tersebut dapat terjadi
karena pada dasarnya masyarakat itu tidak bersifat statis melainkan dinamis dan
heterogen.

Perubahan sosial juga dapat terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-
unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, kebudayaan, dan perubahan-perubahan
tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
dinamis. Jacobus Ranjabar dalam bukunya “Perubahan Sosial dalam Teori
Makro” mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang menyangkut
kehidupan manusia, perubahan tersebut dapat mencakup nilai-nilai sosial, norma-
norma sosial, pola perilaku, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. Willbert Moore mendefinisikan
perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang
dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial.
Lebih lanjut Moore mengatakan bahwa perubahan sosial bukanlah suatu gejala
masyarakat modern tetapi sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup
manusia, di mana perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial.

Selanjutnya dalam pengertian struktur sosial dimasukan pula ekspresi seperti


norma, nilai dan fenomena kultural. Sehingga dengan demikian pengertian
perubahan sosial bisa pula mencakup di dalamnya pengertian perubahan kultural.
Harper (1989) dalam bukunya “ Exploring Social Change “, juga mengartikan
perubahan sosial sebagai perubahan penting dalam struktur sosial, di mana Harper
mengartikan struktur sosial sebagai satu jaringan relasi sosial yang bersifat tetap
di mana di dalamnya terjadi interaksi rutin dan berulang. Gillin dan Gillin
mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material. Komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya
difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyrakat , Sedangkan Selo
Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial meliputi segala perubahan pada
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamanya nilai-
nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Prinsip-prinsip sosial yang berlaku dalam masyarakat, sudah pasti akan berkaitan
dengan cara bagaimana mereka saling berhubungan. secara tradisional, setiap
masyarakat pasti memiliki sistem kekerabatan. Kekerabatan merupakan
organisator yang kuat dari interaksi manusia. Ada tiga model kekerabatan yang
biasanya berkembang dalam masyarakat, yakni Consanguineal, affinal, dan
fictive. Consanguineal merupakan kekerabatan yang dihasilakn karena kelahiran.
Kekerabatan Affinal ada karena dilatarai oleh hubungan pernikahan, dan
kekerabatan fictive tercipta dari proses atau praktek adopsi. Dalam hubungannya
dengan masalah perubahan sosial, Harper (1989) memberikan beberapa
tipologinya, yaitu:

1. Adanya perubahan dalam personal di dalam struktur yang ada, yaitu dengan
hadirnya orangorang baru dan atau hilangnya orang-orang lama dalam
struktur yang ada. Ini dalam pengertian bahwa keluar atau masuknya elemen-
elemen anggota dari suatu struktur sosial akan mendorong terjadinya suatu
perubahan sosial. Dalam konteks yang luas, misalnya suatu komunitas atau
masyarakat, bila komposisi penduduknya berubah maka struktur sosialnya
akan berubah.
2. Adanya perubahan relasi dalam struktur sosial. Dalam hal ini termasuk
misalnya perubahan dalam struktur kekuasaan, otoritas, dan komunikasi
dalam struktur sosial yang ada.
3. Adanya perubahan fungsi dalam struktur, yaitu menyangkut apa yang harus
dilakukan dan bagaimana masyarakat tersebut melakukannya.
4. Adanya perubahan dalam hubungan antara struktur-struktur yang berbeda. Ini
menyangkut antara struktur sosial tertentu dengan struktur sosial lainnya di
luar struktur yang disebutkan pertama.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan perubahan sosial adalah


perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola
interaksi sosial di dalam suatu masyarakat yang dapat bersifat membangun
karakter manusia menuju proses yang lebih baik atau malah sebaliknya. Dari
definisi-defini di atas juga, memperlihatkan bahwa perubahan sosial mengandung
dua konsep dasar yang saling berkaitan yaitu dinamika sosial dan struktur sosial.
Yang dimaksud dengan dinamika sosial itu mencakup semua hal yang berubah
dari waktu ke waktu yang mendorong manusia untuk mencapai tahap
keseimbangan baru dan lebih lengkap atau lebih tinggi dari sebelumnya.
Sedangkan struktur sosial mengarah pada hierarki masyarakat yang berdasarkan
tingkatan perkembangan dari suatu masa ke masa yang berikutnya

3.2 Faktor Perubahan Sosial Yang Menyebabkan Remaja Berpacaran


1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. 
Globalisasi yang paling mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi
akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan
untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia
seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga
mendorong para remaja untuk berpacaran di usia remaja.ya.

2. Adanya pengaruh teman


Di kalangan remaja, memiliki banyak teman merupakan salah satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak teman, makin tinggi nilai mereka di mata teman-
temannya.

Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan
kekecawaan. Sebab teman dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya
hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha
mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan
besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

 3. Pengaruh Lingkungan


Selain teman, bisa jadi para remaja mencontoh orang orang dewasa yang
ada disekitar mereka. Itu menyebabkan keinginan untuk mengikuti menjadi lebih
besar. Ada banyak kasus remaja berpacaran karna lingkungan sekitarnya banyak
sekali yang berlaku seperti itu. Itu sebabnya orang orang dewasa juga harus
memberikan pemahaman bahwa pacarana itu tidak seharusnya dilakukan
4. Menurunnya Norma Agama
Semakin hari norma norma semakin diabaikan, Banyak terjadi normalisasi
terhadap hal hal yang seharusnya tidak dinormalisasikan, termasuk pacaran.
Beberapa agama dengan keras melarang pacaran namun ada saja perkembangan
zaman yang membuat orang orang menganggap hal itu biasa saja. Seharusnya
norma norma dimasyarakat mulai dipulihkan agar tidak menganggap hal seperti
berpacaran itu wajar.

3.3 Dampak Pacaran Di Usia Remaja


1.      Dampak Positif
A. Belajar bersosialisasi dan Mempelajari karakteristik seseorang
Saat berpacaran tentu saja kita harus memahami pasangan kita, dari situ
kita akan belajar karakteristik orang lain. Kita juga pastinya akan terus
bersosialisasi dengan pasangan. Namun ada banyak cara lain untuk bisa
memahami dan bersosialisasi tidak harus dengan berpacaran, apalagi lebih banyak
dampak negative yang dirasakan ketimbang dampak positif.
2.      Dampak Negatif
a.       Kekerasan fisik
Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh.
Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik
pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari
pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak.
Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si anak
sebagai bentuk perhatian.

b.      Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam
pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu
sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika
seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya,
seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di
suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk
mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian
menjadikannya korban kekerasan seksual.
c.       Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami
sakit kepala, perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding
rekan seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang, yang mengenal cinta
lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman
dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih
tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan
pasangannya.
d.      Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang
lebih besar untuk melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan
terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut
The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-
24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
PMS.
e.       Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah  mengakhiri hubungan dengan pacarnya
sehingga emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus
memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-
tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga
dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f.       Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban
untuk pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk
membelikan hadiah untuk pacarnya.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Simpulan dari penelitian adalah maraknya remaja yang berpacaran bisa
jadi karena adanya perubahan sosial yang menyebabkan perubahan ligkungan
sekitar. Apalagi diera digital, kemudahan mengakses informasi dan
perkembangan zaman menjadi salah satu alasan mengapa remaja mudah
terbawa arus mengikuti apa yang mereka lihat dimedia sosial. Hal ini
menunjukan fenomena perubahan sosial yang dilatar belakangi kemajuan
teknologi dan westernisasi. Dampak negative yang ditimbulkan lebih banyak
daripada dampak positif, Selain itu dampak positif yang ditimbulkan bisa dicari
dengan cara lain tidak harus dengan berpacaran.

4.2 Saran
Saran dari penulis adalah sebaiknya kita menjauhi yang namanya
berpacaran. Ada banyak cara lain untuk mendapatkan teman bicara, teman
curhat dan sebagainya tidak harus dengan berpacaran. Selain dampak negative,
dalam agamapun hal tersebut dilarang. Kita harus bisa menahan diri agar tidak
terikut perubahan sosial yang mengakibatkan dampak buruk. Kita juga harus
lebih waspada terhadap perubahan sosial jangan hanya mengikuti namun juga
mengeliminasi apa yang buruk bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
______ (2014). wiseGEEK: What Is Social Behavior?. Social Behaviour, 3,
Artikel 001a. Diperoleh pada tanggal 18 Februari 2014 dari
(m.wisegeek.org/what-is-socialbehavior.htm)

Baron, R. A & Byrne. D. (2004). Psikologi Sosial. edisi ke-10 jilid1. Jakarta:
Erlangga

Basuki Haryono. (2008). Buku Ajar Metodologi Penelitian Kualitatif.


Surakarta: Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS.

Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Chasiyah, dkk. (2009). Perkembangan Peserta Didik.. Surakarta: Yuma


Pustaka & Learing Resources Center FKIP-UNS.

DeGenova, Mary.K., & Rice, Philip.F. (2005). Intimate Relationships,


Marriages, and Families (6th ed.). England Phsycology Research Journal.
Diperoleh pada tanggal 12 Januari 2014 dari eprints.uny.ac.id/.../bab%202%20-
%20NIM.%200810.

Dian Widianti. (2006). Ensiklopedi Cinta. Bandung: Mizan Media Utama

Hasbi Ibnu. (2010). Sex Atas Nama Cinta (Perilaku Seksual Remaja SMU di
Surakarta). Diperoleh pada tanggal 12 Januari 2014 dari
(http://ibnhasbie.wordpress.com/2010 /06/27/sex-atas-namacintaperilaku
seksual-remaja-smu-di-surakarta/)

Lexy J. Moelong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakary

Anda mungkin juga menyukai