Anda di halaman 1dari 7

Psikologi Sosial

Essay Argumentatif

Oleh :

Abdullah Fathur Rasyid

11960110773

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau 2020
“Dibalik Korban Body Shaming”

“Gigi kamu kok bisa maju gitu sih!”, “Udah hamil berapa bulan pak?”, “Ke-
PD an kali sih!, coba deh sesekali ngaca!”. Ungkapan-ungkapan seperti ini pasti
sudah sangat lazim terdengar dalam pergaulan sehari-hari apalagi dikalangan kawula
muda saat ini, perilaku ini dikenal dengan istilah Body Shaming. Dalam kamus
Oxford, Body Shaming is the act or practice of humiliating a person based on their
body type by making critical and/or mocking statement about their body type or size.
Jadi intinya, body shaming itu adalah suatu perilaku atau tindakan yang melecehkan
seseorang tentang tipe tubuhnya dengan membuat pernyataan kritik atau ejekan
tentang bentuk atau ukuran tubuh orang tersebut. Dengan begitu body shaming tidak
hanya berbentuk ejekan saja melainkan segala kritik-kritik, serta pertanyaan yang
mengarah ke body shaming juga termasuk kedalam perilaku body shaming.

Body shaming tidak hanya dilakukan oleh orang yang membenci kita atau
hatters terhadap diri kita, kita sendiri pun bisa menjadi body shamers ( sebutan bagi
pelaku body shaming) terhadap diri sendiri. Contohnya ketika kita bercermin dalam
hati kita bergumam, “ih, selama lebaran aku kok gendutan ya?!”, “aku kok jelek kali
ya, kayaknya aku gak bakal menikah karena gak bakal ada yang mau sama aku!”
“coba aja kulit ku putih dan glowing kayak si B, pasti pacar aku ganteng”. Pikiran-
pikiran ini merupakan contoh body shaming terhadap diri sendiri. Salah satu studi
yang berjudul The relationship between Body Shame, Self-Esteem, and Depression
yang dilakukan oleh Irene Teo, dkk pada 2017 mengungkapkan tindakan
mempermalukan diri sendiri secara fisik dipicu oleh rasa malu. Hal ini akibat
seseorang tidak menghargai penampilannya sendiri, hingga muncul penilaian buruk
terhadap diri sendiri.

Di zaman sekarang, hampir semua dari kita mungkin pernah melakukan


perilaku body shaming, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Apalagi
dengan kemajuan teknologi seperti saat ini maka peluang kita untuk melakukan body
shaming semakin besar, dikarenakan semakin banyaknya wadah yang memfasilitasi
kita untuk melakukan hal tersebut, salah satunya adalah social media. Seperti kasus
yang sedang ramai dibincangkan warga net saat ini, yaitu video klip single lagu
“Keke Bukan Boneka” yang dilantunkan oleh satu satu selebritas Youtube Indonesia
yang menjadi trending 1 di youtube selama 3 hari sejak tanggal 29 Mei 2020. Secara
tidak disadari ternyata video ini menjadi motif terjadinya body shaming massal oleh
para warga net khususnya para hatters. Video klip yang sudah tembus 11 juta views
dalam waktu tiga hari saja, kolom komentarnya penuh dengan kritikan negatif yang
ditujukan kepada sang content creator, sampai ada salah satu account yang
mengomentari “11 juta Views. 1 % nonton videonya, 2 % dengerin musiknya, 97 %
menghujat”. Hal ini tentunya berdampak buruk terhadap kondisi psikologis Kekeyi
selaku seleb youtube yang membuatnya. Hal itu ia ceritakan dalam sebuah dialog
bersama Anji yang diupload dalam account youtube @duniamanji dalam percakapan
itu tersebut Kekeyi dihubungi oleh Anji via videocall. Anji menanyakan apa
bagaimana respon Kekeyi setelah membaca komentar-komentar yang ada di videonya
dan Kekeyi pun mengatakan “…aku sadar aku jelek, aku gendut, aku pendek, jujur
memang aku dari sananya udah kayak gitu, tapi dengan aku jelek, aku gendut seperti
ini aku harus bisa berkreasi walaupun mereka jijiklah atau apalah dengan karya aku,
terserah!..”, pernyataan yang dikatakan kekeyi dalam video tersebut menandakan
bahwa kekeyi cukup merasa tertekan atas kritik dan komentar di kolom komentarnya.

Mungkin sebahagian orang menganggap perilaku body shaming bukanlah


suatu hal yang buruk karena tujuannya agar membuat si korban merubah penampilan
fisiknya supaya lebih ideal. Tetapi, kenyataan yang terjadi mereka yang menerima
perilaku body shaming bukannya termotivasi untuk merubah penampilan melainkan
mereka menjadi stress dan depresi akibat perilaku body shaming yang mereka terima.
Dalam essay ini penulis ingin menjelaskan bahwa perilaku body shaming yang sering
kita lakukan itu ternyata sangat berdampak buruk terhadap kondisi psikologis korban
(penerima perilaku body shaming).
Memberikan komentar negatif terhadap bentuk atau ukuran tubuh seseorang
adalah perilaku yang berbahaya karena berpotensi menyebabkan rendahnya self-
esteem. Dalam penelitian yang dilakukan Putri (2019) menemukan bahwa responden
mengalami kecemasan, malu, dan rasa tidak nyaman yang diakibatkan oleh penilaian
orang mengenai tubuhnya. Individu yang memiliki self-esteem yang rendah akan
merasa rendah diri dan tidak dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat dengan
baik (Snyder & Lopez dalam Husna & Rusli, 2019).

Perilaku body shaming juga bisa mengakibatkan gangguan mental, salah


satunya ialah eating disorder atau gangguan pola makan. Sebuah studi yang
dilakukan Chairani (2018) menemukan bahwa adanya hubungan korelasi yang kuat
antara body shaming dan gangguan makan. Satu studi non klinis lintas-seksional
menemukan bahwa malu tubuh adalah prediktor yang lebih kuat terhadap patologi
makan daripada rasa malu umum ( Burney & Irwin, 2000 dalam Chairani,2018).
Kasus-kasus gangguan makan tak jarang berujung maut bagi sang penderita. Crowth
et al. (2009 dalam Chairani, 2018) menggali kasus bunuh diri wanita yang
disebabkan oleh gangguan makan dan melaporkan standar rasio kematian bunuh diri
sebesar 4,68 untuk Anorexia Nervosa (AN), 6,51 untuk Bumilia Nervousa (BN), dan
3,91 untuk Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS).

Hal lain yang membuat saya berargumen bahwa body shaming adalah perilaku
yang sangat berdampak buruk adalah laporan penelitian Irene Teo (2017) dari Health
Psychology Research Group, University of Houston, Texas, Amerika Serikat, yang
menyatakan bahwa perilaku body shaming dapat menyebabkan seseorang menjadi
depresi. “Body shaming dapat menyebabkan rasa malu terhadap bentuk tubuh
sehingga depresi pun meningkat”. Dilansir dari Tribun Jogja (20/10/2019) Ariel
Tatum sempat melakukan percobaan bunuh diri karena depresi akibat body shaming
yang dilakukan oleh teman-temannya. Hal itu membuktikan bahwa dampak negatif
yang disebabkan oleh body shaming sangatlah besar.
Dalam Islam perilaku body shaming sangat dilarang keras karena dapat
menyakiti perasaan orang lain. Body shaming hukumnya haram, terdapat larangannya
dalam Al-Qur’an yaitu dalam QS. Al- Hujurat : 11,

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok


suatu kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-
olok) perempuan yang lain, karena boleh jadi perempaun (yang dilok-olok) lebih baik
dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama
lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa
yang tidak bertaubat mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Serta dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sunan Abu Daud “ Aisyah pernah
membicarakan fisik orang lain dengan sedikit merendahkannya, Rasullah
menegurnya dengan bersabda yang maknanya kurang lebih, “Engkau telah
mengucapkan kalimat yang jika kau masukkan ke Samudera, niscaya keruhlah
seluruh airnya” (Sunan Abu Daud Kitab Al-Adab No. 4875).

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa perilaku body shaming
adalah perilaku yang melanggar norma yaitu norma agama, serta sangat berdampak
buruk dan sangat berbahaya terhadap kesehatan psikologis seseorang, karena dapat
menurunkan self-esteem orang tersebut, membuatnya malu, depresi dan tidak
nyaman. Selain itu perilaku body shaming juga bisa mengakibatkan gangguan mental
pada korban, salah satunya adalah eating disorder atau gangguan makan. Yang tak
jarang gangguan ini berujung maut pada penderitanya. Oleh karena itu, kita harus
menjauhi perilaku body shaming karena sangat berdampak buruk terhadap orang
yang menerimanya. Kita juga harus menghargai hak seseorang atas tubuhnya entah
itu gemuk, kurus, dsb.
DAFTAR PUSTAKA

Ariel Tatum Sempat Melakukan Percobaan Bunuh Diri karena Body Shaming -
Tribun Jogja. Tribun Jogja. (2020). Diakses pada 12 Juni 2020, dari
https://jogja.tribunnews.com/2019/10/20/ariel-tatum-sempat-melakukan-percobaan-
bunuh-diri-karena-body-shaming.

Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta


Analisis. Buletin Psikologi, 26(1), 12-27.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.27084

Husna, R., & Rusli, D. (2019). Pengaruh Body Image Terhadap Self-Esteem Pada
Remaja Fans K-Pop. Jurnal Riset Psikologi, 2019(3). Diakses pada 30 Mei 2020, dari
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+body+imag
e+terhadap+self+esteem+pada+remaja+fans+k+pop&btnG=

Play.google.com. (2020). Diakses pada 3 Juni 2020, dari


https://play.google.com/store/apps/details?id=com.mobisystems.msdict.embedded.wi
reless.oxford.dictionaryofenglish&hl=in

Putri, Y. R., (2019) Fenomena Body Shame Pada Mahasiswi BKI Angkatan 2017
IAIN SURAKARTA. [Skripsi]. Surakarta (ID): Institut Agama Islam Negeri
Surakarta diakses pada tanggal 12 juni 2020, dari https://www.google.com/search?
q=perilaku+body+shaming+menurunkan+self+estee
m+pdf&oq=per&aqs=chrome.1.69i57j35i39j69i59j0l2j69i60j69i61j69i60.2643j0j7&
sourceid=chrome&ie=UTF-8#

Sunnah.com. 2020. Hadith - Book Of General Behavior (Kitab Al-Adab) - Sunan Abi
Dawud - Sunnah.Com - Sayings And Teachings Of Prophet Muhammad Shalallahu
alaihi wasallam. [online] Available at: https://sunnah.com/abudawud/43/121
[Diakses 3 juni 2020].
Teo, I., Philipp, L. M., Naus, M. J., & Chamberlain, L. The Relationship between
Body Shame, Self-Esteem and Depression. Diakses pada tanggal 1 Mei 2020, dari
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=the+relationship+betw
een+body+shame%2C+self-esteem+and+depression&btnG=

Anda mungkin juga menyukai