Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhamad Fahrul Hidayat

NIM : 21070118
Kelas : Komunikasi Persuasif 13F3

Body Shaming
Body shaming adalah tindakan mencela dan mempermalukan seseorang
dengan membuat ejekan atau perundungan tentang penampilan fisik seseorang.
Mulai dari bentuk tubuh, warna kulit, berat badan, wajah, model rambut, dan
lainnya yang berhubungan dengan fisik seseorang. Body shaming tidak hanya
dapat dilakukan orang-orang dekat kita, akan tetapi dapat dilakukan juga melalui
komentar negatif yang diberikan pelaku atau netizen melalui media sosial.
Inspirasi pembuatan poster tentang body shaming yaitu dari media sosial
Instagram dengan nama akun @_perempuan_. Akun Instagram ini bergerak
dengan tujuan berbagi informasi dengan cara mencegah dan menangani kekerasan
seksual. Akun ini pun sangat peduli tentang pemberdayaan perempuan mengingat
banyaknya kasus body shaming yang sering terjadi pada perempuan di Indonesia
terutama di lingkungan sekitar. Banyak informasi yang dikaji melalui akun
Instagram @_perempuan_ sehingga editor mendapatkan inspirasi membuat poster
body shaming.
Tindakan body shaming ini mungkin dianggap sebagai hal yang wajar dan
sering kali dijadikan bahan candaan bagi sebagian orang. Namun, ada juga yang
memang ditujukan untuk menghina atau merudung seseorang yang fisiknya tidak
memenuhi standar kecantikan. Tanpa memikirkan dampak pada korbannya,
pelaku, sengaja ataupu tidak, mengeluarkan pernyataan-pernyataan kepada korban
yang pastinya akan menyinggung dan menyakiti hati korban, misalnya “Kok
kamu tambah gendut sih”, “Muka kamu menggelap ya sekarang”, “Makan ga sih
kamu itu, kok ga tinggi-tinggi”, “Kamu kurus banget, kekurangan gizi ni.” dan
sebagainya.

Media massa memiliki peran yang cukup penting dalam terciptanya


pandangan terhadap standar tubuh ideal. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki
dan perempuan menggunakan gambar pada media sebagai standar untuk
mengevaluasi bentuk dan ukuran tubuh mereka. Adanya standar tubuh ideal yang
muncul di masyarakat menyebabkan banyak individu mengalami body shaming.
Body shaming dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan
merupakan pribadi sosial sehingga memerlukan interaksi dengan individu lainnya
sehingga tak jarang body shaming dialami perempuan dalam kegiatan sosial
mereka.

Berdasarkan pendapat Blumer dalam teori Interaksionisme simbolik,


Interaksi sosial menghasilkan interpretasi makna pada individu. Sehingga ketika
individu mendapatkan perlakuan seperti komentar atau kritik tentang tubuhnya
maka ia akan mengenterpretasikan komentar tersebut pada dirinya. Apabila
individu tersebut tidak dapat menerima perlakuan body shaming maka akan
memunculkan rasa tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya. Tindakan body
shaming terkadang dilakukan tanpa sadar dalam interaksi sehari- hari, terkadang
dalam interaksi terselip kata-kata yang tertuju kepada perilaku body shaming yang
biasa dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja namun dapat memunculkan
berbagai dampak kepada korbannya seperti hilangnya kepercayaan diri individu
dan menarik diri dari lingkungan sosialnya sehingga berdampak pada hubungan
sosial.

Terdapat beberapa bentuk perlauan body shaming. Bentuk-bentuk body


shaming antara lain yaitu :

a. Fat Shaming (Mengomentari tubuh gemuk/besar)


Fat shaming ini adalah jenis yang paling populer dari body shaming. Fat
shaming adalah komentar negatif terhadap orang-orang yang memiliki badan
gemuk atau plusize.
b. Skinny / Thin Shaming (Mengomentari/mengkritik tubuh kurus)
Skinny atau thin shaming ini adalah kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki
dampak negatif yang sama. Bentuk body shaming ini lebih diarahkan kepada
perempuan, seperti dengan mempermalukan seseorang yang memiliki badan
yang kurus atau terlalu kurus.
c. Rambut Tubuh / Tubuh berbulu
Bentuk body shaming dengan menghina seseorang yang dianggap memiliki
rambut-rambut berlebih ditubuh, seperti di lengan ataupun di kaki. Terlebih
pada perempuan akan dianggap tidak menarik jika memiliki tubuh berbulu.
d. Warna Kulit
Bentuk body shaming dengan mengomentari warna kulit juga banyak terjadi
seperti warna kulit yang terlalu pucat atau terlalu gelap.
e. Face Shaming (Mengomentari/mengkritik wajah)
Face shaming yaitu mengomentari atau menghina kondisi wajah seseorang
seperti mengomentari wajah berjerawat, pipi bulat, atau hidung pesek.

Body shaming juga memberikan dampak negatif terhadap korban yang


mendapatkannya. Dampak dari body shaming yaitu :

a. Kehilangan Kepercayaan Diri


Individu yang menjadi korban body shaming dapat menyebabkan individu
merasa ada yang kurang pada tubuhnya sehingga dapat menyebabkan
hilangnya kepercayaan diri seseorang.
b. Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental
Body shaming dapat menyebabkan anxiety, depresi, dan isolasi sosial.
Penelitian yang dilakukan Evans menjelaskan dampak body shaming adalah
mengalami depresi, mereka merasa tertekan dan stres terhadap lingkungan
sekitar yang dirasa tidak menerima keberadaannya karena bentuk dan ukuran
tubuhnya yang berlebih atau tidak sesuai standar ideal masyarakat.
c. Berupaya Untuk Menjadi Ideal
Body shaming yang diterima seseorang dapat memunculkan perasaan tidak
nyaman terhadap tubunya. Body shaming yang diterima oleh perempuan
dapat menyebabkan perempuan merasa tidak puas terhadap tubuhnya
sendiri sehingga menyebabkan keinginan untuk mengubah bentuk tubuh
agar menjadi ideal.

Body positivity adalah pemahaman bagaimana seseorang belajar


menghargai dan mencintai tubuhnya secara utuh. Menerima setiap bentuk, ukuran,
hingga kemampuan tubuh seiring perubahan usia secara alami tanpa harus
merubah apapun dengan perasaan nyaman. Body positivity adalah tahap
pengembangan rasa kepercayaan diri bahwa diri setiap orang sangatlah berharga
dan pantas untuk dicintai. Perasaan ingin diterima oleh masyarakat sangatlah
wajar dialami oleh korban body shaming, namun jika pandangan individu tersebut
masih bergantung dengan bagaimana penilaian orang lain masih akan sangatlah
sulit untuk berubah belajar bangkit melawan tekanan yang ada terutama untuk
menangani kritik juga penolakanpenolakan orang apatis. Rosenberg (1965)
menemukan remaja dengan harga diri rendah menjadi canggung dalam hubungan
sosial, remaja mempertahankan front pertahanan, terlibat dalam membual dengan
rasa takut akan keterbukaan, remaja tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan cara yang konsisten, dan merasa disalahpahami dan curiga terhadap orang
lain.

Beberapa hal positif yang dapat dilakukan oleh para korban body shaming
untuk meningkatkan harga diri dengan menerapkan konsep self-love atau
mencintai diri sendiri, ketika individu merasa sedih dapat mencoba melakukan
sesuatu yang baik untuk diri sendiri seperti menari, bermain game, bertemu
teman, mendengarkan musik, dll. Korban dapat membuat beberapa list dengan
isian hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh diri sendiri, kemampuan untuk
memelihara diri dengan cara bertukar pikiran dengan diri sendiri dapat membantu
meningkatkan kepercayaan diri.

Anda mungkin juga menyukai