Anda di halaman 1dari 17

A.

PENGERTIAN BODY IMAGE


Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh (body image) adalah ide
seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain.
Papalia, Olds, dan Feldman (2001) menyatakan bahwa citra tubuh (body image)
merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang.
Dacey & Kenny (2001) menyatakan bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang
akan penampilan mereka di hadapan orang lain.
Schlundt dan Jhonson (1990) mengatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan
gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk
tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negative.
Basow (1992) menjelaskan bahwa citra tubuh (body image) merupakan bagaimana
kita menerima dan juga merasakan tentang tubuh kita.
Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai citra tubuh (body image) (Cash
& pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999).
Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh (body image)
merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian
positif dan negatif.

Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak
lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan (Keliat ,1992).
Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan
lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat,
1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses
dalam kehidupan.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BODY IMAGE
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image
seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih negatif
memandang citra tubuhnya dibandingkan laki-laki. Laki-laki ingin bertubuh besar
dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan
mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan perempuan ingin memiliki
tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya.
2. Usia
Pada tahan remaja, body image menjadi penting. Hal ini berdampak pada usaha
berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badannya. Remaja perempuan
mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak senang
dengan penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan
makan (eating disorder).
3. Media Massa
Media yang muncul memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-
laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa memberi
pengaruh yang paling besar. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa
standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus, dan gambaran ideal bagi
laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
4. Keluarga
Orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga
mempengaruhi gambaran tubuh anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi.
Komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang
besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan
diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan
kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
5. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan
orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk
mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering
membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain
melakukan evaluasi terhadap dirinya.
C. PIRAMIDA MAKANAN (GIZI SEIMBANG)
Yang dimaksud dengan Gizi menurut kamus bahasa Indonesia adalah makanan pokok
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Asupan Gizi atau Nutrisi yang
cukup merupakan hal yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh agar hidup lebih
produktif dan terhindar dari berbagai penyakit. Dikatakan “Gizi yang Cukup” karena
asupannya tidak boleh kurang dari kebutuhan ataupun melebihi kebutuhan tubuh kita.
Kekurangan Gizi akan menyebabkan tubuh lebih rentan terkena penyakit akibat turunnya
daya tahan tubuh sedangkan asupan Gizi yang berlebihan akan menimbulkan resiko
terkenanya penyakit seperti darah tinggi, serangan jantung, stroke dan diabetes. Oleh
karena itu, perlu adanya keseimbangan dalam mengkonsumsi Gizi yang biasanya disebut
dengan Gizi Seimbang yang divisualisasikan seperti bentuk Piramida.
Gizi Seimbang yang biasanya digambarkan dengan bentuk Piramida Makanan adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal.

Tingkatan dalam Piramida Makanan


Piramida Makanan versi Indonesia terdiri dari 5 tingkatan makanan dan minuman sesuai
kebutuhan tubuh manusia serta 1 Tingkat pondasi hidup sehat seperti berolahraga teratur
dan menjaga berat badan yang ideal. Berikut ini adalah gambar Piramida Makanan untuk
menjaga keseimbangan Gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
1. Tingkat Pertama
Tingkat Pertama atau tingkat dasar adalah dalam piramida makanan sehat adalah
menjaga berat badan ideal dan rutin berolahraga. Kedua unsur tersebut sangat
mempengaruhi kualitas hidup sehat kita. Salah satu alasan akan pentingnya olahraga
adalah dengan menggunakan aturan sederhana seperti dibawah ini :
“Perubahan Berat Badan sama dengan Kalori yang masuk dikurangi dengan Kalori
yang keluar”
Dengan berolahraga kita dapat membakar kalori yang kita konsumsi dan menjaga
tubuh tetap berada di berat badan yang ideal. Makan lebih banyak daripada yang
dibakar akan menyebabkan pertambahan lemak dan berat badan sehingga
menimbulkan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan
tersebut.
2. Tingkat Kedua
Air memegangkan peranan yang sangat penting dalam tubuh manusia. Dalam tubuh
manusia, air berfungsi sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh, pengatur suhu tubuh,
pelarut zat-zat gizi lainnya dan sebagai pembantu dalam proses pencernaan. Dalam
satu hari, tubuh kita memerlukan 8 gelas air atau setara dengan 2 liter air.
3. Tingkat Ketiga
Tingkat ketiga adalah makanan-makanan yang merupakan sumber karbohidrat tinggi
seperti Nasi, Kentang, Roti, Biskuit, Jagung dan Ubi. Makanan-makanan tersebut
biasanya disebut dengan makanan pokok yang biasanya dikonsumsi 3 hingga 8 porsi
sehari.

4. Tingkat Keempat
Tingkat keempat dari Piramida Makanan adalah sayur-sayuran dan buah-buahan
yang merupakan sumber serat, vitamin dan mineral. Sayur-sayuran sebaiknya
dikonsumsi 3 hingga 5 porsi sedangkan buah-buah dapat dikonsumsi 2 sampai 3
porsi sehari.
5. Tingkat Kelima
Tingkat kelima adalah makanan-makanan yang merupakan sumber protein baik
protein nabati maupun protein hewani. Protein Nabati adalah protein yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan seperti Kacangkacangan dan makanan olahannya (tempe,
tahu). Sedangkan Protein Hewani adalah Protein yang didapat dari hewan
diantaranya seperti daging sapi, ikan, ayam, telur dan produk-produk susu.
Makananmakanan yang berprotein (nabati dan hewani) sebaiknya dikonsumsi 2
hingga 3 porsi setiap hari.
6. Tingkat Tertinggi (Puncak)
Tingkat Tertinggi atau posisi Puncak merupakan makanan-makanan yang tingkat
konsumsinya harus dibatasi. Hal ini dikarenakan tingkat kebutuhan butuh akan
makanan-makanan tersebut sangat rendah. Makanan-makanan tersebut diantaranya
adalah Garam, Gula dan Minyak.

D. MASALAH GIZI PADA REMAJA


1. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada
dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi
kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolahraga dan melakukan pengaturan
makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai
untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya
makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat
membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa
kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.
Pergeseran pola makan yang komposisinya mengandung tinggi kalori, lemak,
karbohidrat, kolesterol serta natrium, namun rendah serat seperti fast food dan soft
drink menimbulkan ketidak seimbangan asupan gizi dan merupakan salah satu faktor
risiko terhadap munculnya obesitas pada remaja. Obesitas pada remaja berisiko
menjadi obesitas pada saat usia dewasa dan berpotensi dapat menyebabkan penyakit
kardiovaskuler dan metabolik.
2. Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa
akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena
makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis
erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau
dipandang lawan jenis kurang seksi.
3. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai
terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah,
dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai
pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar
zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan
makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu
bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah
dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 – 18 gr % dan eritrosit 4,5 -
5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin normal adalah 12 – 16 gr %
dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3.
Remaja putri lebih mudah terserang anemia karena :
 Pada umunya lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat
besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan
tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
 Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
 Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
melalui feses.
 Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3
mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.

Beberapa masalah gizi yang banyak menyerang kaum remaja, seperti dikutip
dari BBCHealth (2012) :
a. Kekurangan zat besi
Kondisi ini merupakan hal yang paling umum dijumpai. Pertumbuhan yang
cepat ditambah dengan gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk bisa
mengakibatkan remaja mengalami anemia akibat kekurangan zat besi, terutama
pada remaja putri ketika ia sudah mengalami menstruasi. Sumber makanan utama
yang mengandung zat besi adalah daging merah, sereal, buah kering, roti dan
sayuran berdaun hijau. Sumber zat besi yang berasal dari non-daging
membutuhkan asupan nutrisi lain untuk meningkatkan penyerapannya seperti
makanan kaya vitamin C (jeruk, blackcurrant dan sayuran berdaun hijau),
sedangkan zat tanin yang terkandung dalam teh bisa mengurangi penyerapan zat
besi.
b. Kekurangan kalsium
Survei menemukan sekitar 25 persen remaja memiliki asupan kalsium lebih
rendah dari yang direkomendasikan sehingga berdampak terhadap kesehatan
tulangnya di masa depan, salah satunya adalah osteoporosis yang membuat tulang
rapuh dan mudah patah.
Tulang akan terus tumbuh dan diperkuat sampai usia 30 tahun dan masa
remaja adalah waktu yang sangat penting untuk perkembangan ini. Nutrisi yang
diperlukan seperti vitamin D, kalsium dan fosfor. Sumber kaya kalsium yang
sebaiknya dikonsumsi adalah susu dan produk susu, misalnya segelas susu, 150
gram yogurt dan sepotong keju ukuran kecil. Jika tidak bisa mengonsumsi produk
susu, maka konsumsilah susu kedelai yang sudah difortifikasi, atau jika takut
dengan kandungan lemak pilihlah susu yang rendah lemak (low fat).
c. Kekurangan gizi akibat salah diet
Berbagai studi melaporkan kaum remaja terutama perempuan banyak yang
tidak puas dengan berat badannya, sehingga melakukan diet dengan cara yang
salah seperti melewatkan waktu makan, menghindari daging merah, tapi
mengonsumsi makanan ringan dan bergula.
Hal ini bukanlah pilihan yang tepat dan sehat karena pada usia tersebut tubuh
mengalami percepatan pertumbuhan yang menuntut adanya peningkatan nutrisi.
Jika diet yang dilakukan salah maka tubuh akan mendapatkan nutrisi yang penting
dalam jumlah kecil atau tidak sama sekali.
Sebaiknya konsumsilah makanan secara masuk akal, olahraga teratur,
mengurangi makanan bergula dan banyak lemak untuk mengurangi kelebihan
kalori sambil tetap mempertahankan nutrisi yang masuk. Selain itu masa-masa
remaja merupakan waktu yang banyak menyebabkan perkembangan gangguan
makan.

E. AKTIVITAS/OLAHRAGA
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuhdan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2006).
Aktivitas fisik diketahui melalui kombinasi metode dua hari recall. Pengukuran
aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu
melakukan aktivitas dalam sehari. WHO 2001 menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah
variabel penting dalam penghitungan kebutuhan energi. Berdasarkan WHO (2001),
besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL
(Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. Sebaran subjek berdasarkan aktivitas
fisik dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik


Kategori aktivitas fisik N %
Kategori aktivitas fisik
Sangat ringan 1 2.9
Ringan 31 88.6
Sedang 3 8.6
Total 35 100.0
PAL rata-rata±SD 1.56±0.09

Rata-rata tingkat aktivitas fisik atau PAL subjek adalah 1.56±0.09 tergolong dalam
kategori ringan. Sebagian besar aktivitas fisik subjek termasuk dalam kategori ringan
(88.6%) dan sedang (8.6%), Aktivitas fisik subjek sebagian besar tergolong dalam
aktivitas ringan (sedentary). Berdasarkan data recall aktivitas fisik 2 kali selama 24 jam,
sebagian besar aktivitas subjek selain mengajar yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sedangkan untuk waktu senggang dihabiskan untuk bersantai seperti menonton televisi dan
sebagian besar subjek jarang berolahraga. Menurut Wirakusumah (2003) gaya hidup
dengan aktivitas fisik rendah akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Obesitas
disebabkan karena pola makan dan aktivitas fisik yang tergolong aktivitas fisik ringan
sehingga energi yang dikeluarkan tidak sesuai dengan asupan pangan. Jika hal ini terjadi
dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan lemak di
bawah kulit yang akhirnya terjadi obesitas.

F. KEBUTUHAN GIZI YANG TEPAT


Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun
beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau
selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam
keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur
proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Sedioetama
1996 dalam Suryono 2007).
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah
produksi dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat konsumsi, lebih banyak ditentukan oleh
kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan
kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk
mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi
(Sedioetama 1996 dalam Suryono 2007).
Konsumsi pangan subjek diperoleh dengan menggunakan metode Food record selama
7 hari, dan food recall 24 jam selama 2 kali pada saat hari kerja dan libur. Tingkat
kecukupan energi dan zat gizi individu dapat diketahui dengan cara membandingkan
kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh individu dengan angka kecukupan zat
gizi sesuai umur subjek yang ditentukan oleh umur dan jenis kelamin subjek. Untuk
menghitung estimasi kecukupan zat gizi subjek menggunakan AKG 2013 berdasarkan
umur dan jenis kelamin subjek.

a. Asupan Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup. Menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,
lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat,
lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Kebutuhan
energi seseorang menurut FAO/WHO (2001) adalah konsumsi energi berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila dia
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai
dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas
fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier 2009).
Setelah dilakukan Uji beda T test pada recall dan record subjek didapatkan
hasil tidak berbeda nyata (p>0.05) antara konsumsi harian subjek sehingga dirata-
ratakan antara konsumsi subjek berdasarkan recall dan record. Rata-rata konsumsi
energi subjek adalah 1868±312 kkal perhari dengan tingkat kecukupan 91.6±16.2%.
sebaran subjek berdasarkan kecukupan kebutuhan energi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Table sebaran subjek berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi


Tingkat konsumsi Energi N %
Defisit berat (<70%) 3 8.6
Defisit sedang (70-79%) 2 5.7
Defisit ringan (80-89%) 11 31.4
Normal (90-119%) 18 51.4
Lebih (≥120%) 1 2.9
Jumlah 35 100
TKG energi (kkal) rata-rata±SD 91.6±16.2

Berdasarkan tabel sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi


rata-rata subjek memiliki tingkat konsumsi normal dan defisit ringan dengan
persentase sebesar 51.4% dan 31.4%. dan kategori tingkat konsumsi energi
terendah yaitu konsumsi lebih (2.9%). Dilihat dari data konsumsi subjek,
konsumsi pangan cukup beragam dengan rata-rata 3 kali makan utama dan 2-3
kali selingan setiap harinya.

b. Asupan Protein
Protein merupakan kebutuhan penting dalam tubuh kita untuk membentuk
tubuh kita maka protein yang berada dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Salah satu fungsi protein sebagai
pembentukan antibodi dan mengangkut zat-zat gizi. Dalam keadaan kekurangan
protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun
ini berkurang sehingga seseorang yang mengalami kekurangan protein lebih rentan
terhadap bahan-bahan racun dan obat-obatan. Selain itu, menyebabkan gangguan
pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi (Almatsier 2009).
Hasil uji beda t test yang dilakukan pada recall dan record konsumsi
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan (p>0.05) antara recall dan record
konsumsi pangan sehingga hasil dirata-ratakan. Rata-rata konsumsi protein subjek
adalah 68.4±12.9 gram perhari dengan tingkat kecukupan 121.0±21.7%. Sebaran
subjek berdasarkan kecukupan kebutuhan protein dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :

Tabel sebaran subjek berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein


Tingkat konsumsi Energi N %
Defisit sedang (70-79%) 2 5.7
Defisit ringan (80-89%) 1 2.9
Normal (90-119%) 15 42.9
Lebih (≥120%) 17 48.6
Jumlah 35 100
TKG protein (g) rata-rata±SD 121.0±21.7

c. Lemak
Lemak diperlukan sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh. Satu gram
lemak menghasilkan 9 kalori. Angka Kebutuhan Gizi harian untuk lemak sebesar 62
gram. Lemak juga membantu menjaga kesehatan kulit dan rambut, suhu tubuh,
metabolisme sel tubuh, dan membantu melarutkan vitamin A, D, E, dan K. Ada dua
jenis sumber lemak, yaitu sumber lemak “baik” dan lemak “jahat”. Lemak "baik” atau
lemak tidak jenuh (unsaturated fat), seperti asam lemak Omega-3 bermanfaat untuk
kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung koroner.
Lemak “baik” bisa diperoleh dari olive oil, canola oil, minyak sayur, kedelai, kacang-
kacangan, biji-bijian, kenari, alpukat. Sedangkan asam lemak Omega-3 banyak
terdapat di ikan salmon dan mackerel. Lemak “jahat” atau lemak jenuh (saturated fat)
dan lemak trans (trans fat) jika dikonsumsi berlebih dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung karena kadar kolesterol total dan kolesterol jahat LDL meningkat.
Lemak jenuh terdapat pada hewani seperti daging, jerohan, sedangkan lemak trans
terdapat pada minyak sayur yang dihidrogenasi, margarin, serta makanan yang
digoreng. Berdasarkan rekomendasi dari U.S. Department of Agriculture (USDA) dan
the Department of Health and Human Services (HHS), asupan lemak tidak boleh
melebihi 35% dari total kalori harian Anda.

Mikronutrisi adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit (hanya
dalam ukuran miligram sampai mikrogram). Beberapa vitamin dan mineral tertentu
termasuk dalam mikronutrisi, begitu juga dengan asam lemak esensial seperti misalnya,
asam linoleat yang baik untuk perkembangan otak.

1. Vitamin & Mineral

Vitamin dan mineral diperlukan setiap hari untuk mengatur berbagai proses dalam
tubuh, membantu pembentukan energi serta proses berpikir. Tubuh membutuhkan
vitamin yang tediri dari 2 golongan, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (Vitamin A,
D, E, K) dan vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan 8 macam Vitamin B
Kompleks). Selain vitamin, tubuh juga membutuhkan beberapa mineral esensial
seperti besi, mangan, tembaga, selenium, yodida dan fluorida. Selain fluorida, mineral-
mineral tersebut berfungsi mengaktivasi enzim yang berperan dalam metabolisme,
sedang fluorida dibutuhkan untuk bersenyawa dengan kalsium, membantu
menstabilkan mineral dalam tulang dan gigi serta mencegah kerusakan gigi. Beberapa
mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang banyak seperti kalsium, fosfat, natrium,
klorida, magnesium dan kalium, yakni sekitar 1-2 gram/hari. Sedang air dibutuhkan
dalam jumlah sekitar 2 liter/hari. Disarankan mengonsumsi 5–9 porsi buah dan sayur
setiap hari. Satu porsi buah dan sayur setara dengan 40 kalori. Buah dan sayur juga
memberikan serat dan fitonutrisi untuk kesehatan optimal.

2. Serat

Serat sangat baik untuk memperlancar fungsi pencernaan, mengurangi perubahan gula
darah dan kolesterol setelah makan serta membantu mengeluarkan bahan-bahan
penyebab kanker yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus besar. Fungsi serat antara
lain : membuat sisa makanan yang tidak terserap cepat keluar dari usus, sehingga
mengurangi penyerapan racun yang ada di sisa makanan, memperlancar buang air
besar sehingga mencegah konstipasi dan penyakit wasir, mengonsumsi sedikitnya 25
gram serat per hari membuat wanita memiliki risiko 40% lebih rendah akan serangan
jantung, membantu menjaga berat badan ideal, menghambat proses penyerapan lemak
dan menciptakan rasa kenyang lebih cepat, dan mencegah risiko diabetes. Penuhi
kebutuhan serat harian Anda dengan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan
serealia. Buah yang berserat tinggi antara lain: jeruk, sirsak, apel, dan pepaya.
Sedangkan sayuran: kacang panjang, buncis, tauge, brokoli, wortel, tomat, dan
kangkung mengandung 2-5 gram serat per 100 gram. Kacang-kacangan dan serealia
mengandung 4-10 gram serat per 100 gram.

G. HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN GANGGUAN PERILAKU MAKAN


Gangguan perilaku makan adalah suatu permasalahan yang serius, kadang sulit untuk
disembuhkan dengan terapi, disertai banyak komplikasi medis dan angka mortalitas yang
tinggi sejalan dengan tingkat komorbiditas psikiatri yang tinggi pula (Striegel-Moore,
Wonderlich, Walsh, & Mitchell, 2011).Gangguan perilaku makan diartikan suatu sindrom
psikiatrik yang ditandai oleh pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik
psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan (Lisal,
2008).Thompson dalam Sucita (2008) yang mengungkapkan bahwa semua perempuan
memperhatikan berat badannya dan takut mengalami kelebihan berat badan sehingga
cenderung untuk mengalami gangguan dalam perilaku makan. Remaja putri merupakan
kelompok masyarakat yang paling berisiko, dan diestimasikan hingga 70% remaja putri
terkena permasalahan ini (Gibney, Margetts, Kearney, & Arab, 2004).
Klasifikasi Gangguan Perilaku Makan
Klasifikasi dari gangguan perilaku makan sebagai suatu gangguan mental dimulai dengan
anorexia nervosa pada sekitar tahun 1970, diikuti dengan bulimia nervosa pada sekitar
tahun 1980, dan klasifikasi untuk gangguan perilaku makan yang berbeda dari dua
klasifikasi tersebut (Levin & Becker, 2010). Berdasarkan panduan diagnostic dan statistic
untuk gangguan mental edisi keempat (DSM-IV), gangguan perilaku makan dibagi
menjadi tiga, yaitu AN, BN, dan EDNOS (Lemberg, 1991).

A. Anorexia Nervosa (AN)


Anorexia Nervosa adalah sebuah gangguan perilaku makan yang ditandai
dengan adanya penurunan berat badan, jauh dari rentang normal, yang dilakukan
dengan sengaja (Lemberg, 1991). Menurut diagnosis DSM-IV, AN didefinisikan
sebagai ketakutan yang berlebihan terhadap pertambahan berat badan, meskipun telah
mengalami kekurangan berat badan. Terdapat gangguan dengan cara seseorang
memandang tubuhnya dan terdapat suatu penolakan untuk mempertahankan bentuk
tubuh diatas berat badan normal minimal. Pada wanita, siklus menstruasi dapat
terhambat sekurangnya tiga siklus berturut-turut. Terdapat dua jenis AN, tipe
restricting type dan tipe binge/purging type (American Psychiatric Association, 2000
dalam Stuart & Laraia, 2005). AN jenis restricting-type anorexia terlihat individu
menurunkan berat badan dengan melakukan diet tanpa disertai perilaku makan
berlebihan atau memuntahkan kembali makanannya.
Sedangkan pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara
berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara sengaja (APA, 2005).
Sebagian besar individu dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan
kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau
malnutrisi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur berat badannya berulang
kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan jumlah yang
sangat kecil (Wonderlich, et al, 2005).
Kebanyakan pasien dengan AN juga akan memiliki masalah psikiatri dan
berbagai penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, penyalahgunaan zat, komplikasi
kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang terhambat (Becker, et al,
2002). Gejala lain yang mungkin terlihat antara lain penipisan tulang (osteopenia atau
osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan,
pertumbuhan rambut halus pada tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan, kelemahan
dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, penurunan suhu tubuh,
dan kelemahan (Wonderlich, 2005).
Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan dan
pertumbuhan fisiknya terhambat (Chavez & Insel, 2007). Gejala metabolik lainnya,
seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan oleh gangguan aksis
hipotalamus-Pituitary-gonad (Kiyohara,et al, 1987). Pengurangan densitas tulang
diobservasi pada pasien dengan AN meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur
dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan steroid gonad dan
peningkatan kortisol (Karlsson, et al, 2000).

B. Bulimia Nervosa (BN)


Menurut diagnosa DSM-IV, bulimia nervosa adalah episode berulang dari
BED dengan kurangnya control terhadap perilaku makan dan perhatian berlebihan
terhadap bentuk tubuh dan berat badan. Seseorang yang dikatakan mengalami bulimia
nervosa juga memuntahkan kembali makanannya secara regular, menggunakan obat-
obatan pencahar tanpa indikasi, berpuasa, maupun melakukan olahraga secara
berlebihan (American Psychiatric Association, 2000 dalam Stuart & Laraia, 2005).
DSM-IV membagi BN kepada dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada
tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara sengaja atau
menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, individu
tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti
berpuasa secara berlebihan. Tidak seperti AN, penderita BN masih dapat memiliki
berat badan yang normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN,
mereka juga mempunyai ketakutan akan pertambahan berat badan, dan menjalani
tindakan ekstrim untuk mengurangi berat badan, serta merasa sangat tidak puas atas
ukuran dan bentuk tubuh (APA, 2005). Mirip dengan AN, orang yang menderita BN
juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas, maupun permasalahan
penyalahgunaan zat. Akibat fisik dari BN antara lain, ketidak seimbangan elektrolit,
masalah gastrointestinal, dan masalah yang berkaitan dengan rongga mulut dan gigi
(APA, 2005).
C. Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)
1. Binge Eating Disorder (BED) Individu yang mengalami BED mengonsumsi kalori
dalam jumlah yang besar namun tidak memiliki keinginan untuk mencegah
kenaikan berat badan. Penyakit ini memiliki prevalensi rata-rata 2-4% dari
populasi yang ada. Terdapat sekitar 19%-40% dari penderita obesitas yang
mencari terapi untuk mengontrol berat badan memiliki riwayat BED. Hal ini
menunjukkan bahwa mengkaji tentang gangguan perilaku makan seharusnya
menjadi bagian yang penting pada program manajemen berat badan (Grilo, 1998
dalam Stuart & Laraia, 2005). Obesitas semasa kecil dan orang tua yang
mengalami obesitas merupakan faktor risiko spesifik untuk terjadinya BED
(Abraham & Stafford, 2007). Binge Eating Disorder digolongkan pada orang
dengan episode binge-eating yang rekuren sewaktu seseorang merasakan
hilangnya penguasaan terhadap perilaku makannya. Tidak seperti BN, episode
binge-eating ini tidak diikuti dengan proses pengontrolan, olahraga yang
berlebihan, atau puasa. Mereka juga merasa bersalah, malu, maupun distress
dengan binge-eating yang dapat menyebabkan terjadinya lebih banyak episode
binge-eating.Mereka juga sering mempunyai penyakit psikologis termasuk
ansietas, depresi, dan kekacauan kepribadian (APA, 2005).
2. Night Eating Syndrome(NES)Sindrom makan di malam hari adalah gangguan
makan berat yang sedang dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam DSM-IV-
TR sebagai gangguan perilaku makan yang terpisah. Individu yang memiliki
sindrom makan di malam hari memiliki gejala anoreksia di pagi hari dan
mengalami kesulitan dalam mempertahankan tidur serta mengalami depresi
sebagian besar di malam hari.Individu biasanya akan terbangun dua kali setiap
malam dan hal ini berkaitan dengan pengonsumsian makanan. Prevalensi dari
sindrom ini diperkirakan 1,5% pada populasi umum, 8,3% pada populasi obesitas,
dan 27% diantara populasi obesitas berat yang mencari penanganan bedah
(Strunkard & Allison, 2003 dalam Stuart & Laraia, 2005)
SUMBER

 HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE, AKTIVITAS FISIK, DAN KONSUMSI


PANGAN SUMBER LEMAK, DENGAN STATUS GIZI GURU WANITA -
NOVIA MASARANI PURBA
(http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83067/1/I15nmp.pdf)
 http://mikeauliaputri.blogspot.co.id/2012/11/makalah-body-image.html
 http://www.psikoma.com/body-image-masalah-yang-sering-muncul-pada-remaja/
 http://erepo.unud.ac.id/9933/3/245d0f81277e95912240e6d61ffc37eb
PAPER GIZI
“BODY IMAGE”

OLEH KELOMPOK 7

1. PRIMA DOMINIKA ANOIT


2. RATNA ANINDIR I. H. PURANDIMA
3. REZA PUTRI R. RUSDA
4. RIZKY J. BAKO
5. ROSWITA SANIT
6. SARAH VENNI CANDRA KIRANA
7. SHAFIRA AURA RAMADHANI

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2018

Anda mungkin juga menyukai