Pengertian Body Dissatisfaction, Aspek, Indikator, Faktor, Dan Dampaknya
Pengertian Body Dissatisfaction, Aspek, Indikator, Faktor, Dan Dampaknya
Pengertian Body Dissatisfaction, Aspek, Indikator, Faktor, dan
Dampaknya
A. Pengertian Body Dissatisfaction
Body dissatisfaction (negative body image) merupakan ketidakpuasan seseorang terhadap bentuk tubuh
yang dimilikinya. Body dissatisfaction meliputi distorsi persepsi terhadap bentuk tubuh sendiri, meyakini
bahwa orang lain lebih menarik, merasa bahwa ukuran atau bentuk tubuh merupakan penyebab
kegagalan personal, merasa malu, cemas terhadap tubuh, serta merasa aneh dan merasa tidak nyaman
dengan tubuhnya sendiri.
Body dissatisfaction adalah keterpakuan pemikiran, perasaan dan penilaian negatif seorang individu
mengenai kondisi fisik dan fungsional tubuh yang ideal, seperti ukuran tubuh, bentuk tubuh, otot dan
berat tubuh. Body dissatisfaction dapat dinilai ketika individu membandingkan persepsi citra tubuh
dengan orang lain, orientasi berlebihan terhadap citra tubuh, persepsi diri sendiri terhadap tubuh dan
adanya perubahan yang drastis terhadap tubuh.
Body Dissatisfaction Menurut Para Ahli
1. Marshall dan Lengyel (2012), body dissatisfaction adalah evaluasi negatif seorang individu
mengenai penampilan, hal ini disertai dengan ketidaksesuaian persepsi mengenai tubuh yang
dimiliki dengan tubuh yang ideal menurut pandangannya.
2. Sejcova (2008), body dissatisfaction adalah pemikiran dan perasaan negatif terhadap bentuk
tubuh, yang muncul ketika gambaran seseorang tentang bentuk tubuh tidak sesuai dengan
bentuk tubuh yang dimiliki.
Sosiologi79
3. Asri dan Setiasih (2004), body dissatisfaction adalah keterpakuan pikiran akan penilaian yang
negatif terhadap tampilan fisik dan adanya perasaan malu dengan keadaan fisik ketika berada di
lingkungan sosial.
4. Ogden (2010), body dissatisfaction adalah perasaan tidak puas terhadap bentuk dan ukuran
tubuh akibat dari adanya kesenjangan antara persepsi individu terhadap ukuran tubuh yang
ideal dengan ukuran tubuh yang sebenarnya.
5. Grogan (2008), body dissatisfaction adalah ketidakpuasan tubuh berhubungan dengan evaluasi
negatif dari ukuran tubuh, bentuk, otot, dan berat biasanya melibatkan perbedaan persepsi
antara evaluasi seseorang terhadap tubuhnya yang mengacu pada tubuh ideal.
6. Annastasia (dalam Rohmah, 2014), body Dissatisfaction atau ketidakpuasan terhadap sosok
tubuh adalah ketidaksukaan individu terhadap tubuhnya atau bagian‐bagian tubuh tertentu.
7. Thompson, (dalam Yuanita & Monique, 2013), body dissatisfaction adalah komponen perseptif
citra tubuh sebagai perbedaan antara ukuran tubuh ideal dan ukuran tubuh saat ini.
8. Freedman (Prima & Endah, 2013), body dissatisfaction dapat menyebabkan timbulnya
permasalahan kesehatan fisik yang serius pada orang yang mengalaminya. Permasalahan yang
mungkin timbul meliputi gangguan makan, diet yang ternyata justru menimbulkan kelebihan
berat badan dan timbulnya perilaku‐perilaku menghukum diri
B. Aspek Body Dissatisfaction
Beberapa aspek ketidakpuasan bentuk tubuh menurut Gerner dan Wilson (dalam Rohmah, 2014) di
antaranya,
1. Body Disparagement (meremehkan bentuk tubuh), bahwa seseorang sering meremehkan
bagian tubuh tertentu ataupun keseluruhan tubuh.
2. Feeling Fat (perasaan gemuk), yaitu perasaan sering merasa gemuk atau memiliki berat badan
berlebih.
3. Lower Body Fat (rendahnya lemak tubuh), yaitu menganggap tubuh yang ideal adalah tubuh
yang memiliki sedikit timbunan lemak.
4. Salience Of Weight And Shape (arti penting dari berat dan bentuk), yaitu sikap mengutamakan
pada berat serta bentuk tubuh seperti apa yang ideal.
Sosiologi79
Sementara enurut Rosen dan Reiter (1995), body dissatisfaction atau ketidakpuasan bentuk tubuh
terdiri dari beberapa aspek di antaranya,
1. Penilaian negatif terhadap bentuk tubuh. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction akan
menilai secara negatif bentuk tubuh, baik secara keseluruhan maupun bagian‐bagian dari tubuh.
Wanita yang merasa tidak nyaman dengan tubuhnya dan memiliki tubuh yang jauh dari
sempurna, akan membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap memiliki tubuh yang
kurang ideal menurut. Sebaliknya, seseorang akan merasa inferior apabila mereka
membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki tubuh lebih sempurna dari diri sendiri.
2. Perasaan malu terhadap bentuk tubuh ketika berada di lingkungan sosial. Pada umumnya,
seseorang yang mengalami body dissatisfaction akan merasa malu terhadap bentuk tubuh yang
dimiliki apabila bertemu ataupun berada dalam lingkungan sosial.
3. Body checking. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction sering kali mengecek atau
memeriksa kondisi fisik, seperti menimbang berat badan dan melihat tampilan tubuh di depan
cermin.
4. Kamuflase tubuh. Seseorang yang mengalami body dissatisfaction sering kali menyamarkan
bentuk tubuh dari keadaan yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk menenangkan hati.
5. Menghindari aktivitas sosial dan kontak fisik dengan orang lain. Pada umumnya, seseorang yang
mengalami body dissatisfaction sering kali merasa malas untuk mengikuti aktivitas sosial yang
berhubungan dengan orang lain.
C. Indikator Body Dissatisfaction
Indicators behavioral body dissatisfaction menurut Grogan (2008) di antaranya,
1. Diet
Makan lebih sedikit untuk menurunkan berat badan secara umum dipandang sebagai aktivitas feminin
(Bordo dalam Grogan, 2008). Pria lebih cenderung untuk mencoba makan diet tinggi protein, seperti
diet Atkins, atau untuk mengurangi lemak dalam diet mereka, daripada mengurangi asupan kalori dalam
rangka untuk mencoba untuk mencapai fisik ramping (Creary & Sasse dalam Grogan, 2008).
2. Exercise and bodybuilding (latihan dan binaraga)
Sosiologi79
Penelitian Clare Donaldson (dalam Grogan, 2008), 65 persen dari responden ia dilaporkan terlibat dalam
olahraga secara khusus untuk meningkatkan citra tubuh mereka. Aktivitas yang paling jelas dikaitkan
dengan peningkatan citra tubuh untuk pria adalah latihan berat badan dan binaraga, kegiatan‐kegiatan
yang akan diharapkan menyebabkan perkembangan massa otot, untuk membawa tubuh pria lebih ke
sejalan dengan langsing dan ideal otot.
3. Anabolic steroid use (Penggunaan steroid anabolik)
Penggunaan steroid anabolik untuk meningkatkan kinerja atlet adalah didokumentasikan (See
Lennehan, Grogan 2008). Steroid anabolik telah lama digunakan oleh binaragawan profesional untuk
meningkatkan sebagian besar otot. Steroid memungkinkan pengguna untuk membangun sebagian besar
otot lebih cepat.
4. Cosmetic surgery (operasi)
Lelaki semakin cenderung untuk menjalani operasi untuk membentuk tubuh mereka. Berdasarkan survai
yang dijalankan sejak tahun 1990‐an mendapati dengan pasti bahwa lebih banyak lelaki dirujuk
melakukan operasi daripada sebelumnya.
Sementara menurut Nursyaifuddin (2016), terdapat beberapa komponen yang dapat digunakan sebagai
indikator body dissatisfaction pada seorang individu di antaranya,
1. Komponen afektif
Afektif mencakup perasaan dan emosi individu tentang kepuasan serta evaluasi penampilan dan bentuk
fisiknya. Hal ini mencakup bagaimana perasaan individu tentang tubuhnya seperti individu yang memiliki
perasaan negatif akan bentuk tubuhnya sehingga membuat individu tersebut tidak suka akan bentuk
tubuhnya.
2. Komponen kognitif
Sosiologi79
Kognitif mencakup bagaimana persepsi dan pemikiran individu akan penampilan tubuhnya. Proses
kognitif terjadi ketika individu mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang citra tubuh/bentuk
tubuh ideal yang di simpan dan di proses dalam ingatan individu tersebut. Informasi tersebut berupa
bentuk tubuh serta ukuran yang di anggap positif dan negatif/buruk atau baiknya yang individu peroleh
dari lingkungan sosial di mana individu tinggal.
3. Komponen perilaku
Perilaku adalah hal yang muncul dikarenakan pengaruh komponen afektif dan kognitif. Di mana
pemikiran mempengaruhi individu untuk bersikap. Perilaku yang berkaitan dengan body dissatisfaction
contohnya penghindaran individu bertemu dengan orang lain dikarenakan ketidaknyamanan akan
penampilan fisiknya, menutupi dan menyamarkan bentuk tubuh dari keadaan yang sebenarnya.
D. Faktor Body Dissatisfaction
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya body dissatisfaction menurut Bremh
(1999) di antaranya,
1. Standar kecantikan yang tidak mungkin dicapai
Setiap kebudayaan dalam suatu tempat atau wilayah memiliki standar kecantikan yang mungkin dapat
berbeda satu dengan yang lain. Sebagian besar kebudayaan, walaupun berbeda, biasanya menganggap
penampilan yang baik dan menyenangkan sebagai status yang lebih tinggi, kesempatan yang lebih baik
untuk menarik lawan jenis, dan hal positif yang lain. Body dissatisfaction merupakan kesenjangan antara
bentuk tubuh yang ideal dengan bentuk tubuh individu yang sesungguhnya.
2. Kepercayaan atau keyakinan bahwa kontrol terhadap diri akan menghasilkan tubuh yang ideal.
Pada kenyataannya kontrol terhadap tampilan tubuh sangat terbatas. Kepercayaan bahwa berat badan
merupakan fungsi kontrol diri sering kali menjerumuskan. Kepercayaan tersebut akan menyebabkan
seseorang merasa frustrasi dan bersalah apabila usaha untuk mengontrol berat badannya tidak
memberikan hasil yang diinginkan atau mencapai berat badan ideal.
Sosiologi79
3. Ketidakpuasan yang mendalam terhadap diri sendiri dan kehidupan.
Tingkat kepuasan terhadap bentuk tubuh yang tinggi diasosiasikan dengan tingkat harga diri sosial yang
tinggi pula. Beberapa ahli citra tubuh percaya bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh terutama apabila
diikuti dengan adanya perasaan benci terhadap tubuhnya merupakan suatu ekspresi dari harga diri yang
rendah. Hal ini bisa terjadi karena tubuh merupakan bagian diri yang dapat dilihat, sehingga bila individu
memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, maka individu tersebut juga akan memiliki perasaan negatif
terhadap tubuhnya.
4. Kebutuhan akan kontrol karena banyak hal yang tidak dapat dikontrol.
Manusia pasti memiliki masalah‐masalah dalam hidupnya, dan sebagian masalah tersebut tidak memiliki
jawaban kendati orang yang bersangkutan sangat membutuhkan jawaban atas suatu masalah. Keadaan
ini dapat menyebabkan sebagian orang berusaha mengontrol hal‐hal yang dapat mereka kontrol,
misalnya mengontrol apa yang mereka makan dan mengontrol berat badan. Dengan mengontrol tubuh
seperti itu, individu dapat merasa tertolong sebab setidaknya individu tersebut memiliki pengaruh
terhadap hidupnya.
5. Hidup dalam budaya first impressions.
Penampilan seseorang merupakan hal yang sangat penting. Lingkungan sering kali menilai seseorang
berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan dan tampilan fisik. Tampilan yang baik sering
diasosiasikan dengan status yang lebih tinggi, kesempatan yang lebih luas untuk dapat menarik
pasangan dan kualitas positif lainnya.
E. Dampak Body Dissatisfaction
Body dissatisfaction dapat memberikan dampak negatif kepada seseorang di antaranya,
1. Depresi
Sosiologi79
Remaja yang memiliki citra diri negatif lebih mengalami depresi, kecemasan, dan cenderung memiliki
pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri daripada kelompok remaja yang bisa menerima
penampilan tubuh mereka apa adanya, bahkan jika dibandingkan dengan remaja pengidap penyakit
kejiwaan lainnya.
2. Body Dysmorphia Disorder (BDD)
Body dysmorphia adalah obsesi citra tubuh yang ditandai dengan kekhawatiran terus‐menerus hingga
taraf mengganggu tentang cacat fisik dan penampilan yang dirasa, atau perhatian yang sangat
berlebihan tentang kekurangan tubuh, seperti hidung bengkok atau kulit yang tidak sempurna. Obsesi
ini membuat pada sebagian orang untuk fokus pada apa pun kecuali ketidaksempurnaan diri. Hal ini
dapat menyebabkan rendah diri, menghindari situasi sosial, dan masalah di tempat kerja atau sekolah.
3. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa atau biasa disebut dengan gangguan makan banyak orang yang mengira bahwa
anoreksia adalah kondisi yang dialami oleh satu individu secara sukarela. Anoreksia adalah gangguan
jiwa yang paling mematikan, membawa peningkatan risiko kematian hingga enam kali lipat dan empat
kali risiko kematian akibat depresi berat. Anoreksia menyebabkan pengidapnya untuk menyangkal
kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri hingga ke titik kelaparan yang disengaja saat ia terobsesi
untuk menurunkan berat badan. Selain itu, pengidap anoreksia akan menyangkal kelaparan tersebut
dan menolak untuk makan, tetapi ia akan membalasnya makan berlebihan dan kembali membuang
asupan kalori dengan memuntahkan makanan atau berolahraga mati‐matian di luar batas toleransi
tubuhnya.
4. Bulimia Nervosa
Individu pengidap bulimia akan kehilangan kontrol makan dengan porsi besar dalam waktu yang singkat,
kemudian mengerahkan segala kemampuan diri untuk membuang asupan kalori dengan memaksakan
muntah, olahraga mati‐matian, atau penyalahgunaan obat pencahar. Seperti anoreksia, bulimia juga
akan berdampak pada kerusakan tubuh. Siklus makan dan muntah berlebihan bisa merusak organ‐organ
Sosiologi79
tubuh yang terlibat dalam sistem pencernaan, gigi yang rusak akibat abrasi dari muntah, dan maag.
Muntah berlebihan juga bisa menyebabkan dehidrasi yang bisa berujung pada serangan jantung aritmia,
gagal jantung, bahkan kematian.