Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nadila Sastika

NIM : 2019.151.3475
Prodi : PAI B
Semester : III (tiga)
Makul : Ushul Fiqh
1. Apa yang dimaksud dengan Ijma dan tulis hal-hal yang menjadi rukun Ijma
dan kapan terjadi Ijma?

Jawab :

 Ijma’ adalah sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh beberapa ahli


istilah setelah masa Nabi Muhammad tentang hukum dan beberapa
ketentuan yang berhubungan dengan syariat islam.

 Rukun ijma ada 4 :

Pertama, saat berlangsung kejadian yang memerlukan adanya ijma,


terdapat sejumlah orang yang berkualitas mujtahid. Karena kesepakatan tidak
dapat terjadi kecuali berdasarkan kesepakatan pndapat dari seluruh mujtahid.
Jika pada suatu masa tidak ada mujtahid sama sekali kecuali hanya satu maka
ijma tidak bisa terlaksana secara hukum. Karena itu tidak ada ijma pada zaman
Rasul karena beliau satu-satunya mujtahid pada saat itu.
Kedua, semua mujtahid itu pada satu masa sepakat atas hukum suatu
masalah tanpa memandang negeri asal, suku dan kelompok tertentu. Jika pada
masa tersebut yang mencapai kesepakatan suatu hukum hanya ulama
Haramain saja, atau hanya ulama Irak saja, maka ijma’ tidak dapat disebut
ijma’. Karena ijma hanya tercapai dalam kesepakatan menyeluruh saja.
Ketiga, kesepakatan itu tercapai setelah terlebih dahulu masing-masing
mujtahid mengemukanan pendapatnya sebagai hasil dari usaha ijtihadnya, baik
pendapat itu dikemukakan dalam bentuk ucapan dengan mengeluarkan fatwa,
atau dalam bentuk perbuatan dengan memutuskan hukum dalam pengadilan
dalam kedudukannya sebagai hakim.
Keempat, kesepakatan hukum dicapai dari hasil kesepakatan pendapat
para ulama secara keseluruhan. Seandainya ada sebagian by ulama yang tidak
setuju dengan kesepakatan tersebut maka tidak bisa disebut sebagai ijma.
❖ ijma’ itu terjadi apabila dipimpin oleh pemerintahanpemerintahan islam
yangberaneka macam. Jadi setiap pemerintahan islam dapat menentukan
syarat-syarat, yang dengan kesempurnaannya seseorang dapat sampai
kederajat ijtihad, dan memperbolehkan ijtihad kepada orang yang telah
memenuhi syarat-syarat tersebut. Dan dengan ini setiap pemerintahan
dapat mengetahui para mujtahidnya dan pendapatpendapat mereka
tentang peristiwa apa pun. Maka apabila setiap pemerintah islam te lah
memperhatikan pendapat para mujtahid sepakat pada setiap
pemerintahan islam atas satu hukum mengenai suatu peristiwa, maka
inilah yang dinamakan ijma’. Dan hukum yang telah disepakati menjadi
hukum syara’ yang wajib diikuti oleh umat islam seluruhnya.
2. Apa yang dimaksud dengan Ijma sharing dan syukuri jelaskan!

Jawab : 1.Ijma sharih

Yaitu ijma’ yang terjadi setelah semua mujtahid dalam satu masa
mengemukakan pendapatnya tentang hukum tertentu secara jelas, baik melalui
ucapan, tulisan atau perbuatan. Dan ternyata seluruh pendapat menghasilkan
hukum yang sama atas hukum tersebut. Ijma’ ini juga disebut dengan ijma’
qauli.
Ijma sharih sangat jarang terjadi, sebagian ulama mengatakan bahwa itu
hanya terjadi di masa sahabat karena waktu itu jumlah mujtahid masih terbatas
dan domisili mereka relatif berdekatan. Hukum yang dihasilkan melalui ijma
sharih bersifat qath’i sehingga mempunyai kekuatan yang mengikat dan tidak
boleh seorang pun pada masa itu untuk menyanggahnya.

2. Ijma’ Sukuti
Yaitu, kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau lebih lebih
mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar dan diketahui oleh orang banyak.
Namun ternyata tidak seorang pun di antara mujtahid yang lain mengemukakan
pendapat yang berbeda.
Pada kasus ini seorang mujtahid lebih memilih diam dan tidak
berkomentar dengan pendapat ulama lainnya, ia tidak mengeluarkan
pendapatnya pada saat itu tapi diam tersebut dimaksudkan sebagai tindakan
pembenaran.
3. Sebutkan yang dimaksud qiyas dan tuliskan macam-macamnya dan rukun-
rukunnya?

Jawab :

❖ Qiyas adalah penetapan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama.

Dalam Islam, ijmak dan Kias sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal
yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
❖ Rukun qiyas :
a) Al-ashlu (pokok). Sumber hukum yang berupa nash-nash yang
menjelaskan tentang hukum, atau wilayah tempat sumber hukum.Yaitu
masalah yang menjadi ukuran atau tempat yang menyerupakan.
b) Al-far’u (cabang). Al-far’u adalah sesuatu yang tidak ada ketentuan nash.
Fara' yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan
hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar.
c) Al- Hukum. Al- Hukum adalah hukum yang dipergunakan Qiyas untuk
memperluas hukum dari asal ke far’ (cabang). Yaitu hukum dari ashal
yang telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula yang akan
ditetapkan pada fara' seandainya ada persamaan 'illatnya.
d) Al-‘illah (sifat) Illat adalah alasan serupa antara asal dan far’ ( cabang).,
yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl, dengan adanya sifat itulah , ashl
mempunyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula, terdapat cabang
disamakan dengan hukum ashl.

❖ Macam-macam qiyas : Qiyas Aula, Qiyas musawi, Al-adwan,Qiyas dilalah,


Qiyas syibhi

4. Bagaimana kedudukan hukum taklifi dalam Islam?

Jawab :

kedudukan hukum taklifi menepati posisi yang utama dalam ajaran islam
karena hukum taklifi membahas sumber hukum islam yang utama yaitu Al-
Qur'an dan Hadits.
5.Para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan qoul al-sahaby, mereka
terbagi 4 (empat) golongan pendapat tuliskan dan jelaskan!

Jawab :

❖ Satu pendapat mengatakan bahwa mazhab Sahabat (qaul ass shahabi)


dapat menjadi hujjah.

a. Pendapat ini berasal dari Imam Maliki, Abu bakarar-Razi, Abu Said shahabat
Imam Abu Hanifah, begitu juga Imam Syafi’i dalam madzhab qadimnya,
termasuk juga Imam Ahmad Bin Hanbal dalam satu riwayat.Alasan pendapat ini
adalah firman Allah SWT.
‫ان‬A‫ل الكتب لك‬A‫و ءامن اه‬A‫ون باهلل ول‬A‫ر وتؤمن‬A‫ون عن المنك‬A‫الممعروف وتنه‬A‫كنتم خير امة اخرجت للناس تاءمرون ب‬
‫خيرالهم منهم المؤمنون واكثرهم الفسقون‬
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali-
Imran: 110)

Ayat ini merupakan kitab dari Allah untuk sahabat-sahabat agar mereka
menganjurkan ma’ruf, sedangkan perbuatan ma’ruf adalah wajib, karena itu
pendapat para sahabatwajib diterima.

b. Alasan yang kedua adalah hadits Rasul saw

َ ‫أْص َح ِابيْ َكالنجُُّ ْو ِم بأ‬


‫ْم‬Adُْ ‫ْم اِهْ َتديْت‬Adُْ ‫ِي ِه ْم ِا ْقت َديْت‬ Aََْ
artinya; “Sahabatku agaikann bintang-bintang siapa saja di antara mereka yang
kamu ikuti pasti engkau mendapat petunjuk”.

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menjadikan ikutan


kepada siapa saja dari sahabatnya sebagai dasar memperoleh petunjuk
(hidayah). Hal ini menunjukkan bahwa tiap-tiap pendapat dari mereka itu adalah
hujjah dan wajib kita terima/amalkan.
❖ Satu pendapat mengatakan bahwa mazhab sahabat (qauluss shahabi)
secara mutlak tidak dapat menjadi hujjah/dasar hukum.Pendapat ini
berasal dari jumhur Asya’iyah dan Mu’tazilah, Imam Syafi’i dalam
mazhabnya yang jaded (baru) juga Abu Hasan al-Kharha dari golongan
Hanafiyah.

Alasan mereka antara lain adalah firman Allah:

‫فاعتبروا ياولى االبص‬


Artinya: “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-
orang yang mempunyai pandangan”. (QS. al-Hasyr: 2)
Maksud ayat tersebut adalah bahwa Allah SWT menganjurkan
kepada orang-orang yang mempunyai pandangan/pikiran untuk mengambil
i’tibar (pelajaran). Yang dimaksud i’tibar dalam ayat tersebut ialah qiyas dan
ijtihad, sedangkan dalam hal mujtahid sama saja apakah mujtahid itu
sahabat atau bukan sahabat.
❖ Ulama Hanafiyah, Imam Malik, qaul qadim Imam Syafi’idan pendapat
terkuat dari Imam Ahmad bin Hanbal, menyatakan bahwa pendapat
sahabat itu menjadi hujjah dan apabila pendapat sahabat bertentangan
dengan qiyas maka pendapat sahabat didahulukan. Alasan yang mereka
kemukakan antara lain adalah firman Allah dalam surat at-Taubah ayat
100:

‫وااسبقون االولون من المهجرين واالنصار والدين اتبعوهم باحسن رضى هللا عنهم ورضوا‬
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)
dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka”.(QS. at-Taubah: 100)
Dalam ayat ini menurut mereka, Allah secara jelas memuji para sahabat
karena merekalah yang pertama kali masuk Islam.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Imran bin Hushain
yang berbunyi: “Sebaik-baik kamu (adalah yang hidup pada) masaku, kemudian
generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai