Anda di halaman 1dari 12

72

TUBUH IDEAL YANG SEHAT


Pengertian Citra Tubuh
Citra tubuh adalah pengalaman seseorang tentang tubuhnya, suatu
gambaran mental seseorang yang mencakup pikiran, presepsi, perasaan, emosi,
imajinasi, penilaian, sensasi fisik, kesadaran dan perilaku mengenai penampilan
dan bentuk tubuhnya dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat
dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannya dan dapat mengalami
perubahan (Melliana, 2006).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh
a. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita
lebih negatif memandang citra tubuh dibandingkan pria (Papalia dkk., 2008).
b. Usia
Pada tahap perkembangan remaja, citra tubuh menjadi perhatian yang
sangat penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan yang dilakukan
remaja untuk mengontrol berat badan, umumnya terjadi pada remaja putri
(Papalia dkk., 2008).
c. Hubungan interpersonal
Hubungan

interpersonal

membuat

seseorang

cenderung

membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima dari reaksi
orang lain dapat mempengaruhi konsep diri termasuk citra tubuh (Potter dan
Perry, 2005).
d. Bentuk dan ukuran tubuh
Bentuk dan ukuran tubuh yang ideal merupakan impian semua remaja,
hal ini membuat remaja berusaha mencapai tuntutan tersebut untuk mencapai
citra tubuh sesuai impiannya. Hal ini membuat individu cenderung
mengembangkan kepedulian yang berlebihan terhadap berat badan, serta
mampu mengarahkan mereka kepada upaya obsesif dalam mengontrol berat
badan (Papalia dkk., 2008).
e. Media massa
Pentingnya body image yang dimiliki oleh remaja putri tidak lepas dari
perhatian mereka melalui pengaruh-pengaruh media lewat sarana iklan di tv,
majalah hingga internet yang memperlihatkan ikon-ikon wanita yang memiliki

73
postur tubuh tinggi, kurus, putih, mulus. Sehingga tidak jarang terdapat
sejumlah remaja yang melakukan berbagai macam cara untuk mencapai
tubuh ideal yang di inginkan seperti melalui diet ketat, olahraga yang
berlebihan hingga sedot lemak (Rombe, 2014).
Setiap budaya memiliki standar kecantikan yang berbeda, namun
sebagian besar perempuan mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh
disebabkan adanya kesenjangan antara tubuh ideal yang didasarkan pada
budaya yang berlaku (tubuh yang ideal bagi perempuan adalah tubuh yang
kurus) dengan tubuh yang mereka miliki, perempuan yang bertubuh gemuk
lebih banyak mengalami ketidakpuasan citra tubuh dibanding mereka yang
bertubuh kurus. Hal ini tidak lepas dari pengaruh media, seperti yang
diungkapkan oleh McCabe dan Racciardelli dalam Kelsay et al. (2005) bahwa
pemaparan media memiliki hubungan yang kuat dengan ketidakpuasan
bentuk tubuh pada wanita. Anak perempuan yang mencoba tampak seperti
model kurus yang mereka saksikan di media, cenderung mengembangkan
kepedulian berlebih terhadap berat badan (Papalia dkk., 2008).
Menurut Melliana (2006), dalam bukunya yang berjudul Menjelajah
Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan, saat ini perempuan dikukuhkan
dengan pencitraan penampilan fisik yang dianggap ideal dalam masyarakat
yaitu memiliki kriteria Caucasian, seperti tubuh langsing, tinggi, berkulit putih,
berambut panjang dan lurus. Pencitraan perempuan cantik yang telah
dikemukakan oleh Melliana tersebut adalah beberapa pencitraan yang
digunakan untuk mewakili citra perempuan dalam iklan di televisi, yang
digunakan dalam penelitian ini. Pencitraan perempuan cantik yang dianggap
ideal dalam masyarakat tersebut dicitrakan oleh iklan-iklan yang menjanjikan
perempuan untuk dapat tampil seperti model-model yang ada pada iklan-iklan
tersebut melalui penggunaan produk-produk mereka. Secara umum, produkproduk tersebut terbagi ke dalam tiga kategori yaitu produk seri perawatan
wajah, seri perawatan rambut dan seri perawatan tubuh (Melliana, 2006).
Gangguan Citra Tubuh
a. Distorsi citra tubuh
Distorsi

citra

tubuh

adalah

ketidakmampuan

seseorang

dalam

mempresepsikan ukuran dan bentuk tubuhnya. Distorsi citra tubuh terjadi


apabila yang terganggu adalah komponen persepsi (Putri, 2012). Distorsi

74
tubuh terbagi menjadi dua, yaitu under estimate dan over estimate. Under
estimate terjadi pada saat seseorang mempresepsikan tubuhnya lebih kurus
dari ukuran yang sebenarnya. Over estimate terjadi pada saat seseorang
mempresepsikan tubuhnya lebih gemuk dari ukuran yang sebenarnya (Ratna,
2003).
b. Ketidakpuasan citra tubuh (body dissatisfaction)
Ketidakpuasan terhadap citra tubuh sendiri terjadi apabila yang
terganggu adalah komponen afeksinya. Ketidakpuasan citra tubuh adalah
perasaan yang muncul ketika seseorang memiliki pandangan negatif
mengenai penampilan tubuhnya. Ketidakpuasan disini berarti keyakinan
terhadap penampilan fisik tubuhnya tidak sesuai dengan standar yang
diharapkan. Ketidakpuasan terhadap citra tubuh ini dapat terjadi pada semua
bentuk dan ukuran tubuh seseorang (Putri, 2012). Ketidakpuasan bentuk
tubuh disebabkan adanya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal yang
didasarkan budaya atau bentuk tubuh aktual dengan tubuh yang dimiliki (Asri
dan Setiasih, 2004).
Beberapa aspek ketidakpuasan bentuk tubuh antara lain:
a) Body disparagement, yaitu seseorang sering meremehkan bagian tubuh
tertentu ataupun keseluruhan tubuh.
b) Feeling fat, yaitu perasaan sering merasa gemuk atau memiliki berat badan
berlebih.
c) Lower body fat, yaitu menganggap tubuh yang ideal adalah tubuh yang
memiliki sedikit timbunan lemak.
d) Salience of weight and shape, yaitu sikap mengutamakan pada berat serta
bentuk tubuh seperti apa yang ideal (Gerner dan Wilson, 2005).
Dampak Gangguan Citra Tubuh
a. Depresi
Individu yang mengalami gangguan citra tubuh lama kelamaan akan
merasa tertekan dengan sendirinya, sehingga dapat memungkinkan timbulnya
depresi pada individu itu sendiri (Brehm, 1999).
b. Rendahnya kepercayaan diri dan harga diri
Individu yang mengalami gangguan citra tubuh cenderung memiliki
harga diri yang rendah, karena ia tidak mampu menerima kelebihan atau
kekurangan yang ada pada dirinya apa adanya (Brehm, 1999). Selain itu
ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh memberikan dampak negatif terhadap
kepercayaan diri, konsep diri, dan pengungkapan diri (Sejcova, 2008).
c. Eating disorder dan masalah kesehatan

75
Individu yang mengalami gangguan citra tubuh akan terus merasa
bahwa tubuhnya tidak pernah langsing dan selalu menganggap tubuhnya
gemuk. Karena itu, orang yang tidak puas akan tubuhnya akan selalu
mengurangi

jumlah

makanannya,

bahkan

terkadang

dengan

paksa

memuntahkan makanannya kembali supaya ia menjadi tidak gemuk. Hal ini


telah membuat individu tersebut mengalami gangguan makan dan bisa
berdampak pada kesehatan yang buruk. Ganguan citra tubuh merupakan
faktor timbulnya perilaku makan yang menyimpang (Troisi dkk., 2006).
d. Kematian
Individu yang sangat merasa tidak puas pada tubuhnya akan
memikirkan berbagai cara yang terkadang membahayakan dirinya sendiri,
seperti perilaku makan yang menyimpang dan tidak sehat, sehingga mereka
mengalami anorexia nervosa dan bulimia nervosa (Brehm, 1999). Penyakit ini
memiliki tingkat kematian 20% apabila tidak segera ditangani secara medis
(Permataningayu, 2010).
Citra Tubuh pada Remaja Putri
Pesatnya pertumbuhan fisik pada masa remaja sering menimbulkan
beberapa masalah pada diri remaja tersebut. Remaja putri lebih merasa tidak
puas terhadap keadaan tubuhnya karena lemak tubuhnya yang bertambah
(Papalia dkk., 2008). Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik pada masa
pubertas adalah remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka dan
membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya
(Santrock, 2007). Kepedulian terhadap citra tubuh tersebut dapat muncul karena
para remaja menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, individu yang
menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang
menarik (Hurlock, 2006).
Gangguan Makan (Perilaku Makan yang menyimpang)
a. Anorexia nervosa
Anorexia diartikan hilangnya nafsu makan yang mengakibatkan individu
mengurangi intake makanan mereka. Anorexia nervosa juga dicirikan dengan
menurunnya berat badan dengan upaya melaparkan diri dan kurangnya
olahraga, selain itu penderita juga memiliki ketakutan yang luar biasa
terhadap kenaikan berat badan serta menggunakan berat badan dan bentuk
tubuh sebagai cara mengevaluasi diri (Hapsari, 2009). Beberapa karakteristik
anorexia nervosa antara lain:
a) Berat badan yang rendah

76
Penderita anorexia nervosa memiliki berat badan di bawah normal dalam
skala indeks massa tubuh.
b) Menghindari makanan
Penderita anorexia nervosa menghindari makanan dengan sengaja
khususnya makanan yang mereka rasa dapat membuat gemuk terutama
makanan yang mengandung lemak dan gula. Mereka hanya makan salad
dan sayuran hijau tetapi menghindari kentang. Umumnya mereka tidak
mempunyai banyak pengetahuan mengetahui kalori yang dikandung oleh
makanan dan bagaimana cara menghitung banyaknya kalori yang masuk.
c) Ketakutan yang berlebihan menjadi gemuk
Walaupun para penderita anorexia sangat kurus, mereka tetap memiliki
ketakutan menjadi gemuk. Mereka tidak dapat menerima bahwa mereka
kurus dan perlu menaikkan berat badan. Dan biasanya mereka
menggunakan baju yang longgar untuk menutupi kekurusan mereka.
d) Persepsi yang salah terhadap ukuran tubuhnya
Penderita anorexia memiliki persepsi yang salah terhadap ukuran tubuhnya
dan mereka selalu beranggapan bahawa ukuran tubuh mereka lebih
gemuk dari yang sebenarnya.
e) Mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi
Umumnya penderita mengeluarkan kembali makanan

yang

telah

dikonsumsi dengan sengaja dengan menggunakan laksatif atau obat


f)

pencahar lainnya.
Olahraga secara berlebihan
Penderita menganggap menurunkan berat badan dapat di lakukan dengan
meningkatkan energi yang keluar dengan berolahraga. Mereka selalu
berolahraga setiap selesai makan untuk mengeluarkan energi yang sudah
dikonsumsi (Hapsari, 2009).
Kriteria anorexia nervosa menurut Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders IV (DSM IV) antara lain:


a) Menolak untuk menjaga berat badan pada atau diatas batas minimal berat
badan untuk usia dan tinggi badan
b) Rasa takut yang luar biasa terhadap kenaikan berat badan atau menjadi
gemuk walaupun dalam kondisi kurus.
c) Gangguan dalam bagaimana berat badan atau bentuk tubuh dirasakan,
adanya penyangkalan tentang bentuk tubuhnya yang kurus.
d) Pada wanita postmenarcheal, terjadi amenorrehea (tidak mengalami
menstruasi selama tiga bulan berturut-turut).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM IV)
mengklasifikasikan anorexia nervosa menjadi dua tipe yaitu:

77
1) Restricting Type
Selama episode anorexia nervosa, penderita tidak secara rutin melakukan
binge eating/purging (melakukan pemuntahan dengan sengaja atau
penyalahgunaan laksatif, diuretik dan enema).
2) Purging Type (Binge eating)
Selama episode anorexia nervosa, penderita secara rutin melakukan binge
eating/purging.
Dampak pada penderita anorexia nervosa bermacam-macam dan
sangat fatal akibatnya bagi kesehatan fisik dan mental. Pada penderita
anorexia nervosa penurunan berat badan yang semakin parah membuat
gejala kelaparan semakin terlihat. Cadangan otot semakin berkurang dan
membuat penderita tidak tahan terhadap suhu dingin. Pertumbuhan terhambat
dan amenorrhea yang dialami oleh penderita wanita mengakibatkan
penurunan berat badan dan lemak, selain itu intake kalsium dan vitamin D
yang rendah berkontribusi dalam penurunan formasi tulang, kenaikan risiko
kerusakan tulang dan osteoporosis. Detak jantung menjadi lemah dan menjadi
tidak beraturan, tekanan darah juga semakin menurun. Aktivitas lambung
melemah dan insiden ulserasi peptic, konstipasi dan pancreatitis meningkat.
Frekuensi pemuntahan yang rutin membuat asam lambung naik ke arah mulut
dan membahayakan enamel gigi dan merusak gigi. Kerusakan ginjal juga
dapat terjadi karena penderita mengalami dehidrasi, kulit menjadi kering, kuku
dan rambut pecah karena defisiensi asam lemak. Selain itu, tumbuh lanugo
(bulu-bulu halus). Dari semua gangguan di atas, akan membawa pada
keadaan

ketidakseimbangan

elektrolit,

dehidrasi,

edema,

gangguan

kardiovaskuler yang dapat mengakibatkan serangan jantung dan yang paling


fatal adalah kematian (Grosvenor dan Smolin, 2002 dalam Hapsari, 2009).
b. Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang
dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian
memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat
pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan. Berbeda
dengan penderita anorexia nervosa yang memiliki penurunan berat badan
drastis, penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang ideal dengan
fluktuasi berat badan yang sangat ekstrim karena pengkonsumsian makanan
dalam jumlah besar. Seseorang yang menderita bulimia biasanya memiliki

78
rata-rata berat badan yang sesuai dengan tingginya sehingga penderita
bulimia jarang dapat dideteksi dan diketahui orang (Hapsari, 2009).
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSMIV), karakteristik penderita bulimia nervosa antara lain:
a) Episode berulang binge eating dengan karakteristik:
Makan dalam periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan
porsi yang lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam

periode dan situasi yang sama.


Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat
episode

tersebut

berlangsung

(contoh:

merasa

tidak

dapat

menghentikan atau mengontrol berapa porsi yang dimakan).


b) Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah
kenaikan berat badan seperti: muntah yang disengaja, penyalahgunaan
laksatif, diuretik, enema atau obat-obatan lainnya, puasa atau olahraga
berlebihan.
c) Episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung
setidaknya dua kali seminggu dalam tiga bulan.
d) Penilaian diri dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan.
e) Gangguan tersebut tidak terjadi secara ekslusif selama episode anorexia
nervosa
DSM IV juga mengklasifikasikan bulimia nervosa menjadi dua tipe yaitu:
1) Purging Type
Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan
pemuntahan yang disengaja atau penyalahgunaan laksatif, diuretik atau
enema.
2) Nonpurging Type
Selama episode bulimia nervosa, penderita secara rutin melakukan
perilaku kompensasi lainnya seperti puasa atau olahraga yang berlebihan
tetapi tidak melakukan pemuntahan dengan sengaja atau penyalahgunaan
laksatif, diuretik, atau enema.
Dampak yang diakibatkan bulimia nervosa bermacam-macam. Bulimia
nervosa tipe purging yang paling membahayakan kesehatan karena
pemuntahan yang dilakukan dapat merangsang asam lambung naik ke mulut,
selain itu frekuensi pemuntahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan gigi
dan

membahayakan

saluran

gastrointestinal.

Gejala

gangguan

gastrointestinal diantaranya luka di mulut, bibir, pembengkakan rahang dan


kelenjar saliva, iritasi tenggorokan, inflamasi esofagus dan perubahan pada

79
kapasitas

perut

dan

pengosongan

perut.

Pemuntahan

juga

dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, kelemahan otot,


ketidakteraturan menstruasi dan kekuatan pemuntahan dapat memberikan
efek yang buruk yaitu pecahnya pembuluh darah di wajah dan mata. Obat
pencahar dan diuretik dapat mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit. Pendarahan pada rectum dapat terjadi karena penggunaan obat
pencahar yang berlebihan (Grosvenor dan Smolin, 2002 dalam Hapsari,
2009).
Kematian pada bulimia nervosa lebih rendah dibandingkan kematian
pada anorexia nervosa. Woodside memperkirakan 5 dari pasien bulimia
nervosa mengalami kematian, biasanya dikarenakan serangan jantung akibat
ketidakseimbangan

elektrolit

ataupun

bunuh

diri.

Selain

itu,

angka

kesembuhan bagi pasien bulimia nervosa lebih tinggi dibandingkan angka


kesembuhan pada pasien anorexia nervosa, dengan perkiraan sebanyak
50%-60% (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009).
Perbedaan karakteristik antara penderita anorexia dan bulimia nervosa
(Guthrie, 1989 dalam Hapsari, 2009)
Anorexia nervosa
Menghindari makanan
Introvert
Menjauhi keakraban
Meniadakan peran dalam hal yang
berhubungan dengan wanita
Memelihara kontrol diri yang ketat/
Perfeksionis
Distorsi citra tubuh
Menyangkal dirinya sakit
Penurunan berat badan signifikan
Mengurangi
asupan
makanan,
menyangkal rasa laparnya dan
penurunan
dalam
konsumsi
makanan yang mengandung lemak

Memperpanjang durasi olahraga


walupun sudah kelelahan
Pola yang aneh ketika berhadapan
dengan
makanan
Amenorrhea pada wanita

Bulimia nervosa
Menggunakan
makanan
untuk
mengatasi masalah
Ekstrovert
Mencari keakraban
Menginginkan peran dalam hal yang
berhubungan dengan wanita
Hilang
kendali
(mencuri,
menggunakan
obatobatan,
bertindak sembarangan)
Distorsi citra tubuh yang jarang
Menyadari dirinya sakit
Berat badan medekati normal
Memperlihatkan perhatian pada
berat badan dan berusaha untuk
mengontrol berat badannya dengan
berdiet, perilaku muntah atau
penyalahgunaan
laksatif
atau
dieresis
Pola makan berubah-ubah antara
makan berlebihan dengan berpuasa
Mayoritas penderita merahasiakan
tentang
perilaku
binge
dan
muntahnya
Asupan makanan selama periode

80
binge eating mengandug kalori yang
tinggi
Perasaan depresi mungkin timbul

Beberapa penderita memperlihatkan


episode bulimik (binge eating, diikuti
dengan
pemuntahan/penggunaan
laksatif)
Adanya
gejala
dari
ketidakseimbangan elektrolit,
anemia, disfungsi hormone, imunitas
Kematian
akibat
kelaparan, Kematian
akibat
hipokalsemia
hipotermia atau gagal jantung
(kadar kalium darah yang rendah
dan bunuh diri)

Rangkaian Penyimpangan dan Kecemasan yang Berkaitan dengan Berat


Badan (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009)

ran media massa bahwa postur tubuh ideal adalah tinggi kurus seperti model

Penyuluhan Kesehatan

ngguan citra tubuh sebagai akibat ketidakpuasan bentuk dan ukuran tubuh

Program diet ketat tidak sehat dengan perilaku makan yang menyimpang

Gangguan makan: anorexia nervosa, bulimia nervosa

Kematian

Fakta-fakta Gangguan Makan pada Artis dan Model


1) Alexa Chung

81
Chung memiliki kaki yang sangat kurus dan kerap dikritik sebagai gadis
dengan postur tubuh khas penderita gangguan makan. Dia mengklaim terlalu
sibuk sehingga tak sempat makan.
2) Rachel Zoe
Zoe dikenal terkenal karena tubuh kurusnya dan obsesi mempertahankan
bobot. Setelah melahirkan anak kedua, Kaius, dia bersikeras mengembalikan
berat badan seperti sebelum melahirkan. Sehari-hari fashion stylist ini hanya
mengonsumsi kopi, kacang, dan buah yang semuanya tak lebih dari 600
kalori.
3) Tara Reid
Pada penampilannya di Miami, Reid tampak sangat kurus. Dia diketahui
hanya makan satu kali sehari. Sisanya, wanita kelahiran 8 November 1975
menenggak segalon diet coke dan minum air mineral. Sesekali artis berambut
pirang itu makan pizza dan es krim, hari berikutnya kembali kelaparan.
4) Nicole Richie
Bintang 'The Simple Life' ini menjalani diet ketat. Sehari-hari dia hanya
menyantap biji bunga matahari, seledri, jus, dan permen karet. Berat badan
sahabat Paris Hilton ini hanya 40 kilogram saat kemunculannya di American
Music Awards.
5) Behati Prinsloo
Pacar Adam Levine ini sangat kurus. Bahkan saking kurusnya, lekuk tubuh
model Victoria's Secret itu seolah lenyap. Dia mengaku, mengatur pola makan
dan mencintai kegiatan surfing, pilates, dan yoga.
6) Denise Richards
Bintang film 'Wild Things' ini bekerja keras untuk mempertahankan sosok
rampingnya. Dia mengaku, makan banyak buah, sayuran, putih telur, oatmeal,
sedikit ayam, telur, nasi, dan sesekali es krim.
7) Poppy Delevingn
Model asal London, Inggris, itu memiliki kaki sangat kurus seperti sahabatnya,
Alexa Chung. Dia berdalih kaki kurusnya itu terjadi akibat metabolisme yang
cepat. Sosialita berusia 27 tahun itu makan di bawah pola diet ketat dan
menyantap popcorn ukuran besar saat ke bioskop.
8) Jessica Hart
Model Victorias Secret ini tubuhnya terlihat lebih seksi. Dia menjalani diet
sehat yakni dengan menyantap sayuran, almond, salad tuna dan ayam, serta
buah kering sebagai cemilan. Berlatih Yoga secara teratur turut membentuk
tubuhnya menjadi kurus.
9) Miley Cyrus
Penyanyi dan aktris ini semakin kurus dan kehilangan lekuk tubuh seksinya.
Berat badannya kini hanya 48 kilogram.
10) Bethenny Frankel

82
Pemilik brand Skinnygirl Cocktails ini menjadikan tubuh kurusnya sebagai
obyek bisnis. Dia mengaku menjalani program diet (Anggreati, 2014).
Rumus dan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO

DAFTAR PUSTAKA
Anggreati, Rosa. 30 Mei 2014. 10 Artis Ini Menderita Anoreksia. (Online).
http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/05/30/247295/10-artis-inimenderita-anoreksia. Diakses 12 Desember 2014.
Asri DN dan Setiasih. Penerapan Metode Akupuntur pada Wanita Penyandang
Obesitas. Anima: Indonesian Psychological Journal, 2004, 19 (3): 286296.
Brehm, B. A. 1999. Body Dissatisfaction, Cause and Consequences, (Online),
www.fitnessmanagement.com, diakses 17 Mei 2014.
Gerner B and Wilson PH. The Relationship between Friendship Factors and
Adolescent Girls Body Image Concern, Body Dissatisfaction, and
Restrained Eating. International Journal Eating Disorder, 2005, 37 (4):
313-320.
Hapsari, Ismira. 2009. Hubungan antara Faktor Personal dan Faktor Lingkungan
dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di Kalangan

83
Model di OQ Modelling School. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok.
Hurlock EB. 2006. Psikologi Perkembangan Anak, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Erlangga, Jakarta.
Kelsay K, Hazel NA, Wamboldt MZ. Presictors of Body Dissatisfaction in Boys
and Girls with Asthma. Journal of Pediatric Psychology Advance Access,
2005, 1-10.
Melliana, Annastasia. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta.
Papalia ED, Old SW, Feldman RD. 2008. Psikologi Perkembangan, A.K. Anwar
(penterjemah). Kencana, Jakarta.
Permataningayu, Gupita. 2010. Representasi dan Penggambaran Perempuan
oleh Media di Amerika. Makalah Multikulturalisme. Tidak diterbitkan,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jogjakarta, Yogyakarta.
Potter PA, Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Monica Ester,
Devi Yulianti, Intan Parulian (penterjemah). EGC, Jakarta.
Putri R. 2012. Hubungan Obesitas dengan Gambaran Citra Tubuh pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
(FIB UI). Skripsi. Tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.
Ratna PR. 2003. Gambaran Citra Tubuh Remaja dan Faktor yang Berhubungan
pada Siswa Kelas 2 SMUN I Bekasi Tahun 2003. Skripsi. Tidak
diterbitkan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok.
Rombe, Sufrihana. Hubungan Body Image dan Kepercayaan Diri dengan
Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri di SMA Negeri 5 Samarinda.
eJournal Psikologi (ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id), 2014, 2 (1): 7691.
Santrock, John W. 2007. Adolescence, Perkembangan Remaja, Adelar dan
Sherly Saragih (penterjemah). Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta, hal.
91-92.
Sejcova, L. Body Dissatisfaction. Human Affairs, 2008, 18: 171-182.
Troisi A, Giorgio L, Alcini S, Nanni RC, Pascuale C, Siracusano A. Body
Dissatisfaction in Women with Eating Disorders: Relationship to Early
Separation Anxiety and Insecure Attachment. Psychosomatic Medicine,
2006, 46: 449-453.

Anda mungkin juga menyukai