Anda di halaman 1dari 3

Nabi Ibrahim di Masa Kecil

Pada zaman kerajaan yang dipimpin oleh Raja Namrud, ia mengeluarkan peraturan
yang amat meresahkan masyarakatnya. Peraturannya yaitu jika ada ibu yang melahirkan bayi
berjenis kelamin laki-laki maka wajib untuk dibunuh. Nabi Ibrahim lahir saat masa pemerintah
tersebut. Agar tidak ketahuan, maka ibunda Nabi Ibrahim AS mengasingkannya ke hutan
didalam sebuah goa yang mustahil dapat diketahui oleh orang-orang.

Raja Namrud memiliki sifat yang sangat angkuh, tidak ingin dikalahi, dan egois.
Dengan dibuatnya peraturan tersebut bertujuan agar tidak ada laki-laki yang menggantikan dan
mengalahkan dirinya dalam berkuasa. Nabi Ibrahim senantiasa dilindungi oleh Allah SWT,
hingga ia menjadi seorang yang tangguh selalu selamat dari berbagai macam bahaya. Hingga
suatu ketika ia dapat kembali ke masyarakat.

Ketika Nabi Ibrahim AS telah kembali ke masyarakat, ia begitu bingung akan perilaku
orang-orang yang menyembah patung berhala. Hampir disepanjang perjalanannya, berbagai
rumah dan bangunan selalu terdapat patung berhala untuk disembah masyarakat. Sampai ia
dirumahnya, benda itu masih ditemukan, ternyata ayahnya bekerja sebagai pembuat patung.

Nabi Ibrahim merasa jera dan bingung terhadap perilaku masyarakat yang menyembah
berhala. Ia pun bertanya-tanya kepada dirinya dan rasa ingin tahunya sangat besar. Di manakah
Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan?, baiknya Allah memberikan mukjizat kepadanya
yaitu sebuah pemikiran yang cerdas dan kritis. Allah SWT mengutusnya sebagai penyampai
keberadaanNya selama ini kelak masyarakat meninggalkan berhala yang tidak penting dan
bertakwa kepadaNya .

Kisah Nabi Ibrahim Berproses Mencari Tuhan

Ia selalu bertanya dan menyelimuti isi pemikirannya. ‘Siapa sebenarnya Tuhan?


Apakah Benarkah berhala itu adalah Tuhan? Atau justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah
Tuhan?’. Kemudian ia melihat bulan, bintang, dan matahari, namun apalah daya ternyata benda
tersebut menghilang, bukan Tuhanku dalam pemikirannya

Proses Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan terdapat dalam ayat suci Al-Quran dalam Surat
Al-An’am Allah SWT berfirman:
‫َبًا‬
ۖ ‫ْك‬‫َو‬
‫ءا ك‬ ‫ُ ر‬
ََ َّ ِ
‫ٱليْل‬ ََ
‫ليْه‬ ‫َّ ع‬
‫َن‬ ‫ما ج‬ ََ
َّ‫ل‬‫ف‬
‫َ َقال‬
ٓ‫َ ََل‬ ‫َل‬‫َف‬
‫ٓ أ‬
‫ما‬ ََ
َّ‫ل‬ ‫ِى ف‬
ۖ‫َب‬‫َا ر‬ َ َ
َٰ
‫هذ‬ ‫َقال‬
َ ‫ِل‬
‫ِين‬ َْ
‫ءاف‬ ‫ُحِب‬
‫ُّ ٱل‬ ‫أ‬
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”,
tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
(Al-An’am 6:76)

‫َا‬
‫هذ‬َ َ
َٰ ‫ًا َقال‬ ‫ِغ‬
‫َاز‬‫َ ب‬ ََ
‫مر‬ ْ ‫َا‬
‫ٱلق‬ ‫َء‬
‫ما ر‬ ََ
َّ‫ل‬‫ف‬
‫ِن‬
‫ِى‬ ‫هد‬
ْ‫ي‬َ ْ‫ِن َّلم‬
‫َ َلئ‬‫َ َقال‬
‫َل‬‫َف‬
‫ٓ أ‬
‫ما‬ ََ
َّ‫ل‬‫ۖ ف‬ ‫ِى‬‫َب‬
‫ر‬
َ‫ِين‬ ‫َّا‬
‫ٓل‬ ‫ِ ٱلض‬‫ْم‬‫َو‬ ْ َ
‫ٱلق‬ ‫َّ م‬
‫ِن‬ ‫نن‬َ‫ُو‬ ‫ِى ََلَك‬‫َب‬‫ر‬
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan
itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang yang sesat”. (Al-An’am 6:77)

‫ِى‬
‫َب‬‫َا ر‬ َ َ
َٰ
‫هذ‬ ‫ً َقال‬
‫َة‬‫ِغ‬
‫َاز‬ ‫َا ٱلشَّم‬
‫ْسَ ب‬ ‫َء‬ ‫ما ر‬ ََ
َّ‫ل‬‫ف‬
‫ِى‬
‫ِن‬‫ِ إ‬
‫ْم‬‫َو‬
‫يق‬ َ َ
َٰ ‫ْ َقال‬ ََ
‫لت‬ ‫َف‬
‫ٓ أ‬‫ما‬ ََ
َّ‫ل‬ ‫ُ ف‬‫ر‬‫ْب‬
َۖ ‫َك‬
‫ٓ أ‬ ‫َا‬‫هذ‬َٰ
َ
َ‫ُون‬
‫ِك‬‫تشْر‬
ُ ‫ِما‬
َّ‫ء م‬ٌٓ‫ِى‬‫بر‬َ
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Al-An’am 6:78)

Setelah itu Nabi, Ibrahim tersadar akan benda-benda berhala bukan Tuhannya sama sekali.
Kemudian Allah SWT membisikan sebuah perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak
orang menyembah pada Allah SWT, bukan berhala kembali. Seluruh isi jagat raya serta
hukum yang berlaku di dalamnya, kuat agar bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan
orang-orang musyrikin. Maka Nabi Ibrahim AS menyakini bahwa Tuhan hanyalah Allah
SWT.

Anda mungkin juga menyukai