Anda di halaman 1dari 7

Konsep KETUHANAN

dalam Islam
Najahan Musyafak
Pendahuluan

• Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai


untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia
• Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya.
• Perkataan dipentingkan memiliki arti luas, mencakup yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan
bahaya atau kerugian
Pendahuluan
• Ibnu Taimiyah:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-
Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadaNya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadaNya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan,
dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadaNya (M.Imaduddin, 1989:56)
• Dalam ajaran Islam, kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”.
• Artinya, seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam
Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu
Tuhan, yaitu Allah.
Eksistensi Allah sebagai Tuhan

ٌ ‫ َوَﻟْم ﯾَﻛُْن ﻟﱠٗﮫ ﻛُﻔ ًُوا اََﺣد‬,‫ َﻟْم ﯾَِﻠْد َوَﻟْم ﯾ ُْوَﻟْۙد‬, ُ ‫ﺻَﻣ ۚد‬
‫ اَﱣ*ُ اﻟ ﱠ‬,ٌ ‫ﻗ ُْل ھَُو اﱣ*ُ اََﺣ ۚد‬
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa.
Allah tempat meminta segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (Surat Al Ikhlas/ 112: 1-4)

‫ِاﱠن ٰھِذ ٖ ٓه ا ُﱠﻣﺗ ُﻛُْم ا ُﱠﻣﺔً ﱠواِﺣدَ ۖة ً ﱠواَﻧَ۠ﺎ َرﺑﱡﻛُْم ﻓَﺎْﻋﺑ ُد ُْوِن‬
Sesungguhnya ini (agama tauhid) adalah agamamu, agama yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu. Maka, sembahlah Aku (QS Al Anbiya/21:92)
Eksistensi Allah sebagai Tuhan
‫* ھَُو اْﻟَﻣِﺳْﯾُﺢ اْﺑُن َﻣْرﯾََم َۗوﻗَﺎَل اْﻟَﻣِﺳْﯾُﺢ ٰﯾﺑَِﻧْٓﻲ ِاْﺳَرۤاِءْﯾَل اْﻋﺑ ُد ُوا ا َﱣ‬
* َ ‫َﻟﻘَْد َﻛﻔََر اﻟﱠِذْﯾَن ﻗَﺎﻟ ُْٓوا ِاﱠن ا ﱣ‬
‫* ﻓَﻘَْد َﺣﱠرَم اﱣ*ُ َﻋَﻠْﯾِﮫ اْﻟَﺟﻧﱠﺔَ َوَﻣﺄ ْٰوﯨﮫ ُ اﻟﻧﱠﺎُر َۗوَﻣﺎ ِﻟﻠ ﱣ‬
‫ظِﻠِﻣْﯾَن ِﻣْن‬ ِ ‫َر ِﺑّْﻲ َوَرﺑﱠﻛُْم ِۗاﻧﱠٗﮫ َﻣْن ﯾﱡْﺷِرْك ِﺑﺎ ﱣ‬
‫ﺻﺎٍر‬ َ ‫اَْﻧ‬
Sungguh, telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra
Maryam.” Almasih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu!” Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
sungguh, Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada
seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.

ٓ ‫ث ﺛ َٰﻠﺛ ٍَﺔ ۘ َوَﻣﺎ ِﻣْن ِاٰﻟٍﮫ ِا ﱠ‬


‫ﻻ ِاٰﻟﮫ ٌ ﱠواِﺣد ٌ َۗوِاْن ﻟﱠْم ﯾَْﻧﺗ َُﮭْوا َﻋﱠﻣﺎ ﯾَﻘ ُْوﻟ ُْوَن‬ َ ‫َﻟﻘَْد َﻛﻔََر اﻟﱠِذْﯾَن ﻗَﺎﻟ ُْٓوا ِاﱠن ا ﱣ‬
ُ ‫* ﺛ َﺎِﻟ‬
‫ب اَِﻟْﯾٌم‬ٌ ‫ﺳﱠن اﻟﱠِذْﯾَن َﻛﻔَُرْوا ِﻣْﻧُﮭْم َﻋذَا‬ ‫َﻟﯾََﻣ ﱠ‬
Sungguh, telah kufur orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang
tiga, padahal tidak ada tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari
apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kufur di antara mereka akan ditimpa azab
yang sangat pedih.
(QS Al Maidah/5: 72-73)
Keyakinan: sebuah proses
QS AL An’am/6: 76-79

٧٦ ‫ب ا ْ ٰﻻِﻓِﻠْﯾَن‬ ٓ َ ‫ﻓَﻠَﱠﻣﺎ َﺟﱠن َﻋﻠَْﯾِﮫ اﻟﱠْﯾُل َرٰا َﻛْوَﻛﺑًﺎ ۗﻗَﺎَل ٰھذَا َر ِﺑّْۚﻲ ﻓَﻠَﱠﻣﺎ ٓ ا َﻓََل ﻗَﺎَل‬
‫ﻻ ا ُِﺣ ﱡ‬
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata,
“Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang
terbenam.”251)
٧٧ ‫ﺿۤﺎ ِﻟّْﯾَن‬
‫ﯨْن ﻟﱠْم ﯾَْﮭِدِﻧْﻲ َر ِﺑّْﻲ َﻻَﻛُْوﻧَﱠن ِﻣَن اْﻟﻘَْوِم اﻟ ﱠ‬Iَ‫ﻏﺎ ﻗَﺎَل ٰھذَا َر ِﺑّْﻲ ۚﻓَﻠَﱠﻣﺎ ٓ ا َﻓََل ﻗَﺎَل ﻟ‬
ً ‫ﻓَﻠَﱠﻣﺎ َرا َ اْﻟﻘََﻣَر ﺑَﺎِز‬
Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.”
Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.”
٧٨ ‫ﺷِرﻛُْوَن‬
ْ ُ ‫يٌء ِّﻣﱠﻣﺎ ﺗ‬ ْ َ‫س ﺑَﺎِزَﻏﺔً ﻗَﺎَل ٰھذَا َر ِﺑّْﻲ ٰھذَآ ا َْﻛﺑَُۚر ﻓَﻠَﱠﻣﺎ ٓ ا َﻓَﻠ‬
ْ ۤ ‫ت ﻗَﺎَل ٰﯾﻘَْوِم ِا ِﻧّْﻲ ﺑَِر‬ ‫ﻓَﻠَﱠﻣﺎ َرا َ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺷْﻣ‬
Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya),
“Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata,
“Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.”
ْ ‫ض َﺣِﻧْﯾﻔًﺎ ﱠوَﻣﺎ ٓ ا َﻧَ۠ﺎ ِﻣَن اْﻟُﻣ‬
٧٩ ‫ﺷِرِﻛْﯾَۚن‬ َ ‫ت َواْﻻَْر‬
ِ ‫ﺳٰﻣٰو‬ ْ ‫ﻲ ِﻟﻠﱠِذ‬
َ َ‫ي ﻓ‬
‫طَر اﻟ ﱠ‬ ُ ‫ِا ِﻧّْﻲ َوﱠﺟْﮭ‬
َ ‫ت َوْﺟِﮭ‬
Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit
dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-
orang musyrik.
Bukti Keesaan Allah
1. Eksistensi alam semesta tidak terjadi dengan
sendirinya, ada penciptanya
2. Keindahan dan keteraturan benda alam tentu ada dzat
yang merancang dan mengatur
3. Adanya ketergantungan seluruh makhluk hidup.
4. Kelemahan dan keterbatasan seluruh makhluk hidup

Anda mungkin juga menyukai