Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

(Makalah ini kami susun dalam memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I)
Dosen Pengampu: Ibu Ns Renta Sianturi. M, kep. Sp, kep. J.

Disusun Oleh :
Kelompok 1A

1. Adista Fitria Marta (202005003)


2. Adzqya Rizqi N (202005004)
3. Arya Saputra (202005012)
4. Della Putri Ayuanita (202005019)
5. Diana Puspita Sari (202005027)
6. Dina Nopita Wasliyah (202005028)
7. Eka Putri Oktaviana (202005031)
8. Hana najla nazhifah (202005036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BEKASI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan berbagai macam nikmat kepada kami dengan rasa penuh keikhlasan, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
konsep diri. Makalah ini kami susun sebagai syarat dalam memenuhi penugasan kelompok.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata
kuliah Keperawatan Jiwa dengan pembahasan topik “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Konsep Diri”.

Pembahasan yang telah kami susun dalam makalah ini, diharapkan bagi pembaca agar dapat
memahami makalah yang sudah kami susun. Kami sadar bahwasannya dalam penyusunan
makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dari cara penulisan maupun isi dari makalah,
maka dari itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun
agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah penyusunan makalah ini. Semoga tulisan ini bisa memberi informasi dan
bermanfaat bagi para pembacanya, serta kelak dapat membentuk pribadi yang demokratis dan
pemikiran yang kritis.

Bekasi, 17 Mei 2022

Kelompok 1A
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi Konsep Diri


Konsep diri adalah pemahaman tentang diri sendiri sebagai hasil interaksi dengan
orang lain. Konsep diri adalah faktor yang menentukan (menentukan) dalam komunikasi
kita dengan orang lain. Konsep diri adalah bagaimana kita melihat dan merasakan tentang
diri kita sendiri. Persepsi diri ini bisa bersifat psikologis, sosial, dan fisik (Widiarti,
2017).
B. Komponen Konsep Diri dan Contohnya
Terdapat lima komponen dalam konsep diri yaitu citra tubuh, identitas diri, ideal diri,
peran diri dan harga diri (Sari & Suarya, 2018).
a) Citra tubuh
citra tubuh merupakan suatu cara dimana individu dapat mempersepsikan
bagaimana gambaran pada dirinya yang terdiri dari penampilan, ukuran dan
fungsinya. Citra tubuh yang dimiliki seseorang dapat bersifat negative maupun
positif. Seseorang dengan citra tubuh negatif tidak akan memiliki kepuasan akan
bentuk tubuhnya. Seorang yang tidak puas akan merasa tidak nyaman, kurang
percaya diri dan akan mengalami hambatan sosial ataupun pola fikir dan
kecemasan yang tinggi
Contohnya citra tubuh yang negatif yaitu dengan karakteristik remaja tidak
mampu menilai sesuai dengan citra tubuh yang di milikinya sekarang dan tidak
bisa menerima bentuk tubuhnya.
b) identitas diri
identitas diri merupakan suatu penilaian terhadap diri sendiri yang di dalamnya
meliputi tanggapan dengan dirinya sendiri, mengenal jenis kelamin, mampu
menerima diri, dan dapat menguasai dirinya sendiri.
Contohnya berpersepsi bahwa dirinya bukan teman yang baik diantara banyak
temannya. bahwa identitas diri yang yang muncul negatif sesuai dengan
keyakinan yang relatif tidak stabil sepanjang rentang kehidupannya kepada
keluarga yang masih dimilikinya.
c) Ideal diri
ideal diri merupakan presepsi individu dalam menentukan dirinya untuk
bertingkah laku sesuai dengan standart pribadinya seperti cita-cita yang
diinginkannya. Sejalan dengan keinginannya.
Contoh memiliki cita-cita yang tinggi (guru, dokter, polisi, penulis buku, tentara,
ustad, dan pengusaha) dengan harapan meraka lulus dari pondok dengan nilai
yang memuaskan dan akan melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi
untuk dapat menggapai cita-citanya, disisi lain responden merasa bahwa dirinya
sering merasa bahwa capaian dan harapan yang mereka inginkan belum tercapai.
d) Peran diri
Contohnya peran diri negatif. Dengan mengatakan tidak konsisten dalam
memberikan gambaran atau penilaian sesaui peran dirinya. Peran diri yang
muncul pada yaitu peran diri negatif dengan kriteria penilaian pada responden
yaitu ketidakpahaman mengenai posisi yang diperankannya dan susah untuk
beradaptasi dengan lingkungan ataupun menaati peraturannya.
e) Harga diri
contohnya mengenai gambaran harga diri mayoritas remaja mempunyai harga
rendah. merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki sekarang,
mempresepsikan bahwa dirinya tidak puas dan tidak percaya diri dengan bentuk
ataupun fungsi tubuh yang dimilikinya sekarang. Harga diri merasa bahwa
individu yang tidak puas dengan karakteristik dan kemampuannya akan
menumbuhkan rasa tidak nyaman dan muncul fikiran negatif dan ketidakpuasan
terhadap keberadaan dirinya dilingkungan sosial.
(Keliat, Budi,Pawirowiyono, 2020) menyatakan bahwa harga diri rendah
merupakan suatu pernyataan yang buruk terhadap dirinya sendiri sehingga timbul
rasa tidak percaya diri dan merasa gagal atas pencapainya.
C. Masalah yang sering tejadi pada konsep diri
ccdsvfb
D. Definisi gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh (body image), adalah perubahan persepsi tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan
objek seseorang. Gangguan ini biasa terjadi kapan saja seperti penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, berubahan bentuk tubuh, kehilangan
anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika seseorang mengalami gangguan citra tubuh
dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian
tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan terjadi,
menolak menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh, mengungkapkan
keputusan, dan mengungkapkan ketakutan (Nugroho, 2016).
E. Asuhan Keperawatan gangguan citra tubuh
A. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

Terjadinya gangguan konsep citra tubuh juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti
faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural:

a. Kajian Biologis
kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat
pula berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
gangguan citra tubuh kecendrungan berdampak pada harga diri rendah semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiranpikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Kajian Psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, gangguan citra tubuh sangat berhubungan dengan
harga diri rendah dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal
yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah meliputi penolakkan
orang, harapan yang tidak realistis, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai
dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Kajian Sosial
Sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya gangguan citra tubuh
yang menuju harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah
kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Kajian Kultural
Tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan kejadian terhadap
penolakan pada klien dengan gangguan citra tubuh antara lain: wanita sudah harus
memiliki tubuh yang sempurna, menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan
kultur kearah gaya hidup individualisme.

2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual secara verbal dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku
Gangguan citra tubuh dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya melawan rasa malu. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat citra tubuh.

a. Respon Fisiologis Terhadap gangguan cutra tubuh

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah rendah dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan .
Pernafasan Napas cepat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Neuromuskular Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Malu
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh

b. Respon Perilaku Kognitif

Sistem Respons
Perilaku Gelisah.
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Afektif Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang biasanya muncul adalah :

1. Gangguan Citra Tubuh


2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Harga Diri Rendah
4. Ketidakberdayaan
5. Perubahan Proses Berfikir

Intervensi Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
Tujuan :
Klien mampu mengenal bagian tubuh yang sehat dan yang terganggu atau sakit
Klien mampu mengetahui cara mengatasi gangguan citra tubuh
Klien mampu mengafirmasi bagian tubuh yang sehat
Klien mampu melatih dan menggunakan bagian tubuh yang sehat
Klien mampu merawat dan melatih bagian tubuh yang terganggu
Klien mampu mengevaluasi manfaat yang telah dirasakan dari bagian tubuh yang terganggu
Klien mampu mengevaluasi manfaat bagian tubuh yang masih sehat
Klien mampu merasakan manfaat latihan pada bagian tubuh yang terganggu
Tindakan :

a. Kaji tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan kemampuan klien mengatasinya.
b. Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat gangguan citra tubuh
c. Diskusikan persepsi, perasaan, dan harapan klien terhadap citra tubuhnya
d. Menjelaskan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil
e. Motivasi klien untuk merawat dan meningkatkan citra tubuh
seperti : menggunakan make up dan skincare untuk wajah yang berjerawat.
f. Motivasi klien untuk melakukan latihan meningkatkan citra tubuh sesuai jadwal dan beri
pujian.

2. Koping tidak efektif


Tujuan :
1. Klien mampu mengetahui perubahan kondisi kesehatan dan kemampuannya mengatasi
perubahan
2. Klien mampu mengetahui pengertian tanda dan gejala penyebab serta akibat dari
ketidakefektifan koping
3. Klien mampu mengetahui cara mengatasi ketidakefektifan koping
4.Klien mampu mengatasi masalah secara bertahap
5. Klien mampu menggunakan sumber/daya sistem pendukung dalam mengatasi masalah
6. Klien mampu merasakan manfaat latihan yang dilakukan
7. Klien mampu mengembangkan koping yang efektif klien mampu merasakan manfaat
sistem pendukung
Tindakan :
a. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan koping
b. Jelaskan proses terjadinya ketidakefektifan koping
c. Diskusikan koping (upaya atau cara) mengatasi masalah pada masa lalu
d. Koping (upaya) yang berhasil dan tidak berhasil. Berikan pujian
e. Pemanfaatan sumber daya atau sistem pendukung dalam mengatasi masalah
f. menggunakan upaya menyelesaikan masalah saat ini dengan menggunakan cara lama yang
berhasil atau cara baru:
1. Buat daftar masalah yang dihadapi
2. Buat daftar cara (lama dan baru) yang akan digunakan
3. Pilih, latih, dan jadwalkan cara yang akan digunakan untuk masalah yang dihadapi
4. Evaluasi hasil jika berhasil dibudidayakan jika kurang berhasil dipilih cara lain pada
daftar cara nomor kedua

g. Latih menggunakan sistem pendukung yang teratur


h. Beri motivasi dan pujian atas keberhasilan klien mengatasi masalah.

3. Harga Diri Rendah


Tujuan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi yang terapeutik
2. Klien mampu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang di miliki klien,
keluarga dan lingkungan
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
4. Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
5. Melatih klien kegiatan yang dipilih sesuai rencana yang dibuat sesuai kemampuan
klien
Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1: persiapan tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
Tahap 2: intervensi focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan: independen, dependen, dan
interdependen.
Tahap 3: dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan
Evaluasi
Keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Perencanaan
evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-
hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun. Hasil tindakan
keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi. Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
criteria yang telah di tetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

F. Harga diri rendah situsional


Harga diri rendah kronis atau situasional adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama. Harga diri
rendah merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri
dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara langsung maupun secara tidak
langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat (Deans & Meocevic,
2006).
Ciri khas dari gangguan harga diri rendah dapat di gambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah
merupakan suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat di ekspresikan dalam
tingkat dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Termasuk di dalam harga diri rendah ini
evaluasi diri yang negatif dan bandingkan dengan perasaan lemah tidak tertolong, tidak
ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak
adekuat (Deans & Meocevic, 2006).
G. Asuhan Keperawatan harga diri rendah situsional
Pengkajian Keperawatan
Wawancara pengkajian yang memerlukan keterampilan komunikasi efektif secara
linguistic dan kultural, wawancara, observasi perilaku, tinjauan catatan-catatan data dasar,
serta pengkajian komprehensif terhadap pasien dan sistem yang relevan memungkinkan
perawat kesehatan jiwa – psikiatri untuk membuat penilaian klinis dan rencana tindakan
yang tepat dengan pasien.
Tahap pertama pengkajian meliputi factor predisposisi seperti:
psikologis tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien.
Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1) Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individu
lain.
2) Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai
perilaku yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah nilai
dan sikap.
4) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam
kehidupannya.
Stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal atau eksternal seperti:
1) Trauma seperti penganiaayann seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapakan dan
individu mengalaminya sebagai prustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan
b) Transisi peran situasi
c) Transisi peran sehat-sakit
c. Perilaku, Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah kronik sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktifitas
3. Dekstruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Dekstruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara sosial
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir
d. Sumber koping
Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi:
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawatan diri
5. Pendidikan atau pelatihan
6. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
7. Bakat tertentu
8. Kecerdasan
9. Imajinasi dan kreatifitas
10. Hubungan interpersonal
e. Mekanisme koping
Mekanisme kopng termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut
mencakup berikut ini:
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton televise secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya dalam club sosial,
agama, politik, kelompok, gerakan atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatakan popularitas).
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
1) Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarkat.
2. Diagnosis Keperawatan Jiwa
Perawat kesehatan jiwa menganalisis data pengkajian dalam menentukan diagnosis.
Landasan untuk memberikan asuhan keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan dan
mengidentifikasi pola respons terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit psikiatri
yang actual dan pontensial.
3. Perencanaan
Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan
intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Rencana asuhan digunakan untuk
memandu intervensi terapeutik secara sistematis dan mencapai hasil pasien yang
diharapkan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien:
1) Tujuan:
a) Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang di miliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c) Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih.
b. Tindakan Keperawatan
1) mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang masih di miliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemempiuan dan aspek positif yang
masih dimilikinya, perawat dapat:
a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dalam keluarga dan lingkungan adanuya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif
2) Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan Untuk tindakan tersebut
saudara dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih dapat digunakan saat ini.
b. Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
b. Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri,
mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluraga atau lingkungan terdekat
pasien berikan contoh pelaksanakan kegiatan yang dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegitan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dimiliki pasien. Tindakan keperawatan tersebut saudara
dapat melakukan:
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berika dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut. Saudara dapat melakukan hal-hal
berikut:
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
b. Beri pujian atas kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
d. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaanya kegiatan.
5. Konseling
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien
meningkatkan atau memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan
mental, dan mencegah penyakit atau ketidak mampuan mental
6. Terapi Lingkungan
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta mempertahankan suatu
lingkungan yang terapeutik dalam kolaborasinya dengan pasiendan pemberian pelayanan
kesehatan lain.
7. Aktivitas Asuhan Mandiri
Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar aktivitas kehidupan sehari-hari
pasien untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejhteraan jiwa dan fisik.
8. Intervensi psikobiologis
Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan intervensi psikobiologis dan
menerapkan keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan pasien dan mencegah
ketidakmapuan lebih lanjut
9. Penyuluhan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan, serta membantu pasien dalam
mencapai pola kehidupanyang memuaskan produktif dan sehat.
10. Manajemen kasus
Perawat kesehatan jiwa menyajikan manejemen kasus untuk mengkordinasi kesehatan
yang komprehensif serta memastikan kesenambungan asuhan.
11. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi untuk meningkatkan,
memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah penyakit
12. Psikoterapi
Spesialis yang bersetifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa menggunakan psikoterapi
individu, psikoterapi kelompok, psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan
terapeutik lain untuk membantu pasien untuk memelihara kesehatan jiwa, mencegah
penyakit jiwa dan ketidakmampuan, serta memperbaiki atau mencapai kembali status
kesehatan dan kemampuan fungsional pasien.
13. Preskripsi Agen Farmakologis
Spesialis yang bersertifikasi memberikan konsultasi kepada pemberi pelayanan kesehatan
dan lainnya untuk memengaruhi rencana asuhan kepada pasien, dan memperkuat
kemampuan yang lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri serta
membawa perubahan dalam setiap pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri
14. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan pasien dalam mencapai hasil yang
diharapkan. Asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang melibatkan perusahaan
dalam status kesehatan pasien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru,
berbagai diagnosis, dan modifikisi rencana asuhan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan
suatu proses penilaian berkesinambungan tentang pengaruh intervensi keperawatan dan
regimen pengobatan terhadap status kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai