Anda di halaman 1dari 35

FAKULTAS PSIKOLOGI UNISBA

BAGIAN UMUM DAN EKSPERIMEN


PROPOSAL PENELITIAN QUASI EXPERIMENT
PENGARUH FITNESS TERHADAP KEPUASAN CITRA TUBUH PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG MENGALAMI OBESITAS
DI HELIOS CABANG METRO
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pra Praktikum Psikologi Eksperimen II
Semester Genap Tahun Akademik 2014-2015
Dosen Pembimbing: Yunita Sari, M. Psi
OIeh:
Nama : Medina Wigrhanty
NPM

: 10050013121

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Yunita Sari, M. Psi

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS PSIKOLOGI
BAGIAN UMUM DAN EKSPERIMEN
2015

1.1. LATAR BELAKANG


Obesitas sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan
lemak yang serius dalam jaringan adipose, sehingga bisa mengganggu kesehatan
(Garrow, 1988). Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai
tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti
di negara-negara Eropah, USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi.
Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara
berkembang obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.
Sebagai contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori
obes (WHO, 1998).
Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan
Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong
overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami
overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi
overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di
daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masingmasing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000).
Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi
obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data obesitas pada orang dewasa yang
tinggal di ibukota provinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian kita
terutama pada wanita. Survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di
ibukota seluruh provinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki
dewasa (>=18 tahun) mengalami overweight (BMI >=30) dan 6,8% mengalami
obesitas, 10,5% penduduk wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5%
mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun
obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki
dan 30,4% dan 43% pada wanita (Depkes, 2003).

Penampilan fisik yang menarik merupakan salah satu aspek yang dilihat
dalam kesan pertama individu. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan fisik
merupakan salah satu cara yang digunakan oleh individu dalam menarik lawan
jenisnya. Menurut Conger dan Petersen (dalam Perdani, 2009) seseorang yang
memasuki masa remaja akan semakin memperhatikan penampilan fisik mereka
dan mulai berpikir bagaimana memperbaiki penampilan fisik agar semakin
menarik. Bukan hanya remaja, individu yang memasuki usia dewasa awal juga
selalu memperhatikan penampilan fisik dan berusaha tampil menarik saat
berhadapan dengan orang lain. Sears (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan
bahwa fitness merupakan gaya hidup yang melibatkan unsur latihan (beban dan
aerobik), pengaturan pola makan, dan istirahat dalam kadar yang proporsional.
Olahraga fitness muncul sebagai fenomena baru, serta tumbuh dan berkembang
mengikuti gaya hidup modern, khususnya di kota-kota besar. Menurut Febrianto
(2013), fitness kini bukan hanya sebagai media untuk menjaga kebugaran dan
membentuk tubuh menjadi lebih ideal, akan tetapi juga menjadi gaya hidup di
masyarakat. Masyarakat di kota-kota besar cenderung memilih fitness sebagai
olahraga mereka karena praktis dan mudah, tanpa harus mencari tempat atau
lapangan terbuka di tengah kepadatan kota besar (Yudha, 2006).
Selain karena praktis dan mudah, para pelaku fitness memiliki beragam
alasan dalam melakukan latihan fitness yaitu untuk mempertahankan kebugaran
dan kesehatan fisik, ataupun untuk mendapatkan tubuh ideal (Yudha, 2006).
Banyaknya model perempuan di media massa yang tampil dengan tubuh ideal dan
langsing yang diperolehnya dari latihan fitness turut menjadikan fitness sebagai
salah satu olahraga yang banyak digemari oleh perempuan untuk mendapatkan
tubuh ideal yang mereka impikan (Aswi, 2008).
Seperti individu pada umumnya, perempuan yang melakukan fitness
melakukan penilaian terhadap tubuhnya dengan membandingkannya dengan
orang lain yang dianggap ideal. Perempuan yang memiliki proporsi tubuh yang
ideal belum tentu memiliki penilaian positif terhadap tubuhnya. Vilegas dan
Tinsley (dalam Herabadi, 2007) mengemukakan bahwa tidak mengherankan jika

orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan
yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai tubuhnya
karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media massa sebagai
pembanding.
Citra tubuh merupakan salah satu penentu kehidupan sosial dan masa
depan. Menurut Martadi (2001) dalam konteks citra seseorang perempuan yang
tampil dalam majalah, budaya gender, dibangun dengan manipulasi tubuh
perempuan sebagai tanda dari sifat-sifat perempuaan yang secara stereotype
melekat pada diri wanita. Sifat tersebut antara lain keanggunan, kelembutan,
keibuan, serta kemanjaan. Thomson, Weber dan Brown (2000) dalam Prabundari
(2007)

mengatakan

bahwa

majalah

membuat

banyak

perempuan

menginternalisasi dan menerima budaya kurus-ideal dan memotivasi mereka


untuk menjadi seperti itu. Oleh karena itu, memiliki tubuh yang ramping
dipersepsikan di manapun sebagai salah satu hal penting yang menentukan
kebahagiaan seorang perempuan.
Penilaian perempuan terhadap tubuh dapat diwujudkan dengan penilaian
positif maupun negatif, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terbentuknya citra tubuh. Citra tubuh menurut Rice (dalam Nugraha, 2010) ialah
gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran,
perasaan, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya yang
merupakan pengalaman individual seseorang tentang tubuhnya. Oleh karena citra
tubuh lebih bersifat subyektif, maka citra tubuh yang dimiliki antara satu orang
dengan yang lain tentu berbeda (tinggi atau rendah) yang kemudian
mempengaruhi

tingkat

kepuasan

terhadap

tubuhnya.

Melliana

(2006)

mengemukakan bahwa cara berpikir yang positif atau negatif merupakan hal
terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh seseorang.
Bagi wanita yang mengalami obesitas, masalah yang sering muncul adalah
citra tubuh yang negatif dan kondisi ini berbeda dengan lelaki yang lebih
mementingkan prestasinya daripada mengurus bentuk badan yang ideal (Dewi,

2004). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ikhsan (19 Tahun)
bahwa wanita yang memiliki badan gemuk akan menyibukkan dirinya agar
berpenampilan menarik. Sama sepertinya sebagai lelaki yang menjaga bentuk
tubuh, namun tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh wanita.
Dewi (2004) juga mengatakan bahwa kebanyakan wanita lebih menyukai
keindahan dan memperhatikan keindahan tubuh, maka bentuk tubuh yang menarik
akan menumbuhkan rasa citra dalam diri yang positif pada wanita saat tampil di
depan orang lain. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Monica (22
Tahun) bahwa dirinya berpikir bahwa orang yang memiliki badan bagus, wajah
yang menarik, dan berpenampilan bagus memiliki percaya diri yang lebih, dirinya
berpikir bahwa orang yang seperti itu pasti nyaman dengan kondisi tubuhnya, ia
berkata bahwa wanita yang memiliki badan gemuk sering dijadikan bahan lelucin
dan di anggap tidak menarik di hadapan orang lain.
Tubuh yang kurus, bagi wanita tidak hanya menunjukkan wanita yang
aktif, tetapi juga menyimbolkan kesuksesan dan status ekonomi yang tinggi
(Rodin, Sillberstein, & Stringel Moore, 1984). Wanita merasa tidak bahagia
dengan bentuk tubuhnya dan berusaha untuk menurunkan berat badannya
meskipun mereka sudah memiliki badan yang ideal. Striegel & Moore (2001)
menyatakan bahwa sudah sejak masa remaja wanita sudah mulai memfokuskan
diri dengan penampilan mereka dan juga sangat khawatir bila berat badan mereka
tidak ideal dengan tinggi badan mereka. Wanita meyakini bahwa jauh sebelum
masa remaja bahwa memiliki tubuh yang gemuk itu adalah suatu yang jelek, dan
langsing itu adalah sesuatu yang dianggap cantik (Dacey & Kenny, 2001).
Hurlock (1993) mengemukakan bahwa wanita pada umumnya merasa
takut pada tubuh yang terlalu gemuk, pendek, kurus, wajah yang kurang cantik,
ada jerawat dan sebagainya. Dewi (2004) mengatakan, bahwa segala hal tersebut
dianggap sebagai suatu kekurangan yang membuat mereka malu, karena wanita
menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Katrina (24 Tahun) bahwa daya tarik fisik

itu penting. Apabila dirinya sedang dalam keadaan dengan rambut yang lepek dan
juga dengan kondisi tubuh yang gemuk bertemu dengan orang yang baru, ia akan
merasa tidak percaya diri. Karena ia sering mendapatkan komentar mengenai
tubuhnya, meskipun demikian ia memiliki tekad yang kuat untuk merubah
keadaan tubuhnya menjadi seperti apa yang diinginkan.
Pada umumnya wanita lebih mementingkan penampilan fisik. Bila
penampilan fisik bagus maka akan meningkatkan citra tubuh menjadi positif,
maka penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal yang sangat
ditakuti (Dewi, 2004). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Agustiani (21 Tahun) yang sudah mengalami obesitas, penyebab obesitasnya
adalah karena ia mengalami putus hubungan dengan pasangannya yang membuat
ia stres sehingga pelampiasannya adalah makan dan pekerjaan yang membuatnya
lelah sehingga tidak ada waktu untuk berolahraga. Setelah menjadi obesitas, ia
merasakan kesehatannya mulai terganggu dan merusak penampilannya, oleh
karena itu, ia konsultasi dengan dokter gizi, lalu ia disarankan untuk melakukan
fitnes dan diet yang disarankan oleh dokter gizinya.
Individu yang berpikir positif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh
yang positif yang kemudian mengarahkannya pada rasa puas terhadap tubuhnya,
sedangkan individu yang berpikir negatif terhadap tubuhnya akan memiliki citra
tubuh negatif yang mengarahkannya pada ketidakpuasan tubuh. Menurut Mintz
dan Betz (dalam Pratiwi, 2009) kepuasan citra tubuh ialah derajat kepuasan
mengenai

bagian-bagian

dan

karakteristik

tubuh

seseorang,

sedangkan

ketidakpuasan citra tubuh akan terjadi jika derajat kepuasan seseorang terhadap
tubuhnya rendah. Adanya ketidaksesuaian antara tubuh riil dengan standar tubuh
ideal yang dijadikan sebagai pembanding dapat berpengaruh pada rendahnya
kepuasan citra tubuh, sebaliknya memiliki bentuk tubuh yang baik dapat
berpengaruh pada kepuasan citra tubuh. Menurut Hurlock (dalam Sari, 2012)
memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap
tubuh individu.

Berdasarkan wawancara di atas perlu dilakukan penelitian untuk


mengetahui pengaruh fitnes terhadap citra tubuh wanita dewasa awal yang
mengalami obesitas di Helios cabang Metro. Penelitian dilakukan ditempat
tersebut karena dilihat dari letak fitness centre yang berada dipusat kota, dimana
para wanita dewasa awal lebih mudah mengakses informasi, mengikuti trend,
lebih mudah terpengaruh terhadap media masa dan penilaian terhadap citra tubuh.
Hal tersebut dapat membuat mereka lebih rentan mengalami kepuasan citra tubuh
yang negatif.
Dengan demikian perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
Apakah ada pengaruh fitnes terhadap kepuasan citra tubuh perempuan
dewasa awal yang mengalami obesitas melakukan fitness di Helios Cabang
Metro?

1.2. Identifikasi Masalah


Jumlah penderita obesitas yang semakin meningkat di Indonesia dari tahun
ke tahun. Dokter Spesialis Gizi RS CM-FKUI Dr.Inge Permadhi, MS, SpGK,
memaparkan bahwa hasil riset kesehatan dasar (Risdekas) Indonesia pada tahun
2010 menunjukan 27,7 juta jiwa penduduk Indonesia yang berusia diatas 18 tahun
mengalami obesitas. Jumlah ini sama dengan 11,7 persen dari keseluruhan
penduduk Indonesia. Jumlah ini meningkat drastis dari jumlah penderita obesitas
di Indonesia pada tahun 2001 , yaitu hanya sekitar 2,4 persen. Ia memaparkan
bahwa saat ini obesitas adalah penyebab kematian tertinggi di dunia, melewati
jumlah kematian karena rokok. Hal ini dikarenakan obesitas dapat berdampak
pada komplikasi berbagai macam penyakit berbahaya seperti penyakit jantung
koroner, serangan stroke, diabetes, bahkan kanker. Menurut Dr.Inge , obesitas

disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat diantaranya karena makanan yang
tidak sehat dan terutama karena kurangnya aktivitas olahraga.
Namun, banyak sekali kendala yang menjadi alasan masyarakat untuk
tidak berolahraga, misalnya adalah keterbatasan tempat berolahraga, tidak adanya
waktu untuk berolahraga, dan lain-lain. Dari alasan yang ada tersebut, fitness
merupakan salah satu jawaban sebagai olahraga yang dapat dilakukan masyarakat
perkotaan karena olahraga di tempat fitness lebih memungkinkan untuk dilakukan
secara rutin dibandingkan dengan olahraga lain. Hal ini dikarenakan kepraktisan
yang ditawarkan oleh tempat fitness dimana masyarakat yang ingin berolahraga
hanya tinggal datang dan cukup membawa baju ganti saja.
Independent variable pada penelitian ini adalah fitness. Fitness adalah
kebugaran, maka tujuan dari seluruh rangkaian aktifitas fitness adalah kebugaran,
body builder (bina raga) dan fat loss (melangsingkan badan) yang membantu
seseorang untuk mewujudkan bentuk tubuh yang diinginkan.
Dependent variable pada penelitian ini adalah kepuasan citra tubuh
perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas berfitness di Helios Cabang
Metro, kepuasan citra tubuh perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas
apabila dikaitkan dengan teori akan mempengaruhi persepsi terhadap tubuhnya
sendiri sehingga memiliki kepuasan citra tubuh yang negatif. Dewi (2004)
mengatakan bahwa kebanyakan wanita lebih menyukai keindahan dan
memperhatikan keindahan tubuh, maka bentuk tubuh yang menarik akan
menumbuhkan rasa citra dalam diri yang positif pada wanita saat tampil di depan
orang lain.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fitnes terhadap kepuasan
citra tubuh perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas melakukan fitness
di Helios Cabang Metro.
1.4. Kegunaan Penelitian
a. Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu yang


bermanfaat untuk pengembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi
Eksperimen.
b. Daya Guna Penelitian

Bagi peneliti, yaitu sebagai suatu perbandingan antara teori yang

diperoleh dengan praktek sesungguhnya di lapangan.


Bagi kaum perempuan, yaitu mendapatkan referensi salah satu cara
untung mendongkrak kepuasan citra tubuh melalui fitness, karena
masih banyak perempuan yang tidak merasa percaya diri dengan
keadaan tubuhnya.

2.1. TINJAUAN TEORITIS


2.1.1. Kepuasan Citra Tubuh
Rice (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan bahwa citra tubuh adalah
gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran,
perasaan, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya yang
merupakan pengalaman individual seseorang tentang tubuhnya. Cara berpikir
yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau
menurunkan citra tubuh seseorang. Individu yang berpikir positif terhadap
tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang positif yang kemudian mengarahkannya
pada rasa puas terhadap citra tubuhnya, sedangkan individu yang berpikir negatif
terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang negatif yang mengarahkannya
pada rasa tidak puas terhadap citra tubuhnya (Melliana, 2006).
Menurut Thompson (dalam Pratiwi, 2009) kepuasan citra tubuh ialah
kepuasan dengan salah satu aspek dari tubuh, biasanya skala yang menentukan
situs nilai (misalnya pinggang, pinggul, paha, payudara, rambut, dan lain-lain).
Mintz dan Betz (dalam Pratiwi, 2009) mendefinisikan kepuasan citra tubuh ialah
derajat kepuasan mengenai bagian-bagian dan karakteristik tubuh seseorang,
sedangkan ketidakpuasan citra tubuh akan terjadi jika derajat kepuasan seseorang
terhadap tubuhnya rendah.

Kepuasan citra tubuh yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan ialah
berbeda, laki-laki memiliki kepuasan citra tubuh yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan (Santrock, 2007). Pada masa remaja awal, remaja perempuan kurang
puas dengan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama
pubertas, dibandingkan dengan remaja laki-laki. Pada saat yang sama, laki-laki
semakin puas dengan tubuhnya yang menjadi lebih berotot setelah pubertas
(Papalia dkk., 2008). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Phillips dan SeiffgeKrenke (dalam Santrock, 2007) bahwa seiring dengan berlangsungnya perubahan
di masa pubertas, remaja perempuan sering merasa tidak puas dengan tubuhnya
sehubungan dengan meningkatnya jumlah lemak, sementara itu remaja laki-laki
menjadi lebih puas ketika melewati masa pubertas sehubungan dengan
meningkatnya massa otot. Hal tersebut dikarenakan perempuan memandang
tubuhnya dari segi estetika, sedangkan laki-laki lebih memandang tubuhnya
secara fungsional dan aktif, sehingga laki-laki merasa lebih puas ketika tubuhnya
berotot karena memandang tubuhnya dapat menunjang aktivitasnya.

2.1.1.1.Komponen Citra Tubuh


Menurut Thompson (2001) citra tubuh merupakan kesatuan yang terdiri
dari komponen:
1. Persepsi
Komponen ini menjelaskan ketepatan seseorang tentang ukuran dan
bentuk tubuhnya. Faktor yang mempengaruhi komponen ini adalah
gangguan pengelihatan, gangguan adaptasi, serta kesalah persepsi.
Perasaan puas atau tidaknya seseorang individu dalam menilai bagian
tubuh tertentu berhubungan dengan komponen ini.
2. Perkembangan
Komponen ini menjelaskan tentang pentingnya pengalaman di masa
kecil dan remaja terhadap hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh.
Waktu saat pertama kali mengalami menstruasi serta perkembangan
seksual sekunder diasosiasikan sebagai kejadian penting terhadap citra

tubuh. Thompson (2001) menjelaskan bahwa remaja putri yang


mengalami menstruasi lebih cepat dibandingkan dengan temantemannya memiliki kepuasan citra tubuh yang lebih tinggi. Fabian dan
Thompson (dalam Thompson, 2001) menemukan bahwa remaja putri
yang mengalami menstruasi lebih lambat dibandingkan dengan temantemannya memiliki prasangka bahwa ukuran pahanya lebih besar dari
keadaan sesungguhnya, dan hal tersebut memiliki korelasi positif
dengan pengalaman di ejek tentang tubuh. Pada usia remaja, ejekan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepuasan citra tubuh,
gangguan makan dan kepercayaan diri. Selain itu Thompson dan
Heinberg (dalam Thompson, 2001) juga menambahkan komentar
negatif tentang berat badan dan ukuran tubuh lebih berpengaruh dalam
ketidakpuasan citra tubuh dibandingkan dengan komentar negatif
tentang tubuh secara keseluruhan.
3. Sosial budaya
Masyarakat akan menilai apa yang baik dan apa yang tidak, tidak
terkecuali dengan kecantikan. Menurut Thompson dan Tantleff (dalam
Thompson, 2001) meskipun masyarakat menilai bahwa sosok tubuh
yang ideal adalah wanita dengan yang tubuh kurus, wanita juga
menerima tekanan dalam bentuk yang berlawanan seperti wanita yang
ideal adalah wanita yang memiliki payudara yang besar. Teori feminis
menjelaskan bahwa kebanyakan wanita terlalu mengidentifikasi
dirinya dengan tubuhnya, dan hal tersebut menyebabkan mereka untuk
mengikuti sosok ideal yang ada di masyarakat bahwa mereka akan
dianggap menarik jika tubuh mereka menarik (Bergner, Remer dan
Whetsell; Striegel-Moore dan Marcus, dalam Thompso, 2001). Media
massa, menurut Lakoff dan Scherr (dalam Thompson, 2001), juga
memberikan pengaruh besar dalam menentukan standar tubuh yang
menarik, televisi dan majalah memiliki peranan yang buruk karena
model yang terlihat di media dilihat sebagai representasi sebenarnya
dari wanita sehari-hari seperti wanita kebanyakan.

2.1.1.2.Proses terbentuknya citra diri


Citra diri tebentuk dari persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain.
Sikap, nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi pada perkembangn citra tubuh
(Perry & Potter, 2005).
Citra diri adalah sebuah komponen vital konsep diri, citra diri mengacu pada
konsep dan sikap subjektif yang dimiliki individu terhadap tubuh mereka sendiri.
citra diri terdiri atas sifat fisiologis (persepsi tentang karakteristik fisik seseorang),
psikologi (nilai nilai sikap terhadap tubuh, kemampuan dan ideal diri). Ketiga
komponen ini saling berkaitan. Orang terdekat dalam kehidupan memberikan
dampak paling penting dan bermakna pada citra diri seseorang. Label yang
dilekatkan pada mereka (seperti : Si kerempeng, Si cantik , atau Si gendut)
ikut mempengaruhi citra diri mereka.
2.1.1.3.Respon citra diri
Respon citra diri terdiri dari citra diri positif dan citra diri negatif.

Citra diri positif


Citra diri positif adalah anggapan atau gambaran seseorang tentang
dirinya sendiri yang bersifat positif. Umumnya sejak anak anak orang tua
mereka telah menanamkan nilai-nilai positif kedalam pikiran anak. Orang
yang mempunyai citra diri positif mempunyai semangat hidup dan
semangat juang yang tinggi.
Dasar dari citra diri positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki citra diri yang positif berarti dapat

mengenal dirinya dengan baik.


Citra diri negatif
Citra diri negatif adalah gambaran serta anggapan seseorang
tentang dirinya sendiri yang bersifat negatif .Citra diri negatif tertanam
didalam diri seseorang akibat pangaruh lingkungan, orang lain.

2.1.1.4.Ciriciri citra diri


Ciriciri citra diri menurut Tadabbur, 2008 meliputi citra diri positif dan
negatif. Ciri ciri citra diri positif adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mempunyai gambaran diri yang jelas mengenai masa depannya.


Optimis mengarungi kehidupan.
Yakin dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
Penuh harapan dan yakin dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
Segera bangkit dari kegagalan dan tidak larut dalam duka berkepanjangan.
Tidak ada hal yang tidak mungkin.
Penuh percaya diri.

Ciri ciri citra diri negatif adalah:


1. Merasa rendah diri, menganggap dirinya tidak berguna dan tidak berarti
2.
3.
4.
5.
6.

ditengah masyarakat.
Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat dan lingkungan.
Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau mendapatkan sesuatu.
Merasa terlalu muda atau terlalu tua untuk melakukan sesuatu.
Merasa dibenci dan tidak disukai oleh lingkungan dan orang sekitar.
Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapatkan kegagalan dan

cemoohan dari orang disekelilingnya.


7. Merasa kurang pendidikan disbanding orang lain.
8. Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani memulai
sesuatu hal yang baru, selalu khawatir berbuat kesalahan dan ditertawakan
orang.
2.1.1.5.Faktorfaktor yang mempengaruhi citra diri
Menurut Linda Smolak dalam Body Image Development in Children,
faktor-faktor yang mempengaruhi citra diri adalah sebagai berikut
a. Jenis kelamin (Gender)
Pria cenderung menggunakan tubuhnya dengan aktif agar dpat menunjang
aktivitasnya, sedangkan perempuan lebih memandang tubuhnya dari segi
estetika dan bersifat evaluatif. Akibatnya, perempuan memiliki kepuasan
citra diri yang lebih rendah disbanding dengan kaum pria. Kelompok
remaja putri lebih memperhatikan perkembangan tubuhnya dibandingkan

remaja putra karena lebih terkait pada nilai nilai yang ada pada
kehidupan. Perubahan perkembangan tubuh semakin intensitas ketika
adanya steriotipe budaya dan remaja putri ingin memiliki bentuk tubuh
yang ideal (Hurlock,2003).
b. Berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan
Konsep citra diri berkaitan denagn derajat kekurusan ataupun kegemukan
tubuh individu. Remaja putri dengan berat badan berlebih akan merasa
tidak puas dengan citra tubuhnyadan sebagaimana pula sebalikknya. Bagi
remaja dengan normal akan lebih merasa puas dengan citra dirinya.
Ketidakpuasan yang timbul tidak hanya dikarenakan berat badan yang
berlebih tetapi juga harapan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal.
Dalam hal ini, berat badan dan ukuran badan disebutkan memiliki peranan
penting dalam kepuasan citra tubuh pada remaja, terutama yang tumbuh
dalam budaya yang mementingkan penampilan.
c. Teman sebaya
Teman sepergaulan memiliki peranan besar dalam terbentuknya citra diri
remaja dan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Menurut (Oliver & Thelen
(1996), persepsi akan bentuk tubuh yang kurus berhubungan dengan
popularitas antara teman sepergaulan dan ini menjadi prediksi kuat adanya
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal ini berarti, jika orang
tersebut bertubuh kurus dan mendekati bentuk tubuh ideal akan popular,
begitu pula sebaliknya.
d. Konsep diri
Konsep

diri

berpengaruh

terhadap

kepuasan

citra

tubuh

yang

dipersepsikan. Mereka yang memiliki harga diri positif tidak rentan


terhadap penghinaan fisik yang dilakukan pada lingkungannya.
e. Media masa
Media masa juga mengambil peran dalam pembentukan citra diri yang
positif maupun negatif. Wanita banyak menghabiskan waktu mereka untuk
melihat televisi maupun membaca majalah, hal ini secara tidak langsung
juga akan mempengaruhi pandangan gambaran penampilan yang ideal,

sehingga banyak dari wanita melakukan diet dan olahraga untuk


pembentukan badan yang ideal, sesuai dengan apa yang mereka lihat di
televisi maupaun yang mereka baca di majalah.
2.1.2. Dewasa Awal
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang
ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini
didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa
awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri,
baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan
tentang masa depan sudah lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa
seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap
hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak
seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang
disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
karena berbeda dengan orang lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun
samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka
yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan,
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara
fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta
transisi peran sosial (social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan
sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan
egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat

memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers &


Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau
membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh
anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan
suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal
merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara
intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa
dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan
memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan
fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikitdemi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada
masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat
besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe
yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana
lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola
kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal
adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga
ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri
perkembangan dewasa awal adalah:
1. Usia reproduktif (Reproductive Age). Masa dewasa adalah masa usia
reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi
masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa
belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai
karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
2. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age). Dengan
pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola

hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang
sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan
dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang
dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orangorang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur
hidup

dan

bertanggungjawab

dengan

kehidupannya.

Pria

mulai

membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya,


sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab
sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
3. Usia Banyak Masalah (Problem age). Masa ini adalah masa yang penuh
dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan
kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang
dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup
maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di
dalamnya.
4. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension). Banyak orang dewasa
muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalanpersoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan,
keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan
dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan
atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi
pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang
dialami dalam pergumulan persoalan.
5. Masa keterasingan sosial. Dengan berakhirnya pendidikan formal dan
terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir,
perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu
keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang.
Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan
yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut krisis ketersingan (Erikson:34).

6. Masa komitmen. Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250)


mengatakan: Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk
selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu
berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat
demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya;
jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan
terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar
doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru
besar.
7. Masa Ketergantungan. Masa dewasa awal ini adalah masa dimana
ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini
mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh
pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
8. Masa perubahan nilai. Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada
orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
9. Masa Kreatif. Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa
akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk
mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan
sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi,
ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan
ekspresi kreativitas.
2.1.2.1.Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang
menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara,
kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak
orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya.
Masalah-masalah itu antara lain:
1. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas.

Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas


diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah,
kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.
2. Kemandirian vs tidak mandiri
Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang
pendidikan dan karir.
3. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
4. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri

2.1.3.

Pengertian Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran ideal yang diakibatkan
penimbunan lemak dan dapat membahayakan individu.
2.1.3.1.Gejala-gejala Obesitas
Menurut Yulia dan Liwandaw (1999), gejala-gejala yang timbul pada remaja
yang mengalami obesitas adalah :
a. Berat badan yang kelebihan 20% atau lebih dari dari berat badan yang
ideal dengan umur, sex, tinggi badan, dan ukuran bentuk tubuh.
b. Sesak nafas bila sedikit bekerja secara fisik.
Adapun gejala lain yang ditimbulkan oleh obesitas adalah gejala klinis, seperti
lelah, pusing, sakit dada, atau sesak napas. Gejala klinis ini jika tidak diobati bisa
mengganggu organ tubuh lainnya. Gejala klinis lain yang mungkin muncul adalah
kadar lemak atau kolesterol darah yang tinggi, penyempitan pembuluh darah di
jantung dan otak, diabetes mellitus (kencing manis), impotensi, ejakulasi dini
pada pria, dan problem menstruasi pada wanita.

2.1.3.2.Faktor-faktor Yang Menyebabkan Obesitas


Menurut Coleman (1984) obesitas dapat disebabkan beberapa faktor, adalah:

a. Faktor Biologis, sebagian orang memiliki kegemaran mengkonsumsi


makanan tinggi kalori tanpa pelepasan yang signifikan, akan lebih mudah
memiliki masalah dengan berat badan yang yang berlebih.
b. Faktor Psikososial, dalam banyak kasus kunci utama dari kebiasaan makan
dalam porsi yang banyak dalam keluarga. Beberapa keluarga beranggapan
bayi yang gemuk adalah bayi yang sehat, sehingga orang tua
mengusahakan agar anak tersebut makan lebih banyak.
c. Faktor Sosio kultural, perbedaan budaya memiliki perbedaan konsep
mengenai kecantikan. Ada yang menganggap kurus adalah simbol cantik
atau indah. Sedangkan bagi beberapa budaya tubuh yang gemuk adalah
simbol kecantikan, kekayaan dan kekuasaan.
2.1.3.3.Pengukuran Obesitas
Istilah normal, overweight, dan obese dapat berbeda-beda, masing-masing
negara dan budaya mempunyai kriteria sendiri-sendiri. Oleh karena itu, WHO
menetapkan suatu pengukuran atau klasifikasi obesitas yang tidak bergantung
pada bias-bias kebudayaan.
Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat
obesitas adalah BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi
berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang
didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Berat Badan (Kg)
Indeks Masa Tubuh = --------------------Tinggi Badan (m2)
Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:
a. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan
b. Wanita hamil
c. Orang-orang yang sangat berotot
BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat
terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.
Seseorang dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai BMI

diatas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20%.
Seseorang dikatakan obesitas dengan kriteria memiliki barat badan 20% lebih
tinggi dari nilai tengah kisaran berat badan yang normal (Mustofa, 2006). Orang
dewasa yang berusia 20 tahun ke atas di evaluasi menggunakan skala BMI, yaitu:

dibawah 18.5 = Underweight

18.5 - 24.9

= Normal

25,0 - 29,9

= Overweight

30 atau lebih = Obese

Sebagian peneliti menganggap BMI 17 atau kurang itu sebagai indikasi dari
adanya masalah kesehatan yang serius akibat kekurangan nutrisi.

2.1.3.4.Dampak dari Obesitas


Menurut Vivi (2004) dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang
maupun jangka pendek, misalnya :
a. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi korban bahan
olok-olokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena
ketidakmampuan unk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama
olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh obesitasnya.
b. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih
lanjut dibanding usia biologinya.
c. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat.
d. Gangguan pernafasan seperti infeksisaluran nafas, tidur ngorok, sering
mengantuk siang hari.
e. Gangguan endokrin seperti menars lebih cepat terjadi.
2.1.3.5.Ciri-ciri Perempuan yang Obesitas
Dari penelitian-penelitian mengenai orang-orang yang mengalami obesitas
yang telah dilakukan oleh beberapa tokoh, maka dapat dihasilkan beberapa

karakteristik yang sering dikaitkan dengan orang yang mengalami obesitas antara
lain, menurut Sarwono (dalam Marlina, 1997):
a. Keterampilan Sosial
Orang yang obesitas dipandang sebagai orang orang-orang yang memiliki
keterampilan sosial yang rendah.
b. Kontrol Diri
Menyatakan bahwa orang-orang yang obesitas dinilai sebagai orang yang
memiliki kontrol diri yang rendah.
c. Tingkat Kepercayaan Diri
Orang yang obesitas cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah
dari pada orang-orang yang memiliki tubuh ideal
d. Penampilan Fisik dan Wajah
Kebanyakan orang beranggapan bahwa seseorang yang obesitas biasanya
juga memiliki wajah serta penampilan fisik yang tidak menarik.
e. Tingkat Keterampilan
Orang-orang yang obesitas biasanya lamban dalam melakukan suatu
kegiatan yang berhubungan dengan gerak tubuh, sehingga diasumsibahwa
orang yang obesitas cenderung kurang terampil dan tidak cekatan dalam
melakukan sesuatu.
f. Dalam Mendapatkan Teman Kencan
Orang yang obesitas biasanya sulit mendapatkan teman kencan.
Kebanyakan orang lebih tertarik memilih teman kencan yang memiliki
bentuk tubuh ideal daripada yang memiliki bentuk tubuh gemuk.

2.1.3.6.Penanggulangan Obesitas
Menurut Atikah (2010) penatalaksanaan obesitas dapat dibagi dalam
beberapa kategori, meliputi:
a. Edukasi
Memberikan pengajaran kepada penderita obesitas bahwa cara paling
efektif untuk menurunkan berat badan adalah dengan meningkatkan
aktifitas fisik dan mengurangi asupan energi.

b. Program penurunan berat badan


1) Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang
dianjurkan ( vitamin, mineral, dan protein ). Diet untuk menurunkan
berat badan harus rendah kalori.
2) Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan
berat badan yang perlahan dan stabil.
3) Sebelum melakukan program penurunan berat badan, harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
c. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku merupakan teknik yang sering digunakan dalam terapi
psikologis untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang dapat
menyebabkan munculnya masalah kelebihan berat badan. Dengan teknik
ini, remaja ditanamkan motifasi dan disiplin diri yang kuat untuk
mengubah kebiasaan yang salah (Wirakusumah, 1994). Modifikasi
perilaku dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1) Memonitor diri sendiri
Pencatatan olah raga, makanan yang dimakan dan emosi serta
lingkungan yang mempengaruhi pada waktu mengkonsumsi makanan
untuk memberikan dasar perencanaan untuk perubahan.
2) Dorongan positif
3) Modifikasi

perilaku

untuk

mempromosikan

penurunan

atau

mempertahankan berat badan


4) Kunyah makanan secara berlahan
5) Makan dengan porsi yang kecil (menurut Denny Santoso seorang Diet
and Fitness Expert dan Fat Loss Specialist)
Sebaiknya dalam satu hari makan dibagi lima sampai enam kali.
Misalnya, pada pagi hari makan, kemudian makan siang kira-kira
pukul 12.00-13.00. Namun biasanya pukul 10.00, sudah mulai

kelaparan dan akan makan camilan, misalnya pisang goreng atau


lainnya. Biasanya, kita makan pada pagi, siang, dan malam, atau tiga
kali sehari. Di antara makan tersebut, kita pasti lapar dan makan snack.
Jadi di antara makan pagi dan siang, ada satu lagi makan kecil yang
sehat yaitu sebaiknya buah daripada pisang goreng. Kemudian pukul
16.00 atau antara makan siang dan makan malam, kita makan sekali
lagi dan kemudian sebelum tidur. Kalau lapar biasanya langsung tidur
supaya laparnya tidak terasa, namun sebaiknya dikasih makan snack
malam. makan lengkap karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan
karbohidrat seperti roti gandum, oatmeal, umbi-umbian, dan
sebagainya termasuk buah juga. Porsi karbohidrat sekepal tangan kita.
Porsi daging atau ikan sebesar tangan kita kalau dibuka slicenya.
2.1.4. Citra tubuh pada Perempuan Dewasa Awal
Kebanyakan orang menganggap dirinya telah menyelesaikan perkembangan
fisik pada tahun remaja mereka. Faktanya tubuh terus mengalami perubahan
sampai mati. Bagaimanapun seseorang bereaksi terhadap perubahan bentuk tubuh,
penampilan, dan fungsi merupakan pusat untuk sepenuhnya memahami adaptasi
psikologis sepanjang masa dewasa.
Pada wanita, tugas perkembangan yang dihubungkan dengan citra tubuhnya
dapat dilihat dari intimacy atau kegiatan mereka dalam membangun suatu
hubungan dengan komunitas sosial maupun dengan pasangan lawan jenis. Yang
wanita harapkan adalah sebuah daya tarik yang dapat diterima oleh lawan jenis
maupun teman dalam lingkungan sosial. Pada dewasa awal, wanita lebih siap
dalam mencintai, membangun suatu hubungan yang lebih serius, dan
berkomitmen terhadap suami dan keluarga. Identitas dan keintiman berkembang
bersama sehingga wanita lebih mengerti diri mereka, terlebih melalui hubungan
dengan orang lain.

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual


Kerangka Teori

Faktor penyebab obesitas:

Faktor yang mempengaruhi


citra diri:

a. Faktor Biologis
a. Jenis kelamin

Citra Diri Positif


b. Faktor sosio kultular

b. Berat badan
c. Faktor psikososial L
c. Konsep diri
d. Teman sebaya

Citra Diri Negatif


Obesitas

e. Media massa
Penanggulangan Obesitas:

a. Edukasi
b. Program penurunan
berat badan : Muay Thai
(kasih gerakan
c. Modifikasi perilaku

2.3. Hipotesis
Jika perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas melakukan fitness,
maka kepuasan citra tubuh meningkat.
3.1. Metodologi
a. Identifikasi variabel
a) Independent Variable
Independent variable adalah variabel yang dengan sengaja di
manipulasi oleh peniliti untuk mempengaruhi variabel lainnya. Dalam
penelitian ini yang menjadi IV adalah fitness.
b) Dependent Variable
Dependent varible adalah variabel faktor yang timbul atau berubah
setelah diberikan treatment atau pengaruh dari IV. Dalam penelitian ini
yang menjadi DV adalah kepuasan citra tubuh perempuan dewasa
awal yang mengalami obesitas berfitness di Helios Cabang Metro.
A. Operasionalisasi Variabel
a) Definisi operasional IV
Fitnes adalah olah raga untuk membakar lemak dengan difokuskan
pada pembentukan otot tubuh dan juga bagian tubuh lainnya yang
diinginkan. Pengertian ini merupakan pengertian secara umum. Olah
raga fitnes ini sangat bagus karena jika dilakukan rutin sangat baik
untuk kesehatan tubuh. Menggunakan alat yang digunakan untuk
pembakaran kalori yaitu:
Treadmill, alat ini bertujuan untuk membakar kalori di dalam tubuh.
Treadmill yang bisa dipakai dari mulai level jalan santai sampai lari
cepat, sesuai pengaturan yang kita gunakan.
Stepmill merupakan alat fitnes yang hampir sama seperti treadmill,
namun alat ini berbentuk tangga berjalan. Untuk pemula yang
menggunakan alat ini pastinya akan memilik kesulitan, karena alat ini
memiliki mekanisme dengan melawan gravitasi. Namun, apabila anda

sudah mahir dalam menggunakannya, maka latihan menggunakan alat


ini akan ampuh untuk membakar timbunan lemak serta kalori yang
terdapat di dalam tubuh anda.
Stationary bike, Untuk anda yang sering bersepeda namun tidak
memiliki waktu lagi untuk melakukannya, ketika anda pergi ke tempat
kebugaran anda bisa mencoba latihan dengan menggunakan stationary
bike. Stationary bike ini merupakan sebuah sepeda statis atau sepeda
yang jalan di tempat. Fungsi dari alat inipun sama halnya seperti anda
bersepeda di jalanan, yaitu untuk membakar lemak dan kalori yang
berlebih pada tubuh anda. Pegangan tangan pada alat ini umumnya
lebih tinggi dibandingkan dengan tempat duduknya. Alat fitnes ini juga
merupakan salat fitnes yang populer, sehingga semua tempat
kebugaran pasti memiliki alat seperti ini.
Barbel, Untuk anda yang ingin menurunkan berat badan dan memiliki
bentuk tubuh yang lebih proposional, selain dengan menggunkan alat
fitnes di atas anda juga bisa mencoba berbagai jenis barbel. Di tempat
kebugaran berbagai ukuran dan berat barbel telah disediakan. Masingmasing ukuran barbel tersebut memiliki fungsi yang berbeda satu sama
lainnya sesuai dengan keinginan kita untuk membentuk bagian tubuh
yang mana.
b) Dependent variable dalam penelitian ini adalah kepuasan citra tubuh
perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas. Kepuasan citra
tubuh menurut Rice (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan bahwa
citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang
tubuhnya yang meliputi pikiran, perasaan, sensasi, kesadaran, dan
perilaku yang terkait dengan tubuhnya yang merupakan pengalaman
individual seseorang tentang tubuhnya. Cara berpikir yang positif atau
negatif

merupakan

hal

terpenting

dalam

meningkatkan

atau

menurunkan citra tubuh seseorang. Individu yang berpikir positif


terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang positif yang
kemudian mengarahkannya pada rasa puas terhadap citra tubuhnya,
sedangkan individu yang berpikir negatif terhadap tubuhnya akan

memiliki citra tubuh yang negatif yang mengarahkannya pada rasa


tidak puas terhadap citra tubuhnya (Melliana, 2006).
Penurunan dari konsep diri adalah jenis kelamin (Gender), pria
cenderung menggunakan tubuhnya dengan aktif agar dpat menunjang
aktivitasnya, sedangkan perempuan lebih memandang tubuhnya dari
segi estetika dan bersifat evaluatif. Akibatnya, perempuan memiliki
kepuasan citra diri yang lebih rendah disbanding dengan kaum pria.
Kelompok remaja putri lebih memperhatikan perkembangan tubuhnya
dibandingkan remaja putra karena lebih terkait pada nilai nilai yang
ada pada kehidupan.
Berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan. Konsep citra
diri berkaitan dengan derajat kekurusan ataupun kegemukan tubuh
individu. Dalam hal ini, berat badan dan ukuran badan disebutkan
memiliki peranan penting dalam kepuasan citra tubuh pada remaja,
terutama yang tumbuh dalam budaya yang mementingkan penampilan.
Teman sepergaulan memiliki peranan besar dalam terbentuknya citra
diri. Persepsi akan bentuk tubuh yang kurus berhubungan dengan
popularitas antara teman sepergaulan dan ini menjadi prediksi kuat
adanya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal ini berarti,
jika wanita tersebut bertubuh kurus dan mendekati bentuk tubuh ideal
akan popular, begitu pula sebaliknya.
Konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan citra tubuh yang
dipersepsikan. Mereka yang memiliki harga diri positif tidak rentan
terhadap penghinaan fisik yang dilakukan pada lingkungannya.
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja
yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal,
identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur
kronologis dan mental age-nya.

a. Rancangan / Design Experiment


Penulis menggunakan teknik interupted time series design (one group time
series) yaitu untuk mengetahui pengaruh fitnes terhadap kepuasan citra tubuh

perempuan dewasa awal yang mengalami obesitas melakukan fitness di


Helios Cabang Metro, dengan skema rancangan seperti dibawah ini
Rancangan Penelitian
Group

Before

Treatment

After

Observation
Y1, Y2, Y3

observation
Y4, Y5, Y6

Keterangan:
X

: Treatment

Y(1, 2, 3)

: Pengukuran observasi 1,2,3 pada saat diberikan quisioner


pertama kali

Y(4, 5, 6)

: Pengukuran observasi 1,2,3 pada saat diberikan quisioner


setelah dilakukannya fitnes selama 6 bulan.

Jalannya eksperimen
1. Meminta izin kepada fitness centre Helios untuk dilakukannya penelitian
2. Mencari subjek untuk dilakukannya penelitian dengan kriteria subjek
yang digunakan ialah berjenis kelamin perempuan yang mengalami
obesitas menurut BMI yaitu yang memiliki indeks massa tubuhnya lebih
dari 30 persen, terdaftar sebagai member baru di Fitness Centre Helios,
dan alasan mengikuti fitness karena ingin memperbaiki penampilan dan
mendapatkan bentuk tubuh ideal.
3. Melakukan before observation terhadap subjek yang obesitas menurut
BMI dengan mengisi quisioner skala kepuasan citra tubuh.
4. Melakukan after observation terhadap subjek yang obesitas menurut
BMI dengan mengisi quisioner skala kepuasan citra tubuh.
5. Melakukan pengumpulan data dari quisioner tersebut.
a. Controlled Variable
Visualisasi dari variabel yang di kontrol melalui tabel dibawah ini
Apa?
Latihan yang
digunakan

Bagaimana?
Mengapa?
Memilih
metode Karena lebih cepat membentuk
work

out

yaitu tubuh

ideal/cepat

membakar

Frekuensi
latihan

seperti

treadmill,

stepmill,

stationary

kalori.

bike dan barbel


Jadwal latihan di atur Agar

penelitian

dilakukan

3 x 50 menit per bersamaan sehingga data dapat


minggu

atau

150 representatif,

menit per minggu

sebelumnya

maka

subjek

diberitahu

untuk

melakukan fitnes hanya di fitness


center saja jangan melakukan di
tempat
Waktu

lain

(rumah,

olahraga lainnya).
Pemberian treatment Untuk melihat berubah
selama

bulan, tidaknya citra tubuh subjek

berdasarkan
pengalaman
instruktur

yang

pernah memberikan
pelatihan

terhadap

wanita

yang

mengalami obesitas,
indeks

massa

tubuhnya

diatas

30%,

mengalami

penurunan
badan

berat
secara

signifikan setelah 5
bulan

berlatih,

sehingga

peneliti

mencoba

untuk

memilih

kurun

waktu

selama

sarana
atau

bulan.

Pola makan

Pola makan 5-6 kali Menjaga

pola

makan

dengan

sehari dalam porsi asupan serat yang cukup akan


kecil, tinggi protein, membantu cepatnya pembentukan
dan

tinggi

serat tubuh

(sumber dari Denny


Santoso seorang Diet
and Fitness Expert
dan

Fat

Loss

Specialist),
b. Rival Hypotheses
Merupakan variabel yang tidak dapat di kontrol atau mencemari internal
validity, yaitu:
1. Maturation yaitu motivasi dan pola makan karena berada dalam
lingkungan yang kurang mendukung sehingga kesadaran diri berubah
dengan sendirinya.
2. Eksperimental mortality yaitu subjek penelitian sakit, berhenti, pindah
alamat sehingga jumlah subjek penelitian pada pre test dan post test
berbeda atau tidak seimbang.
Sedangkan variabel yang biasanya muncul dari luar diri antara lain yaitu
suasana tempat fitness yang penuh sehingga sulit untuk menggunakan alat-alatnya
dan reaction effect of experimental arrangements yaitu subjek lebih siap untuk
menjalankan treatment sehingga akan mempengaruhi hasil juga selection biases
yang terambil dalam sampel hanya subjek yang tipe tubuh yang cepat terbakar
kalorinya.

Namun

bagaimanapun

peneliti

meminimalisir variabel-variabel tersebut.


c. Alat Ukur

akan

tetap

berupaya

untuk

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala


kepuasan citra tubuh. Untuk mengukur kepuasan citra tubuh digunakan skala
kepuasan citra tubuh yang terdiri dari 20 item yang disusun berdasarkan dimensi
kepuasan citra tubuh dari Thompson (dalam Nugraha, 2010). Thompson, (2000)
menjelaskan aspek-aspek dalam citra raga yaitu:
a. Persepsi

terhadap

bagian-bagian tubuh dan

penampilan

secara keseluruhan. Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri


seorang individu, karena dalam hal tersebut individu dinilai oleh orang
lain dan dinilai oleh dirinya sendiri. Selanjutnya bentuk tubuh serta
penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan perasaan senang atau
tidak senang terhadap bentuk tubuhnya sendiri.
b. Aspek perbandingan dengan orang lain. Adanya penilaian sesuatu yang
lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, sehinggamenimbulkan suatu
prasangka

bagi

dirinya

perbandinganindividu

ialah

keorang
ketika

lain,
harus

hal-hal

yang

menilai

menjadi

penampilan

dirinya dengan penampilan fisik orang lain.


c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain). Seseorang dapat menilai
reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang itu menarik secara fisik,
maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang baik untuk menilai
dirinya.
Subjek diminta untuk menjawab setiap item berdasarkan keadaan subjek yang
sebenarnya, masing-masing item memiliki dua alternatif jawaban yaitu Ya yang
diberi skor 1 dan Tidak yang diberi skor 0.
f. Populasi dan Sampel
Pertama populasinya adalah seluruh perempuan dewasa awal yang mengalami
obesitas. Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa awal yang
mengalami obesitas melakukan fitness di Helios Cabang Metro. Adapun
karakteristik sampel pada penelitian ini adalah:
a) Berjenis kelamin perempuan berusia dewasa awal yang mengalami
obesitas menurut BMI yaitu yang memiliki indeks massa tubuhnya lebih
dari 30 persen

b) Terdaftar sebagai member baru di Fitness Center Helios pada saat


pengambilan data
c) Alasan mengikuti fitness karena ingin memperbaiki penampilan dan
mendapatkan bentuk tubuh ideal
g. Analisis data
Analisis tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah Body Mass Index
(BMI) memiliki peran terhadap kepuasan citra tubuh subjek. Dari hasil antara
BMI dengan kepuasan citra tubuh yang menggunakan bantuan program SPSS
20.0 for windows.

No

Aspek

.
1.

Persepsi

Pertanyaan
Saya
nyaman

merasa
dengan

Ya
kurang
tinggi

2.

badan saya
Berat badan saya seperti

3.

yang saya inginkan


Saya merasa nyaman

4.

dengan kulit saya


Saya menyukai rambut

Tidak

5.

saya
Wajah saya tidak seperti

6.

yang saya inginkan


Saya merasa nyaman

7.

dengan payudara saya


Saya merasa kurang
nyaman dengan keadaan
bentuk perut saya
Lingkar pinggang saya

8.

seperti apa yang saya


inginkan
Lingkar paha saya seperti

9.
10.

Perkembangan

apa yang saya inginkan


Teman-teman saya lebih
dulu

mengalami

11.

menstruasi daripada saya


Saya sering menerima

12.

pujian tentang tubuh saya


Hal-hal yang saya temui
di majalah mempengaruhi
penilaian saya terhadap
tubuh saya
Saya
mengalokasikan

13.

dana untuk memperbaiki


14.

Sosial budaya

tubuh saya
Orangtua

saya

mengajarkan saya tentang


bagaimana
saya
15.

seharusnya
berpenampilan

sebagai perempuan
Sebagai perempuan saya
memiliki keharusan untuk

16.

memiliki

tubuh

yang

ideal
Memiliki

tubuh

yang

ideal mampu membuat


saya mengontrol hidup
17.

saya
Wajah saya seperti apa
yang di sukai banyak

18.

orang
Tubuh saya seperti apa
yang di sukai banyak

19.

orang
Wajah saya akan di sukai
oleh orang yang sukunya

20.

sama dengan saya


Tubuh saya akan di sukai
oleh orang yang sukunya
sama dengan saya

Anda mungkin juga menyukai