Anda di halaman 1dari 16

Saya mewakili Islam saja, agama lain ya masing-

masing aja lah ya.


1. Jika tuhan itu ada, kenapa dia tidak menunjukkan wujudnya saja biar tidak
ada satupun di dunia ini yg Atheis.
Jawab:

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

‫ال َربِّ َأ ِرنِي َأ ْنظُرْ ِإلَ ْيكَ ۚ قَا َل لَ ْن ت ََرانِي َو ٰلَ ِك ِن ا ْنظُرْ ِإلَى ْال َجبَ ِل فَِإ ِن ا ْستَقَ َّر‬
َ َ‫َولَ َّما َجا َء ُمو َس ٰى لِ ِميقَاتِنَا َو َكلَّ َمهُ َربُّهُ ق‬
‫ْت ِإلَ ْيكَ َوَأنَا‬
ُ ‫ك تُب‬ َ َ‫ق ق‬
َ َ‫ال ُس ْب َحان‬ َ ‫َم َكانَهُ فَ َسوْ فَ ت ََرانِي ۚ فَلَ َّما تَ َجلَّ ٰى َربُّهُ لِ ْل َجبَ ِل َج َعلَهُ َد ًّكا َو َخ َّر ُمو َس ٰى‬
َ ‫ص ِعقًا ۚ فَلَ َّما َأفَا‬
َ‫َأ َّو ُل ْال ُمْؤ ِمنِين‬
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah
(diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-
kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai
sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.  Maka setelah
Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang
yang pertama-tama beriman”. (QS Al-Araf: 143)
Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

2. Buat apa dia menciptakan alam semesta jika pada akhirnya akan
dihancurkan.
Jawab:

َ‫ َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُون‬U‫ب الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما‬ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬ ٍ ‫ار آَل يَا‬ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ِ ‫اختِاَل‬ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ ْ ‫ِإ َّن فِي‬
ِ ‫خَل‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬َ َ‫اطاًل ُس ْب َحان‬ِ َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ ٰهَ َذا ب‬
ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ِ ‫فِي خ َْل‬

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali ‘Imran/3:190-191)
.
Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

Kenapa dihancurkan (kiamat) ?


ۗ ً‫ض ۚ اَل تَْأتِي ُك ْم ِإاَّل بَ ْغتَة‬
ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ْ َ‫ ِع ْن َد َربِّي ۖ اَل يُ َجلِّيهَا لِ َو ْقتِهَا ِإاَّل هُ َو ۚ ثَقُل‬U‫ك ع َِن السَّا َع ِة َأيَّانَ ُمرْ َساهَا ۖ قُلْ ِإنَّ َما ِع ْل ُمهَا‬
ِ ‫ت فِي ال َّس َما َوا‬ َ َ‫يَ ْسَألُون‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ َّ ْ ‫َأ‬ ٰ ‫هَّللا‬ ْ ْ َّ ُ ْ َّ ‫َأ‬ َ َ‫يَ ْسَألُون‬
ِ ‫ ِعن َد ِ َولَ ِك َّن كثَ َر الن‬U‫ك َحفِ ٌّي َعنهَا ۖ قلْ ِإن َما ِعل ُمهَا‬ َ ‫ك َك ن‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat, ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya


pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk)
yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’
Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah,
‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]

3. Jika yang semua ada adalah karena adanya Pencipta, lalu siapa yang
menciptakan tuhan?
#Dalil Alquran
‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬
1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
َّ ‫هَّللا ُ ال‬
‫ص َم ُد‬
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
.
)2713 ‫ رقم‬،‫ وأنت اآلخر فليس بعدك شيء (رواه مسلم‬، ‫اللهم أنت األول فليس قبلك شيء‬
“Ya Allah, Engkaulah yang awal tidak ada sesautupun sebelumMu, Engkaulah yang akhir, tidak
sesudahMu sesuatupun.” (HR. Muslim)
)6982 ‫ رقم‬،‫ والثانية‬، 3020 ‫ رقم‬،‫ األولى‬، ‫ وفي رواية " ولم يكن شيء قبله ( رواهما البخاري‬، " ‫كان هللا ولم يكن شيء غيره‬

“Allah telah ada dan tidak ada sesuatupun selainNya.” Dalam suatu riwayat, “Tidak ada sesuatupun
sebelumnya.” (Keduanya diriwayatkan oleh Bukhari, yang pertama, no. 3020, dan yang kedua, no.
6982)
Kepada kaum muslimin, Akan ada orang-orang yang banyak sekali melemparkan pertanyaan ini
kepadamu. Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam berpesan:

‫ فمن خلق هللا ؟ فمن وجد من ذلك شيئا فليقل آمنت باهلل‬، ‫ق‬
َ ‫ال يزال الناس يتساءلون حتى يقال هذا خلق هللاُ الخل‬

“Orang-orang akan ada saja yang bertanya-tanya, hingga akhirnya akan ditanyakan,  Allah yang
menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?  Siapa yang mendapati hal tersebut,
maka ucapkanlah,  aku beriman kepada Allah.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihiwa sallam juga bersabda,

‫يأتي الشيطانُ أحدَكم فيقول من خلق كذا وكذا ؟ حتى يقول له من خلق ربَّك ؟ فإذا بلغ ذلك فليستعذ باهلل ولينته‬

“Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian lalu bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini
dan itu? Hingga akhirnya dia akan bertanya  siapa yang menciptakan tuhanmu? Jika hal itu terjadi,
hendaknya dia berlindung kepada Allah dan sudahilah (jangan turuti menjawab pertanyaannya).”
(HR. Muslim)
#Dalil Akal

Sebab akibat. Setiap akibat yang terjadi di dunia ini pasti ada sebabnya. Kita letakkan kelereng
dalam kamar, bertahun+tahun diamkan tidak akan berpindah dari tempatnya, kecuali ada
sebabnya. Apakah kucing yang menggerakkan, angin, gempa atau apapun. Tidak mungkin di
samping kita tiba-tiba bisa ada pena, kalau tidak ada yang meletakkannya. Jika ada di tanah kotoran
manusia, pasti karena ada manusia yang buang hajat di tanah itu. Tidaklah mungkin kotoran
manusia bisa tiba-tiba ada. Ini disebut hukum sebab akibat. Atheis mungkin bertanya, "kalau semua
hal ada penciptanya, maka siapa mencipta tuhan?". Maka saya misalkan dengan pemisalan ini:

Contoh lain, perusahaan A dalam memproduksi sepatu membutuhkan desain. Desain ini harus
disetujui oleh manager sebelum diproduksi, tapi manager sebelum menyetujui desain itu harus atas
persetujuan GM (General Manager), dan GM sebelum menyetujui desain itu juga harus mengajukan
dan atas persetujuan HRD, dan HRD untuk menyetujui desain sepatu itu perlu persetujuan
atasannya, atas persetujuan atasannya lagi, lalu ada atasannya lagi, lagi, lagi dan seterusnya ada
atasan yang gak habis-habis. Jadi ini ceritanya sepatunya kapan bisa di produksi? 😁

Jadi, kalao memang Atheis itu memakai akalnya, pastilah harus ada titik henti, titik awal yang
mengawali perintah eksekusi dan produksi. Karena kalau gak ada awalnya, maka si TNI Ukraina gak
akan pernah di eksekusi. Maka sepatu gak akan pernah di produksi.

Begitu pula dengan penciptaan alam semesta. Pasti ada dan memang pasti ada awalnya, titik start
nya. Apa startnya? Ya, dialah tuhan yang tidak di ciptakan, melainkan sang pencipta. Dan kami Theis
meyakini tuhan lah titik startnya. Kan gak mungkin, untuk tuhan menciptakan semesta perlu
perintah dari pencipta tuhan. Terus pencipta tuhan perlu izin dari penciptanya pencipta tuhan, dst.
Alhasil semesta sampai detik ini gak akan pernah tercipta.

Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

4. Mengapa ada Penderitaan & kejahatan


‫ق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل ۚ َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر‬
َ َ‫الَّ ِذي َخل‬

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” [Al-Mulk/67:2]

َ‫ت ۗ َونَ ْبلُو ُك ْم بِال َّشرِّ َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً ۖ وَِإلَ ْينَا تُرْ َجعُون‬
ِ ْ‫س َذاِئقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan.  Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” [Al-Anbiyaa’/21:35]
Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

5. Apa bukti keberadaan surga dan neraka?


‫ب َّواَل‬ ْ ‫ض َواَل َر‬
ٍ ‫ط‬ ِ ٰ‫ َواَل َحبَّ ٍة ِف ْي ظُلُم‬U‫ب اَل يَ ْعلَ ُمهَٓا اِاَّل هُ ۗ َو َويَ ْعلَ ُم َما ِفى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ۗ ِر َو َما تَ ْسقُطُ ِم ْن َّو َرقَ ٍة ِااَّل يَ ْعلَ ُمهَا‬
ِ ْ‫ت ااْل َر‬ ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
‫ب ُّمبِي ٍْن‬ٍ ‫س اِاَّل فِ ْي ِك ٰت‬ ٍ ِ‫يَاب‬

“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia
mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak
diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah
atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al An‘am: 59)
Tidak semua yg tidak pernah dilihat mata manusia, tidak semua yang tidak pernah dirasakan panca
indera manusia itu berarti tidak ada. Tidak terlihat dan tak terasa itu bukan berarti tidak ada.
Termasuk surga dan neraka, tidak terlihat bukan berarti tak ada.

Saya tanya, ada berapa triliun bintang (matahari) di semesta ini? Dari sekian triliun bintang, ada
berapa tata surya (planet) yg mengelilingi triliunan bintang itu?

Dari sekian banyak planet yg tak terhitung itu, ada berapa banyak planet yang memiliki satelit
alaminya (bulan) sendiri?

Dari semua bintang, planet, dan satelit itu, adakah planet yg tidak terlihat, terjamah, dan belum
ditemukan oleh manusia dengan sains mereka, terutama yang terekam kamera?

Jelas, ada buanyaaaaak sekali. Dan masing-masing planet pastilah memiliki dunianya sendiri.


Semua itu tidak atau belum dirasakan dan ditemukan manusia. Tapi bukan berarti tidak ada,
bukan!? Maka seperti itulah surga. Ia tidak terjangkau manusia, tapi belum tentu tidak ada dunia
yang disebut oleh manusia itu dengan istilah "surga" dan "neraka".

Otak manusia ini kecil, kecil sekali untuk bisa menemukan, menjangkau, apalagi mengindeks
sesuatu yang seluas alam semesta.

Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

6. Ada 4200 Agama di Dunia ini. Jika tuhan memang ada, Tuhan yang mana?
Sebaiknya gunakan faktor eliminasi. Yg tidak meyakinkan, segera singkirkan. Saya tidak tau apa saja
agama yg 4200 itu. Tapi ini bisa membantu:

 Agama yang menuhankan patung: datangi patung yang mereka sembah, penggal
lehernya. Jika Ia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, bagaimana mungkin dia bisa
menyelamatkan manusia? Eliminasi semua agama bertuhankan patung.
 Agama yang menyembah api: datangi api itu dan siram dengan air, atau padamkan
dengan alat apapun. Jika ia tidak bisa melindungi dirinya sendiri, bagaimana ia bisa
melindungi umat manusia. Lalu eliminasi.
 Agama yang menyembah matahari: lihatlah jika ia tidak bisa menyinari seluruh dunia
terus menerus, bagaimana bisa ia memberi rizki seisi dunia.
 Agama yang menyembah manusia: tebas perutnya, tusuk jantungnya, salibkan bila perlu.
Jika ia mati, maka ia tidak pantas disebut tuhan.
 Agama yang menuhankan sapi. Bagaimana mungkin aku mampu memakan tuhanku
sendiri?
 Dst…
 Dst…
 Dst…
 Pada akhirnya, tantangan ketuhanan atau pertanyaan tuhan yang benar itu akan Kembali
ke jawaban poin ke-3..

Cara tersebut diatas adalah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh nabi Ibrahim Allaihissalam.

ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُمب‬
‫ين‬ َ ‫ك فِي‬ َ ‫۞ وَِإ ْذ قَا َل ِإ ْب َرا ِهي ُم َأِلبِي ِه آ َز َر َأتَتَّ ِخ ُذ َأصْ نَا ًما آلِهَةً ۖ ِإنِّي َأ َرا‬
َ ‫ك َوقَوْ َم‬

Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata".

َ‫ض َولِيَ ُكونَ ِمنَ ْال ُموقِنِين‬


ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
ِ ‫ك نُ ِري ِإ ْب َرا ِهي َم َملَ ُكوتَ ال َّس َما َوا‬

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di
langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.

َ‫فَلَ َّما َج َّن َعلَ ْي ِه اللَّ ْي ُل َرَأ ٰى َكوْ َكبًا ۖ قَا َل ٰهَ َذا َربِّي ۖ فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل اَل ُأ ِحبُّ اآْل فِلِين‬

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

َ‫ قَا َل ٰهَ َذا َربِّي ۖ فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل لَِئ ْن لَ ْم يَ ْه ِدنِي َربِّي َأَل ُكون ََّن ِمنَ ْالقَوْ ِم الضَّالِّين‬U‫از ًغا‬
ِ َ‫فَلَ َّما َرَأى ْالقَ َم َر ب‬

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu
terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah
aku termasuk orang yang sesat".

ْ َ‫از َغةً قَا َل ٰهَ َذا َربِّي ٰهَ َذا َأ ْكبَ ُر ۖ فَلَ َّما َأفَل‬
َ‫ء ِم َّما تُ ْش ِر ُكون‬Uٌ ‫ت قَا َل يَا قَوْ ِم ِإنِّي بَ ِري‬ َ ‫فَلَ َّما َرَأى ال َّش ْم‬
ِ َ‫س ب‬

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar".
Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri
dari apa yang kamu persekutukan.

َ‫ض َحنِيفًا ۖ َو َما َأنَا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬


َ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ْت َوجْ ِه َي لِلَّ ِذي فَطَ َر ال َّس َما َوا‬
ُ ‫ِإنِّي َو َّجه‬

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan.

QS Al-An'am: 74–79
Cara lainnya, lihat kitabnya. Apakah ada kontradiksi?

Uَ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ ۚ َولَوْ َك‬


ْ ‫ان ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا‬
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS An-nisa: 82)
Cara lainnya, coba cari siapa yg mampu membuat kitab suci yang semisal dengan Alquran.

‫ْﺾ ﻇَ ِﻬﻴﺮًﺍ‬ Uَ ‫ﺁﻥ ﺎَﻟ ﻳَﺄْﺗُﻮﻥَ ﺑِ ِﻤ ْﺜﻠِ ِﻪ َﻭﻟَﻮْ َﻛ‬


ُ ‫ﺎﻥ ﺑَ ْﻌ‬
ٍ ‫ﻀﻬُ ْﻢ ﻟِﺒَﻌ‬ ِ ْ‫ﺖ ﺍﺈْﻟ ِ ْﻧﺲُ َﻭ ْﺍﻟ ِﺠ ُّﻦ َﻋﻠَ ٰﻰ ﺃَ ْﻥ ﻳَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِ ِﻤ ْﺜ ِﻞ ٰﻫَ َﺬﺍ ْﺍﻟﻘُﺮ‬
ِ ‫ﻗُﻞْ ﻟَﺌِ ِﻦ ﺍﺟْ ﺘَ َﻤ َﻌ‬

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’ân
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (Al-Israa:88)
PERTANYAAN LAIN:

7. Apakah yang dimiliki manusia tapi tidak dimiliki oleh Tuhan?

Jawab:
‫ق ْال َعلِي ُم‬
ُ ‫ق ِم ْثلَهُ ْم ۚ بَلَ ٰى َوهُ َو ْال َخاَّل‬
َ ُ‫ض بِقَا ِد ٍر َعلَ ٰى َأ ْن يَ ْخل‬
َ ْ‫ت َواَأْلر‬ َ ‫َأ َولَي‬
َ َ‫ْس الَّ ِذي خَ ل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa
dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui

ُ‫ِإنَّ َما َأ ْم ُرهُ ِإ َذا َأ َرا َد َش ْيًئا َأ ْن يَقُو َل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكون‬

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:


"Jadilah!" maka terjadilah ia.

ُ ‫فَ ُس ْب َحانَ الَّ ِذي بِيَ ِد ِه َملَ ُك‬


ْ ‫وت ُكلِّ ش‬
َ‫َي ٍء وَِإلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬

Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan.

(QS Yasin: 81-83)

8. Jika tuhan bersifat maha pengasih (ar-rahman), maha penyayang (ar-rahim),


maha pengampun (al-ghaffaar), maha pemaaf (al-afuww), maha pemurah (al-
kariim), maha mengasihi (al-waduud), maha melindungi (al-waliyy), maha sabar
(as-shabuur), mengapa dia membuat neraka dan memasukkan manusia ke
dalamnya?
Jawab:

Karena Allah juga:


 Al Mudzil (‫ )المذل‬: Yang Maha Menghinakan
 Al Hasiib (‫ )الحسيب‬: Yang Maha Membuat Perhitungan
 Al Muntaqim (‫ )المنتقم‬: Yang Maha Pemberi Balasan
‫ب َوَأ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬
ِ ‫ا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-maidah: 98)

‫ َو َأ َّن ْال َع َذابِ ْي هُ َو ْال َع َذابُ ْال َعلِ ْي ُم‬.‫َّح ْي ُم‬


ِ ‫نَبِّْئ ِعبَا ِدي َأنِّي َأنَا ْال َغفُوْ ر ُالر‬

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sungguh Akulah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Pengasih, dan bahwa sungguh azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.” (QS. al-Hijr: 49-50).

9. Nyawamu ada di tanganku saat ini, sekarang katakan, aku atau Tuhanmu itu
yang bisa menyelamatkanmu?
Jawab:

ُ ْ‫ق ِعبَا ِد ِه َويُرْ ِس ُل َعلَ ْي ُك ْم َحفَظَةً َحتَّى ِإ َذا َجا َء َأ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ‫ت تَ َوفَّ ْتهُ ُر ُسلُنَا َوهُ ْم ال يُفَرِّ طُون‬ َ ْ‫َوهُ َو ْالقَا ِه ُر فَو‬

Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak
melalaikan kewajibannya. (QS. Al-An’am: 61)
Pertanyaan terkait:

 Ada dimana malaikat? Kembali ke pertanyaan #5

10. Seandainya aku tidak melakukan operasi/tindakan ini dan membiarkan saja keadaanmu dan
pasrah kepada Tuhan, apakah kamu akan tetap hidup?

Jawab:

َ ِ‫ب ِم ْن قَب ِْل َأ ْن نَ ْب َرَأهَا ۚ ِإ َّن ٰ َذل‬


‫ك َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر‬ ٍ ‫ض َواَل فِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم ِإاَّل فِي ِكتَا‬
ِ ْ‫صيبَ ٍة فِي اَأْلر‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ ‫َما َأ‬

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al-Hadid: 22)

ْ ‫صيبَ ٍة ِإاَّل بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َو َم ْن يُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َوهَّللا ُ بِ ُكلِّ ش‬


‫َي ٍء َعلِي ٌم‬ ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ ‫َما َأ‬

“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada
Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)

ٍ َ‫ُكلُّ َم ْن َعلَ ْيهَا ف‬


‫ان‬
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (QS Ar-rahman: 26)

11. Siapa yang Menciptakan Kebaikan dan Keburukan

Jawab:
ٍ ‫َي ٍء َخلَ ْقنَاهُ بِقَد‬
‫َر‬ ْ ‫ِإنَّا ُك َّل ش‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [al-Qamar: 49].
َ‫َوهَّللا ُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُون‬
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (QS As-Saffat Ayat 96)

Pertanyaan Terkait:
 Kenapa Allah menciptakan keburukan: Kembali ke pertanyaan #4. Dalam ujian, pasti ada
persoalan. Dan dalam persoalan ada 2 kemungkinan (hasil) jawaban, yaitu benar dan
salah. Ujian tidak dianggap ujian jika semua jawaban adalah benar, berlaku sebaliknya.
Begitu pula ujian Allah, ada kebaikan dan keburukan. Ujian tidak dianggap ujian jika
hanya ada kebaikan, atau semua hal dianggap baik. Harus ada keburukan.
 Kalau Allah yang menciptakan keburukan, kenapa menyandarkannya pada manusia?
Karena Allah memberi manusia kehendak bebas untuk menentukan atau memilih akan
melakukan kebaikan atau keburukan. Allah-lah yang memberi "soal", dan manusialah
yang memilih "jawabannya".
 Kalau Allah sudah menakdirkan setiap yang terjadi di Bumi dan setiap perbuatan
makhluk, berarti Allah sudah menetapkan kita ke surga/neraka. Maka untuk apa kita
ibadah? Karena toh yang terlahir kafir (kemungkinan besar) akan tetap kafir, yang
ditakdirkan suka maksiat akan tetap ke neraka: Jawabnya, ada 2 takdir, yaitu yang Allah
tetapkan dan tak bisa diubah (contoh: kelahiran, kematian, dll), dan takdir yang bisa di
ubah (prestasi, ekonomi, agama, perbuatan, dll). Dalam hal agama/keimanan dan
perbuatan, hal ini diserahkan kepada makhluk. Makhluk memiliki kehendak bebas untuk
berbuat, apakah yg baik atau yang jahat. Sementara Allah yang Maha Mengetahui, sudah
mengetahui kau akan berbuat apa saja di dunia ini (mengetahui masa depan) , tanpa
menetapkan kau harus pasti dan mutlak berbuat A atau B.

Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:

12.Jika Tuhan itu Mahabesar, mengapa Dia masih tunduk pada kebenaran dan
keadilan? Jika demikian, maka Tuhan tidak Mahabesar karena ada yang lebih
besar darinya yaitu kebenaran dan keadilan itu sendiri.
Jawab:

Kembali ke pertanyaan #11 (sebenarnya pertanyaan ini gak masuk akal - begitu pula dengan
pertanyaan 13 - kalo dibawa ke dalam konteks Islam. Karena Allah-lah yang menciptakan kebenaran
dan keadilan itu sendiri. Dan sesuatu yang Ia ciptakan tidak mungkin lebih besar dari pada Allah
sendiri sebagai penciptanya. Tapi mungkin yang bertanya ini adalah "mantan" umat agama lain).
13.Jika jawabannya adalah karena Tuhan adalah kebenaran dan keadilan itu
sendiri, artinya Tuhan terikat pada dirinya sendiri dan itu yang menjadikan
dia tidak Mahakuasa.
Jawab:

Tidak, Allah bukanlah kebenaran dan keadilan, melainkan kebenaran dan keadilan adalah perkara
yang Allah ciptakan. Silahkan kembali ke pertanyaan #3 & #11. Meskipun "Maha benar" dan "maha
adil" adalah salah dua sifat Allah untuk menunjukkan bahwa Dia-lah zat yang paling benar dan
paling adil.

14.Jika Tuhan Mahakuasa, mengapa Dia terikat pada janjinya kepada manusia
dan para nabi?
Jawab:

َ ‫ة اَل َري‬Uِ ‫هَّللا ُ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۚ لَيَجْ َم َعنَّ ُك ْم ِإلَ ٰى يَوْ ِم ْالقِيَا َم‬
ُ ‫ْب فِي ِه ۗ َو َم ْن َأصْ َد‬
‫ق ِمنَ هَّللا ِ َح ِديثًا‬

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan
kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.  Dan siapakah orang yang lebih benar
perkataan(nya) dari pada Allah?  (QS An-nisa: 87)
Kalau Allah mengingkari janjinya, maka itu artinya firman Allah tidak benar. Justru dengan
memenuhi janjilah maka Allah menjadi MAHA BENAR.

Dan salah satu dari sifat Allah adalah Al `Adl (‫ = )العدل‬Yang Maha Adil. Bagaimana bisa Allah bersifat
adil jika Ia tidak menepati janji pada makhluknya, sementara Allah memerintahkan hambanya untuk
menepati janji. Tidaklah Allah menzalimi kalian, melainkan kalianlah yang menzalimi diri kalian
sendiri.

ُ‫ار َأ ْن قَ ْد َو َج ْدنَا َما َو َع َدنَا َربُّنَا َحقًّا فَهَلْ َو َج ْدتُ ْم َما َو َع َد َربُّ ُك ْم َحقًّا ۖ قَالُوا نَ َع ْم ۚ َفَأ َّذنَ ُمَؤ ِّذ ٌن بَ ْينَهُ ْم َأ ْن لَ ْعنَة‬ َ ‫َونَاد َٰى َأصْ َحابُ ْال َجنَّ ِة َأصْ َح‬
ِ َّ‫اب الن‬
َ‫هَّللا ِ َعلَى الظَّالِ ِمين‬

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan):


"Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya
kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan
kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian
seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, (QS Al-Araf: 44)

15.Mengapa anda bisa meyakini apa yang saya tidak yakini?


Jawab:

َ‫ات لِ ْل ُموقِنِين‬ ِ ْ‫َوفِي اَأْلر‬


ٌ َ‫ض آي‬
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.
ِ ‫َوفِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم ۚ َأفَاَل تُب‬
َ‫ْصرُون‬

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

(QS Az Zariyat: 20-21)

16.Kalau Tuhan itu Maha Kuasa, bisakah Tuhan menciptakan suatu batu yang Ia
sendiri tidak bisa angkat?
Jawab:

Sebaliknya anda yang mampu naik ke atas dan turun ke bawah, bisakah anda naik ke bawah dan
turun ke atas?

Ya, pertanyaan saya diatas tidak ada jawabannya. Kenapa? Karena pertanyaan saya
itu SALAH. sama seperti pertanyaan Tuhan mencipta batu yang ia tidak bisa angkat. Itu adalah
pertanyaannya yang salah.

Kenapa saya berkata bahwa pertanyaan itu salah, karena didalam pertanyaan itu ada dua esensi
yang saling bertolak belakang.

Esensi pertama: Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dia kuasa mencipta segala hal.

Esensi kedua: mencipta batu yang Dia tidak bisa mengangkatnya (dengan kata lain, Dia tidak kuasa
mengangkat batu.)

Begitulah pertanyaan ini, terdapat dua esensi yang bertolak belakang. Pada pertanyaan itu, di satu
sisi ditegaskan Dia bisa segalanya, tapi di sisi lain dikatakan Dia tidak mampu mengangkat batu. Ini
bertolak belakang.

Sama juga seperti pertanyaan:

1. Bisakah anda berenang di udara? Atau


2. Bisakah anda terbang dalam air?
3. Bisakah anda menggali air?
4. Bisakah anda menggali udara?
5. Bisakah anda menggambar kucing kurus yang gemuk?
6. Bisakah anda merapikan rumah agar berserakan?
7. Bisakah anda menyerak rumah agar rapi?
8. Bisakah anda menggambar persegitiga yang bulat?
Ya, seluruh pertanyaan diatas itu salah. Pertanyaan di atas hanyalah permainan kata-kata. Mereka
para Atheis ini mengklaim diri mereka logis dan segala hal tentang apa yang ada di dunia harus
sesuai nalar mereka. Tapi disisi lain pertanyaan mereka malah tidak logis dan tidak bisa di nalar oleh
akal. Pertanyaannya bertentangan.

Jawaban ini juga terkait dengan pertanyaan:


17.Jika Tidak Ada yang Tidak Mungkin Bagi Tuhan, Mungkinkah Tuhan
Mempunyai Anak?
Pertanyaan ini sama seperti jika saya bertanya kepadamu:

Si Dedi baru saja melahirkan, apa jenis kelamin anak si Dedi?


Apa yang aneh dengan pertanyaan diatas? Ya, pertanyaan diatas salah sedari awal. Gak perlu jawab
kelamin anak si Dedi itu Laki atau Perempuan. Lah wong Si Dedi itu laki-laki. Laki-laki itu kan sifatnya
tidak beranak. Maka pertanyaan itu tidak relevan dengan sifat si Dedi sebagai lelaki.

Dalam kasus Allah (Tuhan), jika diberikan pertanyaan "Jika tidak ada yang tidak mungkin bagi
Tuhan, mungkinkah Tuhan mempunyai anak?", ya pertanyaan tsb sudah salah. Karena tuhan itu
sifatnya tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Pada akhirnya, Allah (Tuhan) itu…


‫قُلْ هُ َو هّٰللا ُ اَ َح ۚ ٌد‬
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
َّ ‫هّٰللَا ُ ال‬
‫ص َم ۚ ُد‬
Allah tempat meminta segala sesuatu.
‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ۙ ْد‬
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
ٌ َ‫ن ل َّ ٗه ُك ُف ًوا اَح‬
ࣖ‫د‬ ْ ُ‫َول َ ْم يَك‬
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
QS Al-Ikhlas

18.Buraq yang Tidak Masuk Akal!


Ada banyak celaan yang dilontarkan para Atheis tentang makhluk yang mereka sebut sebagai
Buraq, "makhluk mitologi" yang bersumber dari Islam. Beberapa mencantumkan gambar yang
gambar tersebut sama sekali tidak merepresentasikan Buraq yang di maksud. Sebagai orang
beriman, saya hanya beriman pada apa yang diberitakan oleh dalil. Sementara selain dari itu maka
saya tidak percaya sama sekali, termasuk gambaran Buraq memiliki sayap. Ini tidak ada dalilnya.

Berdasarkan dalil dari hadits nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, berikut beberapa ciri
Buraq yang dikabarkan kepada kami:

1. Bentuknya seperti binatang tunggangan


2. Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. (Bighal adalah
peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai)
3. Berwarna putih
4. Langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya.
5. Bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan
Ciri diatas lah yang di khabarkan pada kami, berdasar dalil:

dari Malik bin Sha’sha’ah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menceritakan kejadian isra mi’raj.
ُ ‫ البُ َرا‬:‫ار‬
‫ق‬ ِ ‫الح َم‬
ِ ‫ق‬ ُ ِ‫َوُأت‬
َ َ‫يت بِدَابَّ ٍة َأ ْبي‬
َ ْ‫ ُدونَ البَ ْغ ِل َوفَو‬،‫ض‬

Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi
dari pada keledai. Yaitu buraq. (HR. Bukhari 3207)

dari Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫ فَ ُح ِم ْل‬،‫صى طَرْ فِ ِه‬


‫ت َعلَيْه‬ ْ ‫ يَقَ ُع خ‬،‫ َو ُدونَ ْالبَ ْغ ِل‬،‫ار‬
َ ‫َط ُوهُ ِع ْن َد َأ ْق‬ ِ ‫ق ْال ِح َم‬
َ ْ‫ فَو‬،ُ‫ ْالبُ َراق‬:ُ‫ يُقَا ُل لَه‬،‫ض‬ ُ ِ‫ثُ َّم ُأت‬
َ َ‫يت بِدَابَّ ٍة َأ ْبي‬

Kemudian dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan putih, namanya Buraq. Lebih tinggi dari
pada keledai dan lebih pendek dari bighal. Satu langkah kakinya di ujung pandangannya. Lalu aku
dinaikkan di atasnya. (HR. Ahmad 17835, Muslim 164, dan yang lainnya).

Sesampainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjidil aqsha, beliau shallallahu ’alai wa salam
mengikat buraqnya di tempat yang biasa digunakan para nabi untuk mengikat tunggangannya.
Beliau berkata

ْ َ‫فَ َرب‬
‫طتُهُ بِ ْال َح ْلقَ ِة الَّتِي يَرْ بِطُ بِ ِه اَأْل ْنبِيَا ُء‬

Aku mengikat buraq di salah satu pintu masjid baitul maqdis, tepat di mana para nabi mengikatkan
hewan tunggangan mereka (Muslim no. 162, Abu Ya’la dalam musnadnya 3375)
Saya tidak akan mengklaim bahwa semua ciri dan kemampuan buraq diatas bisa di nalar oleh logika
manusia saat ini. Tapi Argumen anda para Atheis tentang Buraq bisa saya balikan.

Tahukah anda apa yang anda katakan perihal Buraq sudah dikatakan oleh orang-orang kafir jahil
Quraish kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sekitar 1400 tahun yang lalu? Ya, sudah
dikatakan. Dari kisah ini Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sudah di klaim sebagai pendusta. Dulu
sekitar 1400 tahun yang lalu oleh kafir Quraish, juga sekarang oleh kalian.

Kita semua tau bahwa pada masa itu, pergi ke langit ke-7 dalam waktu semalam dengan Buraq yang
memiliki kecepatan sangat tinggi itu omong kosong. Semua orng pada zaman itu menganggap hal
itu bualan Muhammad (shalallahu alaihi wasallam) belaka. Pergi dari Masjidil Haram ke Aqsha (isra')
lalu berangkat ke sidiratul muntah (mi'raj) hanya dalam waktu satu malam. Siapa yang percaya?
Apalagi pada masa itu dimana perjalanan paling cepat Hanya bisa mengandalkan unta saja, yang
waktu tempuh dari Mekkah ke Madinah saja bisa sampai berhari-hari.

Tapi Faktanya, sekarang kita bisa melakukannya bukan? Memang masih belum bisa mencapai langit
tertinggi, tapi setidaknya sudah ada pesawat yang kecepatannya mencapai kecepatan suara, bahkan
lebih. Hal yang dianggap mustahil di waktu dulu, nyatanya sedikit demi sedikit bisa dilakukan
manusia sekarang ini.

Jadi, perihal sesuatu yang tidak masuk akal dalam ajaran Islam, perlahan-lahan, pelan-pelan
memang sudah banyak yang terbuktikan. Bukan ajaran Islam yang tidak masuk akal, tapi akal
manusia yang belum mampu menalarnya. Karena otak manusia memiliki banyak keterbatasan.
Termasuk keterbatasan waktu dalam mengembangkan pengetahuan. Dibatasi oleh kematian,
dibatasi oleh akhir zaman.
Lagi pula, jika kita berbicara hewan, di Bumi ini saja masih ada banyak hewan yang kita belum
pernah melihatnya. Bisa dibuktikan dengan temuan-temuan spesies atau jenis hewan baru, yang
hewan itu memiliki kemampuan di luar akal manusia selama ini. Tapi begitu ilmuwan
menemukannya, maka akal manusia baru berfikir "oooh… ada juga hewan seperti itu ya, oooh…
unik juga kemampuan melindungi diri binatang itu ya…". Ya, dulu manusia sebelum mampu
menyelami laut dalam tidak pernah menyangka kalau ada ikan yang memiliki lampu di kepalanya.
Tapi lambat laut manusia mengetahui uniknya makhluk di laut dalam. Jadi kenapa kalian heran
dengan sesuatu yang disebut Buraq itu? Karena kan kalian saja yang tidak pernah melihatnya.

19.Jika manusia tidak mengakui adanya Tuhan, maka apakah Tuhan masih ada?
>Dalil Alquran:

‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ َأ ْنتُ ُم ْالفُقَ َرا ُء ِإلَى هَّللا ِ َوهَّللا ُ هُ َو ْال َغنِ ُّي ْال َح ِمي ُد‬

“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)

‫هَّللا ُ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم‬

Allâh, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Al-Hayyu (Yang Hidup kekal) Al-
Qayyum (terus menerus mengurus makhluk-Nya). [Ali Imran/3: 2]
>Dalil Assunnah:

Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian
manusia dan jin, mereka itu bertaqwa seperti orang yang paling bertaqwa di antara kalian, tidak
akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di
antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di
antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 2577)
>Dalil Akal:

Jika agama yang umatnya menyembah patung ya bisa saja. Tidak ada yg mengakui tuhan, sehingga
manusia tidak lagi membuat patung. Kalau Tuhannya tidak mereka buat maka tuhan mereka tidak
ada.

Sementara dalam Islam tentu tidak. Seperti sudah dijelaskan pada dalil-dalil diatas, Allah bukanlah
patung.

Lalu bagaimana dengan pertanyaan "Jika manusia tidak mengakui adanya Tuhan, maka apakah
Tuhan masih ada?" dalam konteks Islam, dan sesuai nalar manusia?

Sekarang begini, saya sajikan satu pemisalan yang sebanding dengan itu, tapi memiliki nilai/hasil
yang terbalik, yaitu Pluto.

Saat ini semua orang sepakat, bahkan sudah dihapus di buku-buku pelajaran (tinggal menunggu
waktu beberapa ratus tahun sampai benar-benar lenyap dari kepala manusia) bahwa Pluto bukan
(lagi) sebuah planet. Tapi pluto masih tetap ada. Pluto tidak perduli apakah manusia
menganggapnya planet atau tidak, tapi fisiknya (secara umum, bulat - red) tak berubah, dan ia tetap
bergerak dan berfungsi sebagaimana mestinya, sebagaimana awalnya, sebagaimana saat manusia
belum menemukannya.

Salah satu fungsi Pluto adalah ia masih berperan menjaga 3 satelitnya (charon, styx, Nyx) agar tetap
berputar mengelilinginya. Ia juga berfungsi sebagaimana mestinya mengelilingi matahari, dan masih
tetap berperan sebagaimana mestinya, dan peran-peran lainnya sebagai benda langit yang mungkin
belum diketahui manusia saat ini, ia masih tetap pada perannya sebagai pluto dan fisiknya
sebagaimana manusia belum menemukannya, tak perduli apakah manusia menganggapnya planet
atau tidak karena itu hanya masalah penyebutan manusia saja, sementara ia masih tetap berupa
benda langit dengan sifat-sifatnya, fungsi, perannya dll seperti awalnya.

Atheis mungkin akan berkilah, bahwa Pluto kan bisa dilihat menggunakan teleskop, maka fisiknya
ada. Berbeda dengan tuhan yang tidak bisa dilihat. Maka saya jawab: bukankah Hal yang sama
berlaku untuk planet-planet lainnya di galaksi lainnya, yang mana manusia belum menemukan dan
melihatnya dan teleskop manusia belum mampu menjangkaunya, apalagi mengakui status
keplanetannya, tapi planet itu ada.

Lagi pula kalau masalah apakah yang tidak terlihat itu ada atau tidak, Semua orang (termasuk Theis
dan Atheis yg berkiblat/berpedoman/berpegang pada sains) sudah tahu, sepakat dan setuju
bahwa tidak semua yang tidak terlihat / terdeteksi itu tidak ada. Di Bumi ini saja masih banyak
misteri yang belum bisa di ungkap manusia. Ada spesies hewan / organisme baru yang belum
ditemukan manusia. Ada triliunan planet yang belum di Petakan ilmuwan. Tapi apakah semua itu
tidak ada? Ya belum tentu. Saya pernah dengar, bahwa sampai saat ini manusia baru menemukan
satu saja planet yang lokasinya berada di luar galaksi Bimasakti. Baru satu, tapi bukan berarti tidak
ada planet tertentu lainnya dengan kriteria tertentu, dan zat penyusun baru yang tidak diketahui
manusia bumi di luar sana.

Dan juga, (thanks to keterbatasan manusia) tidak semua yang terlihat mata manusia itu adalah
apa yang kita yakini selama ini, dan Atheis (kiblat ke sains) juga jelas setuju dengan poin
ini. Kenapa setuju? Begini, Misalnya adalah langit. Apakah langit diatas sana adalah benar-benar
langit yang mati? Oh, belum tentu. Bisa saja sesuatu yang hidup. Karena saking Luasnya langit itu,
maka kita hanya bisa melihat secuil bagian dari total keseluruhan bagian langit, bagian yg mampu
kita pandang dari seluruh langit itu ibarat setitik debu di luasnya alam semesta. Dan kita tidak bisa
memastikan apa yg kita lihat itu adalah langit.

Bagaimana dengan tuhan? Para Theis kebanyakan meyakini bahwa tuhan itu maha besar.
Penggunaan kata maha yang banyak diakui para Theis disini merujuk pada saking besarnya tuhan
itu, dialah yang terbesar, besar sampai manusia tidak bisa mengukurnya. Sedangkan langit yang luas
saja manusia belum mampu mengukurnya, apalagi tuhan yang lebih besar dari langit.

Oh, wait… (saya coba ganti ke ilmuwan Theis mode) bisa saja langit yang kita lihat dan kita ketahui
selama ini sebagai langit, ternyata adalah tuhan. Karena saking besarnya tuhan itu, dan manusia
hanya bisa melihat 0,00000000000000000000000000…dst…01% dari wujud tuhan, kita tidak sadar
kalau ternyata (langit) itu adalah tuhan.
Btw, Ya tentu saja dalam apa yg saya beriman padanya, saya meyakini Allah itu bukan langit,
dan langit bukanlah Allah. Tapi langit adalah ciptaan Allah. Kalau langit adalah ciptaan Allah,
sudah pasti Allah lebih besar dari langit. Langit saja yang besar tidak terukur dan terlihat
manusia saking besarnya, apalagi tuhan.

Lalu pertanyaan saya adalah…

Jika Atheis setuju bahwa :

tidak semua yang tidak terlihat / tidak terdeteksi itu "tidak ada."

Dan juga…

tidak semua yang terlihat mata manusia itu adalah apa yang kita yakini selama ini,

Lantas kenapa atheis menolak keberadaan tuhan? Setidaknya Atheis berkata "saya tidak tahu",
atau "mungkin ada, mungkin tidak" , tapi dalam kasus ini Atheis umumnya menolak mutlak akan
adanya tuhan.

Kenapa saat bicara soal ilmu pengetahuan, Atheis setuju bahwa yang tak nampak/belum ditemukan
manusia belum tentu tidak ada. Tapi saat Atheis bicara agama/ketuhanan, standard itu di
campakkan. Tuhan tidak nampak dan tidak bisa dilihat, tapi Atheis langsung men-cap mutlak bahwa
tuhan itu tidak ada!?

Dan juga, saya melihat bahwa sains, sebagai sesuatu yang menjadi "pijakan" para Atheis, selalu
berubah-ubah. Sesuatu yang menjadi kebenaran (True) saat ini bisa saja bernilai salah (false) di
masa mendatang. Sebagaimana kita melihat Pluto, yang mana dulu manusia menganggap bahwa
Pluto adalah sebuah planet, tapi saat ini Pluto sudah tidak lagi di anggap sebagai planet. Dulu Bumi
dianggap sebagai pusat alam semesta (matahari bulan mengelilingi Bumi), tapi sekarang tidak
demikian. Yang ada Bumi mengelilingi matahari.

"Pluto adalah planet", dulu bernilai True, tapi sekarang bernilai false. Dengan kata lain, kebenaran
versi sains itu tidak mutlak, ia berubah, ia relatif. KEBENARAN VERSI SAINS TIDAK HAKIKI!

Ini berbeda dengan agama, yang mana kebenaran versi agama itu mutlak dari awal sampai akhir
(tentu saja dalam konteks Islam, menurut yang saya yakini dan ketahui). Maka kebenaran versi
agama (saya) adalah kebenaran yang hakiki. Misal, Jika sedari awal Alquran berkata riba itu haram,
maka sampai akhir riba itu akan tetap haram. Jika sedari awal Allah berkata/berfirman:

‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَ َخلَ ْقنَا‬ ْ ُّ‫﴾ثُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬١٣ ﴿‫ين‬ ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر‬
ٍ ‫ار َم ِك‬ ْ ُ‫﴾ ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬١٢ ﴿‫ين‬ ٍ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اِإْل ْن َسانَ ِم ْن ُساَل لَ ٍة ِم ْن ِط‬
‫﴾ثُ َّم ِإنَّ ُك ْم يَوْ َم‬١٥ ﴿ َ‫ك لَ َميِّتُون‬ ٰ
َ ِ‫﴾ثُ َّم ِإنَّ ُك ْم بَ ْع َد َذل‬١٤ ﴿ َ‫ك هَّللا ُ َأحْ َسنُ ْالخَالِقِين‬ ‫ْأ‬
َ ‫ فَ َك َسوْ نَا ْال ِعظَا َم لَحْ ًما ثُ َّم َأ ْن َش نَاهُ خ َْلقًا آ َخ َر ۚ فَتَبَا َر‬U‫ ِعظَا ًما‬Uَ‫ْال ُمضْ َغة‬
َ‫ة تُ ْب َعثُون‬Uِ ‫ْالقِيَا َم‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari
kuburmu) di hari Kiamat” [al Mu’minun/23:12-16].
Maka kebenaran firman Allah diatas bersifat hakiki, tidak berubah oleh zaman/waktu, dan
kebenaran itu mutlak! Maka selamanya akan bernilai demikian. KEBENARAN VERSI AGAMA
(ISLAM) ADALAH HAKIKI!

PEKANBARU ,
20 OKTOBER 2022

Muhammad Jerianda
Rangkum Tulisan

Anda mungkin juga menyukai