NIM : 2019.151.3475
Prodi : PAI B
Semester : III (tiga)
Makul : Ushul Fiqh
1. Apa yang dimaksud dengan Ijma dan tulis hal-hal yang menjadi rukun Ijma
dan kapan terjadi Ijma?
Jawab :
Yaitu ijma’ yang terjadi setelah semua mujtahid dalam satu masa
mengemukakan pendapatnya tentang hukum tertentu secara jelas, baik melalui
ucapan, tulisan atau perbuatan. Dan ternyata seluruh pendapat menghasilkan
hukum yang sama atas hukum tersebut. Ijma’ ini juga disebut dengan ijma’
qauli.
Ijma sharih sangat jarang terjadi, sebagian ulama mengatakan bahwa itu
hanya terjadi di masa sahabat karena waktu itu jumlah mujtahid masih terbatas
dan domisili mereka relatif berdekatan. Hukum yang dihasilkan melalui ijma
sharih bersifat qath’i sehingga mempunyai kekuatan yang mengikat dan tidak
boleh seorang pun pada masa itu untuk menyanggahnya.
2. Ijma’ Sukuti
Yaitu, kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau lebih lebih
mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar dan diketahui oleh orang banyak.
Namun ternyata tidak seorang pun di antara mujtahid yang lain mengemukakan
pendapat yang berbeda.
Pada kasus ini seorang mujtahid lebih memilih diam dan tidak
berkomentar dengan pendapat ulama lainnya, ia tidak mengeluarkan
pendapatnya pada saat itu tapi diam tersebut dimaksudkan sebagai tindakan
pembenaran.
3. Sebutkan yang dimaksud qiyas dan tuliskan macam-macamnya dan rukun-
rukunnya?
Jawab :
❖ Qiyas adalah penetapan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama.
Dalam Islam, ijmak dan Kias sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal
yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
❖ Rukun qiyas :
a) Al-ashlu (pokok). Sumber hukum yang berupa nash-nash yang
menjelaskan tentang hukum, atau wilayah tempat sumber hukum.Yaitu
masalah yang menjadi ukuran atau tempat yang menyerupakan.
b) Al-far’u (cabang). Al-far’u adalah sesuatu yang tidak ada ketentuan nash.
Fara' yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan
hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar.
c) Al- Hukum. Al- Hukum adalah hukum yang dipergunakan Qiyas untuk
memperluas hukum dari asal ke far’ (cabang). Yaitu hukum dari ashal
yang telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula yang akan
ditetapkan pada fara' seandainya ada persamaan 'illatnya.
d) Al-‘illah (sifat) Illat adalah alasan serupa antara asal dan far’ ( cabang).,
yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl, dengan adanya sifat itulah , ashl
mempunyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula, terdapat cabang
disamakan dengan hukum ashl.
Jawab :
kedudukan hukum taklifi menepati posisi yang utama dalam ajaran islam
karena hukum taklifi membahas sumber hukum islam yang utama yaitu Al-
Qur'an dan Hadits.
5.Para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan qoul al-sahaby, mereka
terbagi 4 (empat) golongan pendapat tuliskan dan jelaskan!
Jawab :
a. Pendapat ini berasal dari Imam Maliki, Abu bakarar-Razi, Abu Said shahabat
Imam Abu Hanifah, begitu juga Imam Syafi’i dalam madzhab qadimnya,
termasuk juga Imam Ahmad Bin Hanbal dalam satu riwayat.Alasan pendapat ini
adalah firman Allah SWT.
انAل الكتب لكAو ءامن اهAون باهلل ولAر وتؤمنAون عن المنكAالممعروف وتنهAكنتم خير امة اخرجت للناس تاءمرون ب
خيرالهم منهم المؤمنون واكثرهم الفسقون
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali-
Imran: 110)
Ayat ini merupakan kitab dari Allah untuk sahabat-sahabat agar mereka
menganjurkan ma’ruf, sedangkan perbuatan ma’ruf adalah wajib, karena itu
pendapat para sahabatwajib diterima.
وااسبقون االولون من المهجرين واالنصار والدين اتبعوهم باحسن رضى هللا عنهم ورضوا
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka”.(QS. at-Taubah: 100)
Dalam ayat ini menurut mereka, Allah secara jelas memuji para sahabat
karena merekalah yang pertama kali masuk Islam.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Imran bin Hushain
yang berbunyi: “Sebaik-baik kamu (adalah yang hidup pada) masaku, kemudian
generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.