Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

AKIDAH-AKHLAK

NAMA : RANIYAH PUTRI

KELAS : X-IPA

SEKOLAH : MA MIFTAHUSSALAM BANYUMAS

Kisah
Nabi Ibrahim
Mencari Tuhan
Sewaktu Nabi Ibrahim mnecari tuhannya (Tuhan Allah SWT),
banyaklah peristiwa-peristiwa yang dialaminya, misalnya ; ketika
malam telah gelap beliau telah melihat sebuah bintang yang
bergemerlap, lalu Ibrahim menyangka bahwa itulah Tuhannya. Dan
tatkala bintang itu lenyap (tenggelam), maka hilanglah prasangkanya.
Kemudian beliau melihat bulan yang memancarkan sinar terang,
maka beliau bahwa itu adalah Tuhan. Setelah bulan itu tenggelam
maka hilanglah perasangkaannya. Kemudian beliau melihat matahari
yang bersinar terang, lalu beliau menyangka bahwa matahari itu
sebagai Tuhan manusia yang dapat menerangi di dunia dengan jelas.
Tatkala matahari terbenam dari permukaan bumi, maka hilanglah
prasangkanya dan beliau yakin bahwa matahari bukanlah Tuhan yang
harus disembah oleh manusia.

Dengan berbagai macam cara yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim


dalam mencari Tuhan. (Allah SWT), maka Nabi Ibrahim dapat
mempergunakan akal pikirannya untuk mencari kebenaran disertai
dengan hidayah dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang
menciptakan alam beserta isinya termasuk dirinya, Tuhan yang tidak
akan lenyap dan hancur, bahkan Dialah yang melenyapkan dan
menghancurkan alam beserta isinya.

Setelah Nabi Ibrahim menemukan Tuhannya (Allah SWT), lalu


beliau menghadapkan dirinya kepada Allah SWT (yang menciptakan
langit dan bumi) dan cenderung kepada agama yang benar. Baru
kemudian mengajak dan menyerukan kepada kaumnya agar
meninggalkan penyembahan-penyembahan terhadap Allah Tuhan
Yang Maha Esa. Akan tetapi ajakan dan seruan Nabi Ibrahim
mendapat bantahan dari kaumnya.
‫)و َك َذل َِك‬ َ ٧٤( ‫ين‬ ٍ ‫الل م ُِب‬
ٍ ‫ض‬ َ ‫ك فِي‬ َ ‫آز َر َأ َت َّتخ ُِذ َأصْ َنامًا آلِ َه ًة ِإ ِّني َأ َر‬
َ ‫اك َو َق ْو َم‬ َ ‫ألبي ِه‬ ِ ‫َوِإ ْذ َقا َل ِإب َْراهِي ُم‬
‫) َف َلمَّا َجنَّ َع َل ْي ِه اللَّ ْي ُل‬٧٥( ‫ِين‬ َ ‫ون م َِن ْالمُوقِن‬ َ ‫ض َولِ َي ُك‬ ِ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫وت ال َّس َم َاوا‬ َ ‫ُن ِري ِإب َْراهِي َم َم َل ُك‬
‫از ًغا َقا َل َه َذا‬ ‫َأ‬
ِ ‫) َف َلمَّا َر ى ْال َق َم َر َب‬٧٦( ‫ِين‬ َ ‫َرَأى َك ْو َكبًا َقا َل َه َذا َربِّي َف َلمَّا َأ َف َل َقا َل ال ُأحِبُّ اآلفِل‬
َ ‫) َف َلمَّا َرَأى ال َّشم‬٧٧( ‫ين‬
‫ْس‬ َ ِّ‫َربِّي َف َلمَّا َأ َف َل َقا َل َلِئنْ َل ْم َي ْه ِدنِي َربِّي أل ُكو َننَّ م َِن ْال َق ْو ِم الضَّال‬
‫)ِإ ِّني‬٧٨( ‫ون‬ َ ‫ت َقا َل َيا َق ْو ِم ِإ ِّني َب ِري ٌء ِممَّا ُت ْش ِر ُك‬ ْ ‫از َغ ًة َقا َل َه َذا َربِّي َه َذا َأ ْك َب ُر َف َلمَّا َأ َف َل‬ ِ ‫َب‬
‫)و َحاجَّ ُه‬ َ ٧٩( ‫ِين‬ ‫َأ‬
َ ‫ض َحنِي ًفا َو َما َنا م َِن ْال ُم ْش ِرك‬ َ ْ‫ت َواألر‬ ِ ‫ْت َوجْ ِه َي لِلَّذِي َف َط َر ال َّس َم َاوا‬ ُ ‫َوجَّ ه‬
‫ون ِب ِه ِإال َأنْ َي َشا َء َربِّي َش ْيًئ ا َوسِ َع‬ َ ‫َق ْو ُم ُه َقا َل َأ ُت َحاجُّ و ِّني فِي هَّللا ِ َو َق ْد َهدَانِي َوال َأ َخافُ َما ُت ْش ِر ُك‬
‫ون َأ َّن ُك ْم َأ ْش َر ْك ُت ْم‬ َ ُ‫ْف َأ َخافُ َما َأ ْش َر ْك ُت ْم َوال َت َخاف‬ َ ‫)و َكي‬ َ ٨٠( ‫ُون‬ َ ‫َربِّي ُك َّل َشيْ ٍء عِ ْلمًا َأ َفال َت َت َذ َّكر‬
‫ِين آ َم ُنوا‬ َ ‫)الَّذ‬٨١( ‫ُون‬ َ ‫ْن ِإنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ َلم‬ ِ ‫ْن َأ َح ُّق ِباألم‬ِ ‫ِباهَّلل ِ َما َل ْم ُي َن ِّز ْل ِب ِه َع َل ْي ُك ْم س ُْل َطا ًنا َفَأيُّ ْال َف ِري َقي‬
‫ك حُجَّ ُت َنا آ َت ْي َنا َها ِإب َْراهِي َم َع َلى‬ َ ‫)وت ِْل‬ َ ٨٢( ‫ون‬ َ ‫ِئك َل ُه ُم األ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْه َت ُد‬ َ ‫ظ ْل ٍم ُأو َل‬ ُ ‫َو َل ْم َي ْل ِبسُوا ِإي َما َن ُه ْم ِب‬
)٨٣( ‫ك َحكِي ٌم َعلِي ٌم‬ َ ‫ت َمنْ َن َشا ُء ِإنَّ َر َّب‬ ٍ ‫دَر َجا‬ َ ‫َق ْو ِم ِه َنرْ َف ُع‬
dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,
“Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata.” dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-
tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami
memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. ketika
malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:
“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata:
“Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” kemudian tatkala Dia
melihat bulan terbit Dia berkata: “Inilah Tuhanku”. tetapi setelah
bulan itu terbenam, Dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang
sesat.” kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata:
“Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu
terbenam, Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk
orang-orang yang mempersekutukan tuhan. dan Dia dibantah oleh
kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantah tentang
Allah, Padahal Sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk
kepadaku”. dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-
sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala
Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka Apakah kamu tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) ?” bagaimana aku takut kepada
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah),
Padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-
sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu
untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan
itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika
kamu mengetahui? orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka
Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk. dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan
kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa
yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu
Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-An’Am: 74-83).

Anda mungkin juga menyukai