Anda di halaman 1dari 5

STATISTIK

“ BODY SHAMING “
Body shaming adalah istilah yang merujuk pada kegiatan mengkritik dan mengomentari secara
negatif fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain. ... Seringkali kita gak sadar telah
melakukan body shaming atau bahkan bersembunyi di balik candaan dan ejekan karena si
korban yang kesannya baperan.
Body shaming itu cuma istilah lain untuk “mencela orang lain atau dirimu sendiri karena
penampilan fisiknya”. Misalnya, mengejek orang lain karena dia gendut, mencela orang lain
karena bentuk tubuhnya, mencibir seseorang karena warna kulitnya, dan contoh-contoh
lainnya.

Apakah kamu pernah merasa enggak cantik karena kulitmu gelap? Atau merasa enggak
ganteng karena badanmu gemuk?

Body shaming itu berkaitan banget dengan citra tubuh. Citra tubuh adalah anggapanmu
terhadap tubuhmu sendiri. Apakah kamu percaya diri dengan tubuhmu? Apakah kamu
nyaman dengan dirimu sendiri?

Karena kamu manusia, citra tubuh ini pasti terpengaruhi oleh hal-hal yang ada di sekitarmu.
Kalau teman-temanmu terbiasa mem-bully kamu karena badanmu gemuk, biasanya kamu akan
merasa enggak percaya diri dengan badanmu sendiri.

Selain body shaming, ada juga yang namanya fat shaming.

Fat shaming sebenarnya sama saja kayak body shaming. Tapi, fat shaming lebih mengacu ke
celaan atau sindiran yang ditujukan ke orang berbadan gemuk.

Enggak harus berbentuk hinaan.

Kata siapa body shaming itu hanya berbentuk hinaan? Banyak hal-hal kecil yang kita ucapkan
dan lakukan dalam keseharian itu bisa termasuk body shaming. Nanti, kami akan menulis lebih
lanjut soal ini.

Bisa berdampak bahaya.

Bayangin kalau setiap hari semua orang di sekitarmu bilang kulit gelap itu enggak cantik.
Padahal, kulitmu gelap–namanya juga orang Indonesia! Jadi, harus bagaimana?

Tentu, kamu beli kosmetik dan obat yang (katanya) bisa bikin kulitmu lebih putih. Tapi,
bagaimana kalau kamu enggak mampu beli kosmetik dan obat yang harganya ratusan ribu
rupiah itu?

Jadilah kamu membeli kosmetik yang murahan atau hasil oplosan. Hal ini enggak terjadi
sekali-dua kali, lho. Riset dari Chemical Youth tahun 2016 menunjukkan bahwa anak muda
perempuan di berbagai daerah Indonesia cenderung memaksakan diri membeli kosmetik yang
murahan dan bajakan, walaupun kosmetik itu jelas-jelas bahaya.

Alasannya? Karena mereka mau kulitnya putih.

Tapi, mereka tidak mendapat hasil yang diharapkan. Justru, kulit mereka justru iritasi, alergi,
dan rentan penyakit.

Kisah ini menunjukkan bagaimana body shaming bisa berujung pada perilaku yang sebetulnya
enggak sehat dan berbahaya. Dan korbannya enggak cuma perempuan. Banyak orang
mengalami gangguan kesehatan karena diet secara berlebihan, misalnya. Alasannya mirip:
mereka malu dengan tubuhnya sendiri, dan ingin kurus.

Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik atau tubuh diri sendiri
maupun orang lain dengan cara yang negatif. Entah itu mengejek tubuh gendut, kurus, pendek,
atau tinggi, sama seperti saat Anda melakukan bullying secara verbal.

Bukan cuma bikin minder, korban body shaming umumnya akan menarik diri dari keramaian
untuk menenangkan diri. Menurut studi yang dimuat dalam Journal of Behavioral
Medicine tahun 2015, ada banyak perubahan sikap yang akan terjadi, misalnya mudah
tersinggung, pendiam, malas makan, hingga depresi.

Ciri-ciri melakukan body shaming kepada orang lain

Sering kali tidak disadari, berikut ciri-ciri Anda melakukan body shaming adalah:

1. Menganggap tubuhnya paling gemuk, padahal kenyataannya tidak

Anda mungkin secara tidak sadar sering membanding-bandingkan tubuh sendiri dengan orang
lain. Sekurus apa pun wanita, biasanya ia akan selalu merasa paling gemuk di antara teman-
temannya. Padahal, kenyataannya tubuhnya terbilang ideal.

Menurut psikoterapis Karen R. Koenig, M.Ed, LCSW, komentar ini bisa jadi sangat
menyakitkan bagi orang lain. Bila Anda melakukannya, hal ini dapat mempermalukan teman
Anda yang berat badannya berlebih, lho!

2. Menyuruh orang lain untuk olahraga

“Sudah coba olahraga zumba belum? Cobain, deh. Bisa bikin cepat kurus, lho!” Pernah
mengatakan hal ini pada orang lain? Jika iya, berarti Anda baru saja mengejek fisik orang lain
alias melakukan body shaming.

Anda mungkin mengira bahwa Anda hanya sekadar memberikan informasi penting yang patut
dicoba oleh orang lain. Padahal, bisa jadi teman Anda malah tersinggung dan menganggap
Anda menyuruhnya olahraga karena tubuhnya gemuk.
3. Senang membandingkan tubuh orang lain

Salah satu ciri Anda melakukan body shaming adalah menganggap tubuh sendiri paling ideal
di antara teman-teman Anda. Eits, ini bukan berarti baik karena rasa percaya diri Anda sedang
meningkat, tapi justru tanda body shaming yang harus dihindari.

Secara tidak sadar, Anda sedang membandingkan tubuh diri sendiri dengan teman lain yang
bertubuh gemuk atau kurus daripada Anda. Apalagi sampai menganggap diri Anda telah sukses
menjalani hidup sehat, sedangkan yang lain tidak.

4. Mengomentari makanan orang lain

“Kamu kok makan junk food? Junk food bikin gemuk, lho! Ganti sayur saja.”

Bahkan, Anda juga mengatakan bahwa makanan tersebut mengandung tinggi kalori dan lemak
yang bisa membuat berat badannya naik. Apalagi kalau Anda sampai menyuruhnya diet, hati-
hati Anda baru saja melakukan body shaming terhadap teman Anda.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Body Shaming Mengarah pada Depresi

“ADUH, kamu kok gendut banget sih”, “dasar hitam!” “lihat tuh muka, isinya jerawat doang
sampai enggak ada tempat lagi,” “woi pendek!” kalimat-kalimat tersebut sering sekali kita
dengar. Seolah mengasosiasikan seseorang dengan kelemahan fisiknya dianggap sebagai
sesuatu yang lucu dan dapat diterima. Hal semacam itu dikenal dengan istilah body shaming.

Body shaming adalah sikap atau perilaku negatif terhadap penampilan fisik seseorang.
Termasuk menyinggung berat badan, warna kulit, tinggi badan dan lain-lain. Contoh body
shaming antara lain mengejek orang lain karena bertubuh gemuk, mencela orang karena
hidungnya tidak mancung, menghina orang karena warna kulit dan lain sebagainya.

Penyebab utama body shaming yakni karena persepsi tertentu terhadap fisik atau penampilan
seseorang. Misalnya, yang dianggap ideal dan sempurna adalah yang berkulit putih, rambut
panjang dan berhidung mancung. Jika ada seseorang yang memiliki citra diri yang berbeda
dengan konsep sempurna, maka akan dianggap lelucon dan menjadi target celaan.

Sejumlah faktor mendorong seseorang melakukan body shaming kepada orang lain. Faktor
tersebut antara lain pelaku senang karena saat melakukan body shaming orang lain akan ikut
tertawa. Timbulnya perasaan senang ketika melihat orang lain susah atau sedih. Body shaming
bisa terjadi karena motif balas dendam. Bukan tidak mungkin pelaku body shaming pernah
mendapat perlakuan serupa di masa lalunya.

Ketika mereka menganggap kondisinya mulai diterima lingkungan, mereka cenderung


melakukan hal serupa kepada orang lain. Ia akan kembali melakukan body shaming kepada
pihak lain. Psikolog Rena Masri mengungkapkan jika pelaku body shaming melakukan hal
tersebut karena ingin meluapkan kemarahannya di masa lalu.

“Body shaming mirip dengan bullying di sekolah. Awalnya dia korban, akhirnya menjadi
pelaku,” tutur Rena.
Berbeda dengan bullying yang biasa dilakukan oleh peer group, body shaming bisa dilakukan
oleh orang yang lebih tua kepada lebih muda. Tak jarang, body shaming dilakukan oleh orang
tua korban.

“Sebagian orang tua juga mungkin secara tidak sadar melakukan body shaming terhadap
anaknya. Misalnya dengan bilang kamu kok hitam banget sih nak, kumal atau haduh kamu
gendut sih jadi susah cari baju buat kamu,” papar Rena.

Bisa jadi karena terbiasa mendapat body shaming di lingkungannya, anak berpikir bahwa hal
tersebut dapat diterima. Mereka akan cenderung menerima apa yang dilihat di lingkungan
sekitar. Sehingga tidak menutup kemungkinan anak akan menjadi pelaku body shaming
terhadap orang lain.

Body shaming dapat terjadi apabila pelaku merasa tiodak nyaman dengan bentuk tubuhnya
sendiri. “Mereka yang merasa dirinya tidak sempurna akan senang jika ada orang lain yang
juga memiliki kekurangan sehinga ia melakukan body shaming,”jelas Rena.

Meski terkesan sepele, body shaming dapat menyebabkan citra diri mejadi negatif. Tanpa
disadari korban body shaming merasa diri mereka tidak berharga. Celakanya dapat mengarah
pada stres dan depresi. Orang yang menjadi korban body shaming cenderung melakukan
berbagai cara agar bisa diterima. “Tuntutan ingin diterima membuat korban mengalami
gangguan bulimia ataupun anorexia nervosa,” tambahnya.

Demi meminimalisir perlakuan body shaming, orang tua harus berperan. Ajarkan pada anak
bahwa setiap orang menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jika kita yang menjadi korban body shaming, katakan bahwa kita nyaman dengan kekurangan
tubuh kita dan itu bukanlah menjadi masalah besar.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan ketika kita mengalami body-shaming:

1. Memilih dengan bijak ruang sosial media yang kita ikuti.

Ketika seseorang mengalami body-shaming, ia akan cenderung mem’follow’ akun-akun sosial


media yang berhubungan dengan “penurunan berat badan”, “mendapatkan tubuh langsing dan
ideal”, atau “membuat kulit terlihat cerah”. Usaha-usaha tersebut bukanlah sesuatu yang
negatif, namun apabila kita ingin belajar untuk menerima diri sendiri maka kita perlu melihat
suatu hal dengan cara yang lebih positif. Salah satu cara untuk memotivasi diri agar bisa
menerima diri sendiri adalah dengan mengikuti akun-akun media sosial yang mendorong kita
untuk memiliki pandangan yang lebih positif pada diri kita sendiri.

2. Belajar untuk mencintai diri sendiri

Ketika kita berolahraga atau melakukan diet, kita cenderung berpikir bahwa semua ini kita
lakukan agar kita terlihat lebih cantik, lebih tampan, lebih menarik dan sebagainya. Ada
baiknya kita mulai menumbuhkan mindset untuk menerima dan mencintai diri kita. Selalu
tanamkan bahwa “Aku berolahraga dan makan makanan yang bergizi karena aku peduli dengan
kesehatan diriku sendiri”. Dengan begitu, kita akan lebih bersyukur, menerima, dan mencintai
diri.

3. Ekspresikan apa yang kita rasakan

Ketika kita mendapatkan body-shaming dari orang lain kita cenderung mengabaikannya,
meskipun mungkin sebenarnya kita merasa sakit hati. Dalam hal ini kita bisa mencoba untuk
“speak up”. Ceritakan secara personal terhadap pelaku tentang apa yang kita rasakan ketika ia
mengomentari tubuh kita. Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi diri kita namun kita
juga berkontribusi untuk menyuarakan bahwa “Body shaming is not OK”.

4. Keluarlah dari “tempat persembunyian”

Saat kita mengalami body-shaming seringkali kita merasa jelek, tidak cantik, bahkan kita
berasumsi orang-orang akan membicarakan bentuk tubuh dan mengejek kita, sehingga kita
memilih untuk “bersembunyi”. Dalam hal ini kita bisa mendorong diri kita untuk melangkah
ke luar dari zona nyaman dan berada di tengah-tengah orang di sekitar kita. Apa yang kita
pikirkan belum tentu terjadi, sehingga kita perlu mencoba dan melihat bagaimana reaksi orang-
orang di sekitar dengan kehadiran kita. Ingatlah selalu bahwa sikap, perilaku, dan kepribadian
kitalah yang memiliki peranan penting dalam impresi orang lain terhadap kita.

5. Temukan sisi positif dari dirimu

Ketika ditanya mengenai apa kelebihan dan kelemahanmu, kita cenderung memberikan lebih
banyak daftar kelemahan daripada kelebihan yang kita miliki. Cara paling sederhana agar kita
lebih bisa berpikir lebih positif tentang diri kita adalah dengan menuliskan apa saja kelebihan
yang kita miliki. Setiap malam tuliskan pada selembar kertas 3 hal yang kita sukai tentang diri
kita. Ketika kita bangun di pagi hari, baca kembali apa yang telah kita tuliskan itu. Kemudian,
sebelum tidur tambahkan lagi 3 hal yang kita sukai tentang diri kita. Latihan ini dapat membuat
kita lebih menyadari kelebihan yang kita miliki, sehingga kita merasa lebih bersyukur terhadap
diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai