Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANALISIS JURNAL

DEVELOPMENT OF THE SALT-REDUCTION AND EFFICACY MAINTENANCE


PROGRAM IN INDONESIA

Untuk Memenuhi Salah Satu Penugasan Individu


Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh:
Nanang Arif Kuspriono
16/406784/KU/19435

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan dunia. Hipertensi adalah uatu
keadaaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas normal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolic. Penyakit ini dikategorikan sebagai silent disease
karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Hipertensi yang terus menerus dan dalam jangka aktu yang lama dapat
memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal
ginjal kronik (Purnomo, 2009). Menurut Sudoyo et al. (2009) factor-faktor risiko yang
mendorong peningkatan tekanan darah adalah diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok, dan genetis.
Pada umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih dari 40
tahun. Hipertensi meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Prevalensi hipertensi di
Indonesia pada golongan umur 50 tahun masih 10%, tetapi di atas 60 tahun angka
tersebut terus meningkat mencapai 20-30% (Lee, 2013). The Seventh Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
menyatakan bahwa dua pertiga lansia memiliki hipertensi (2003).
Berdasarkan wawancara dan pemeriksaan selama praktik profesi keperawatan
komunitas di Dusun Brajan, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
didapatkan bahwa mayoritas lansia di Dusun Brajan memiliki tekanan darah tinggi.
Beberapa lansia masih sanggup melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, makan,
mandi, berpakaian. Pada saat wawancara juga didapatkan bahwa beberapa lansia tidak
mengetahui tekanan darahnya tinggi dan tidak rutin mengunjungi fasilitas kesehatan
untuk memeriksakan kesehatannya.
Lansia yang memiliki tekanan darah tinggi kebanyakan mengeluh pusing dan
beberapa sudah sampai mengalami stroke. Selama ini, lansia di Dusun Brajan belum
mengurangi asupan garam dan tidak memperhatikan makanan yang dimakan.
B. Rumusan Masalah
Analisis PICO:
P = hypertension in older people
I = education, salt
C=-
O = improvement in knowledge and attitude

Pertanyaan klinis yang dapat dirumuskan dari PICO adalah sebagai berikut:
Bagaimana keefektifan program pengurangan garam dan mempertahankan efikasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap lansia?

Langkah:
1. Membuka laman web: www.pubmed.com
2. Memasukkan kata kunci: Hipertension AND older people AND salt AND education
3. Pilih tahun terbit yaitu mulai tahun 2013
4. Ditemukan sejumlah 13 artikel
5. Membatasi dengan:
Publication date: 5 years (ditemukan: 7 jurnal)
Contain type: journals (ditemukan 7 jurnal)
6. Melakukan pemilihan terhadap 7 jurnal yang ada
7. Melakukan pemilihan jurnal yang mendekati dengan rumusan PICO, yaitu:
Development of The Salt-reduction and Efficacy-maintenance Program in Indonesia
8. Mengkonsultasikan jurnal yang telah dipilih kepada dosen pembimbing
C. Tujuan
Mengetahui efektivitas program pengurangan garam dan perawatan efikasi diri
terhadap pengetahuan dan sikap lansia.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari analisis jurnal ini adalah diperolehnya suatu informasi
mengenai keefektifan program pengurangan garam dan perawatan efikasi diri terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap lansia
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. Identitas Jurnal
Judul : Development of The Salt-reduction and Efficacy-maintenance
Program in Indonesia
Penulis : Andi Masyitha Irwan, Mayumi Kato, Kazuyo Kitaoka, Eiichi Ueno,
Hiromasa Tsujiguchi, dan Miho Shogenji
Penerbit : John Wiley & Sons Australia
Tahun terbit : 2016
B. Isi Jurnal
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi perawatan diri dan
efikasi diri dalam mengurangi dan mempertahankan asupan garam pada lansia
dengan tekanan darah tinggi di Indonesia.
2. Alat dan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian Randomized Controlled Trial (RCT).
Responden dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok salt-reduction training
(SRT), kelompok salt-reduction and efficacy-maintenance (SREM). Kelompok
SRT diberikan pelatihan edukasional untuk meningkatkan perawatan diri dan
efikasi diri. Kelompok SREM diberikan pelatihan edukasional dan pertemuan
berkala untuk meningkatkan perawatan diri dan efikasi diri. Sedangkan kelompok
control tidak diberikan intervensi. Ketiga kelompok mendapatkan cek kesehatan
tiap bulan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Oktober 2014 hingga Januari 2015 di
Kecamatan Tammua pusat Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini yaitu 273
lansia di Tammua lalu dipilih dengan kriteria inklusi yaitu berusia 60 tahun,
tekanan darah sistolik >120 mmHg dan/atau tekanan darah diastolic > 80 mmHg
atau didiagnosis hipertensi dalam 6 bulan terakhir dan cek kesehatan dalam
setahun terakhir. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu dengan
kognisi kurang, kesulitan mendengar, masalah penglihatan, penyakit kronis lain
selain hipertensi. Tidak hadir dalam pelatihan atau pertemuan termasuk dalam
kriteria drop-out. Sampel didapatkan 51 peserta dan diacak untuk dibagi dalam
tiga kelompok, dengan masing-mesing kelompok berjumlah 17 orang.
Intervensi
Program SREM terdiri dari dua intervensi yaitu pelatihan edukatif dan
pertemuan berkala. Materi yang disampaikan berupa definisi, tanda & gejala,
dampak hipertensi, perawatan diri pada hipertensi, keuntungan mengurangi
garam, dan penggantian garam. Sedangkan untuk meningkatkan efikasi diri,
dilakukan pemberian motivasi bahwa makan rendah garam mudah dilakukan,
mengubah persepsi negative tentang penggunaan garam dan hipertensi, serta
memberikan reinforcement negative selama diskusi. Sebagai tambahan, untuk
meningkatkan keterampilan, responden diajak untuk masak dengan resep rendah
garam.
Intervensi SREM diberikan pada kelompok SREM berupa pelatihan edukatif
selama 2 hari dilakukan pada 1 minggu. Masing-masing sesi selama 90 menit
dengan 10-15 peserta mendapatkan istirahat selama 15 menit. Informasi dan
leaflet pelatihan kebanyakan dalam bentuk gambar. 1 bulan setelah pelatihan,
peserta menghadiri pertemuan berkala.

Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pengukuran Isaac Walkey untuk mengukur
gangguan mental yang terdiri dari delapan pertanyaan untuk menyaring tingkat
kognitif responden. Data sosiodemografi dan riwayat hipertensi digunakan untuk
mengumpulkan data dasar responden. Untuk mengukur pengetahuan perawatan
diri, digunakan Knowledge of Hypertension Index (KHI) yang berisi 12 item
dengan kode netral, setuju, dan sangat setuju dengan skor masing-masing 0,
3, dan 4. Total skor antara 0 48. Versi Bahasa Inggris KHI diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan bantuan ahli gerontologi.
Pengukuran sikap perawatan diri menggunakan tujuh item pertanyaan dengan
pengukuran menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) yaitu 0 -10. Untuk
menilai kadar garam dalam makanan diukur menggunakan compact salt meter,
dan kadar garam dalam urin peserta diukur menggunakan aKME-03 salinity
checker. Tekanan darah diukur menggunakan spigmomanometer portable Osaka
dan stetoskop Littmann. Body mass index (BMI) diukur menggunakan rumus
BB/TB (kg/m2) selama cek kesehatan.
Penilaian efikasi diri menggunakan general self-efficacy scale versi Bahasa
Indonesia yang terdiri dari 10 pernyataan dengan lima pilihan respon yaitu dari 1
(tidak semua benar) hingga 5 (sangat benar), dan total skor dari 10 hingga 40.
Semua data dikumpulkan 1 minggu setelah pelatihan edukatif dan seminggu
setelah pertemuan berkala. Percakapan selama pertemuan dilakukan perekaman
dan ditranskrip.

Analisis Data
Data kuantitatif dianalisis menggunakan tes x2 , tes Fishers exact, one-way
between-groups ANOVA, one-way repeated ANOVA, dan tes Tukey
menggunakan SPSS 23.0. Data kualitatif dianalisis menggunakan KH Coder,
program gratis dan terbuka yang dibuat oleh Koichi Higuchi di Ritsumeikan
University, Kyoto, Jepang.
3. Hasil
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik responden. Pada tabel
3, setelah dilakukan pelatihan edukatif dan pertemuan berkala, kebiasaan
menambahkan garam secara signifikan berbeda pada ketiga kelompok. Pada tabel
4, efikasi diri secara signifikan meningkat pada kelompok SRT dan SREM setelah
pelatihan dan tetap terjaga pada pertemuan berkala dibandingkan dengan
kelompok control. Pada tabel 5, pengetahuan pada kelompok SRT meningkat
secara signiffikan. Perubahan sikap dan efikasi diri meningkat secara signifikan
setelah pelatihan dan tetap terjaga setelah pertemuan berkala.
Pada analisis kualitatif didapatkan hasil yaitu penggunaan katagaram
merupakan kata terbanyak yang sering digunakan dalam ketiga kelompok.
Makanan yang disiapkan oleh diri sendiri sebanyak 45 kali, oleh anak-anak
mereka 10 kali, dan oleh saudara 7 kali. Pada responden yang memiliki
pengalaman memasak makanan oleh diri sendiri mengatakan Saya menggunakan
Royco, tetapi saya memasak terpisah untuk suami saya (suaminya juga hipertensi)
Sekarang kami makan makanan yang sama. Sedangkan responden yang
dimasakkan oleh anaknya mengatakan ketika putri saya memasak, saya
memberitahunya agar mengurangi garam atau saya menyuruhnya untuk
memisahkan porsi saya sebelumnya. Responden yang makanannya dimasakkan
oleh pasangan mereka menjelaskan bahwa memperoleh keuntungan dalam
mengurangi asupan garam: sejak saya mulai menghindari kadar garam yang
tinggi, leher saya terasa tidak kaku.
4. Diskusi
Penelitian ini menunjukkan bahwa program SREM dibandingkan dengan
pelatihan edukatif, yang menerapkan teori self-care dan self-efficacy, dan
pertemuan berkala, yang menerapkan prinsip self-efficacy, efektif dan dapat
diterapkan untuk meningkatkan dan mempertahankan pengurangan garam pada
lansia dengan tekanan darah tinggi di Indonesia.
5. Kesimpulan
Pelatihan eduaktif pada kelompok SRT dan SREM menunjukkan peningkatan
pada pengetahuan, sikap, praktik perawatan diri, dan efikasi diri dalam
mengurangi garam. Pertemuan pada SREM menunjukkan kestabilan pada
beberapa variable. Intervensi perawatan diri dan efikasi diri adalah efektif.
Pengalaman dan tantangan dengan makanan rendah garam bevariasi dengan
berdasarkan pada siapa yang memasak makanan di rumah. Hasil tersebut
menunjukkan baha SREM dapat digunakan pada lansia dengan tekanan darah
tinggi di komunitas.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah berada di atas nilai
normal yaitu 120 untuk sistolik dan 80 untuk diastolik.
2. Mayoritas lansia mengalami hipertensi
3. Lansia di Dusun Brajan, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
banyak yang memiliki tekanan darah tinggi
4. Lansia di Dusun Brajan belum memperhatikan makanan dan asupan garam yang
dikonsumsi.
5. Program SREM efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, perawatan diri,
dan efikasi diri pada lansia dengan tekanan darah tinggi.
6. Program SREM dapat diterapkan pada lansia dengan tekanan darah tinggi.
B. Saran
1. Bagi pelayanan keperawatan maternitas
Perawat di komunitas sebaiknya melakukan penyuluhan tentang nutrisi pada
lansia dengan hipertensi khususnya pada aspek asupan garam.
2. Bagi pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut intervensi keperawatan pada lansia
dengan hipertensi yang memiliki masalah pendengaran dan penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, A.M., Kato, M., Kitaoka, K., Ueno, E., Tsujiguchi, H., Shogenji, M. 2016.
Development of the Salt-reduction and Self-maintenance Program in Indonesia.
Nursing and Health Sciences doi: 10.1111/nhs.12305
Lee, J.K. 2010. Evaluation of a Medication Self Management Education Program for Elderly
with Hypertension Living in The Community. J. Korean Acad Nurs. 43 (2): 267-275.
Purnomo, H. 2009. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan.
Yogyakarta: Buana Pustaka.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
The Seventh Joint National Committee Report. 2003. The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. JAMA. 289: 2560-2573.

Anda mungkin juga menyukai