Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

“PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER”

DOSEN M.K : Ns. M.B. Olla, M.Kep.,Sp.Kep.J


MATA KULIAH : Pendidikan karakter

Di susun oleh :

Kelompok 1
Tingkat 1B
1. Arwinda yani
2. Juli rahmawati
3. Said dedi wan
4. Rosmiyati

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari ibu demi kesempurnaan
makalah ini.

Masohi, 11 Februari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
I. Latar Belakang...................................................................................................................................4
II. Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
III. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
I. Proses pembentukan karakter..........................................................................................................5
II. Tujuan dan fungsi pembentukan karakter.........................................................................................7
III. Dimensi pembentukan karakter........................................................................................................7
IV. Komponen komponen pembentukan karakter yang baik.................................................................8
V. Unsur-unsur Karakter......................................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan kajian mengenai pendidikan yang sedang
menjadi trend pada saat ini. Banyak orang dari berbagai lapisan, mulai dari
mahasiswa, guru, dosen, sampai pakar pendidikan tak bosan-bosan untuk
membahasnya. Minimnya pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak
diduga mempengaruhi munculnya berbagai permasalahan kepribadian yang
banyak merugikan orang lain, seperti korupsi, tawuran pelajar, suap menyuap,
dan lain sebagainya.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembentukan karakter?
2. Apa tujuan dan fungsi proses pembentukan karakter
3. Apa saja dimensi, unsur, dan komponen pembentukan karakter?

III. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses pembentukan karakter
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pembentukan karakter
4. Untuk mengetahui dimensi, unsur, dan komponen pembentukan karakter
3.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Proses pembentukan karakter

Pondasi awal terbentuknya karakter sebenarnya sudah dimulai sejak anak baru
lahir sampai usia 3 atau 5 tahun. Pada masa itu anak masih menggunakan pikiran
bawah sadar karena kemampuan penalarannya belum tumbuh. Sehingga ia akan
menerima begitu saja semua informasi dan stimulus yang diberikan padanya.
Pembentukan karakter tidak bisa berhenti begitu saja, karena merupakan proses
yang berlangsung seumur hidup. Orang tua dan lingkungan keluargalah yang berperan
penting dalam peletakan pondasi ini. Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama
dalam kehidupan anak karena dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan untuk
pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian
hari. Membangun karakter anak merupakan proses yang terus menerus atau
berkesinambungan agar terbentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang kondusif
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dilandasi dengan nilai-nilai dan
falsafah hidup. Sehingga dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa karakter
sebenarnya dapat dibentuk
untuk merubah atau membentuk karakter yang baik pada anak membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, melalui beberapa tahapan yaitu;
a. Pengenalan
Pengenalan merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk
seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan
keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan
membentuk kepribadiannya sejak kecil.
b. Pemahaman
Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal
dan melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima,
selalu sarapan setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang
sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang
tepat dan sebagainya, maka anak akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa
kita harus melakukan semuanya dengan baik dan tepat waktu?” Setelah anak
bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orang tuanya menjelaskan,
“Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita menghargai
waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat
diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain.
c. Penerapan
Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan
mencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh
orang tuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru
kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter
apa yang ia terapkan.
d. Pengulangan/Pembiasaan
Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka
secara tidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan
oleh orang tuanya..Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan
menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti.
Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua.
Apabila orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan pembiasaan, maka anak juga
akan melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka
hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan
merasakan kegelisahan.
e. Pembudayaan
Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan
membudaya menjadi karakter. Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut
sertanya lingkungan dalam melakukan hal yang sama. Kedisiplinan seakan sudah
menjadi kesepakatan yang hidup di lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan
sekolah.
f. Internalisasi Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi
untuk melakukan respon adalah dari dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin
kuat apabila didukung oleh suatu ideology atau believe. Si anak percaya bahwa hal
yang ia lakukan adalah baik. Apabila 4 ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak
yang tidak bisa menghargai waktu dan susah di komtrol.
II. Tujuan dan fungsi pembentukan karakter

Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak


yang baik, dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
anak untuk tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat
juga berperan dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan
Tujuan pendidikan karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar
permana adalah:
a. Memfasilitasi pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku
anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari
sekolah).
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan sekolah.
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama
Fungsi pendidikan karakter diantaranya adalah:
a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik
b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia
III. Dimensi pembentukan karakter

1. Dimensi etik (olah hati) Dalam dimensi ini siswa diharapkan menjadi pribadi yang
beriman dan bertaqwa, sehingga sangat jelas proses/prosedurnya  yakni dengan
banyak mendidik dan mengajar anak/siswa/peserta didik untuk belajar dan
memahami ilmu agama. Ilmu agama merupakan fondasi utama yang bisa
membentuk karakter siswa untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Generasi
yang memiliki akhlak mulia bisa menjadi recovery dalam masyarakat dalam
menghadirkan suasana masyarkata yang santun dan peduli
2. Dimensi literasi (olah pikiran) Dalam dimensi ini siswa didorong untuk menjadi
manusia yang cerdas dan menjadi individu yang unggul dalam bidang akademis
sebagai hasil pembelajaran yang bisa digunakan sebagai pembelajaran sepanjang
hayat. Dimensi literasi/olah pikiran diharapkan bisa men grow-up semangat dan
motivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang serius dan bersungguh-sungguh
dalam mengejar mimpi dan cita-citanya agar kelak bisa menjadi pribadi yang sukses
dan bermanfaat bagi orang lain.
3. Dimensi estetik (olah rasa). Dimensi estetik berorientasikan dalam mendidik siswa
menjadi manusia yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan
berkebudayaan. Melalui dimensi ini siswa akan belajar menemukan sisi estetik
dalam dirinya baik yang berkaitan dalam bidang seni, kebudayaan dan moral.
4. Dimensi kinestetik (olahraga). Dimensi kinestetik menekankan pada pembentukan
individu yang sehat dan mampu berparisipasi aktif sebagai warga negara. Dan hal
tersebut bisa terwujud secara maksimal jika peserta didik memiliki raga yang sehat.

IV. Komponen komponen pembentukan karakter yang baik

Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki


pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya,
jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga
komponen karakter yang baik (components of good character), yaitu:

1) Pengetahuan tentang moral (moral knowing)


Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah
kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral
reasoning), dan pengenalan diri (self knowledge).
1) Kesadaran Moral
Aspek pertama dari kesadaran moral adalah menggunakan pemikiran
mereka untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral dan
kemudian untuk memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan
arah tindakan yang benar. Selanjutnya, aspek kedua dari kesadaran moral
adalah memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan.
2) Pengetahuan Nilai Moral
Nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan kemerdekaan,
tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi,
penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan
atau dukungan mendefinisikan seluruh cara tentang menjadi pribadi yang baik.
Ketika digabung, seluruh nilai ini menjadi warisan moral yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Mengetahui sebuah nilai juga berarti
memahami bagaimana caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam
berbagai macam situasi.
3) Penentuan Perspektif
Penentuan perspektif merupakan kemampun untuk mengambil sudut
pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan
bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
Hal ini merupakan prasyarat bagi penilaian moral.
4) Pemikiran Moral
Pemikiran moral melibatkan pemahaman apa yang dimaksud dengan
moral dan mengapa harus aspek moral. Seiring anak-anak mengembangkan
pemikiran moral mereka dan riset yang ada menyatakan bahwa pertumbuhan
bersifat gradual, mereka mempelajari apa yang dianggap sebagai pemikiran
moral yang baik dan apa yang tidak dianggap sebagai pemikiran moral yang baik
karena melakukan suatu hal.
5) Pengambilan Keputusan
Mampu memikirkan cara seseorang bertindak melalui permasalahan
moral dengan cara ini merupakan keahlian pengambilan keputusan reflektif.
Apakah konsekuensi yang ada terhadap pengambilan keputusan moral telah
diajarkan bahkan kepada anak-anak pra usia sekolah.
6) Pengetahuan Pribadi
Mengetahui diri sendiri merupakan jenis pengetahuan moral yang paling
sulit untuk diperoleh, namun hal ini perlu bagi pengembangan karakter.
Mengembangkan pengetahuan moral pribadi mengikutsertakan hal menjadi
sadar akan kekuatan dan kelemahan karakter individual kita dan bagaimana
caranya mengkompensasi kelemahan kita, di antara karakter tersebut.
2. Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk
menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk
sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri
(conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain
(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),
dan kerendahan hati (humility).
1) Hati Nurani
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif untuk mengetahui apa
yang benar dan sisi emosional untuk merasa berkewajiban untuk melakukan apa
yang benar. Hati nurani yang dewasa mengikutsertakan, di samping pemahaman
terhadap kewajiban moral, kemampuan untuk merasa bersalah yang
membangun. Bagi orang-orang dengan hati nurani, moralitas itu perlu
diperhitungkan.
2) Harga Diri
Harga diri yang tinggi dengan sendirinya tidak menjamin karakter yang
baik. Tantangan sebagai pendidik adalah membantu orang-orang muda
mengembangkan harga diri berdasarkan pada nilai-nilai seperti tanggung jawab,
kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri
mereka sendiri demi kebaikan.
3) Empati
Empati merupakan identifikasi dengan atau pengalaman yang seolah-
olah terjadi dalam keadaan orang lain. Empati memungkinkan seseorang keluar
dari dirinya sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Hal tersebut merupakan
sisi emosional penentuan pesrpektif.
4) Mencintai Hal yang Baik
Bentuk karakter yang tertinggi mengikutsertakan sifat yang benar-benar
tertarik pada hal yang baik. Ketika orang-orang mencintai hal yang baik, mereka
senang melakukan hal yang baik. Mereka memiliki moralitas keinginan, bukan
hanya moral tugas.
5) Kendali Diri
Emosi dapat menjadi alasan yang berlebihan. Itulah alasannya mengapa
kendali diri merupakan kebaikan moral yang diperlukan. Kendali diri juga
diperlukan untuk menahan diri agar tidak memanjakan diri sendiri.
6) Kerendahan Hati
Kerendahan hati merupakan kebakan moral yang diabaikan namun
merupakan bagian yang esensial dari karakter yang baik. kerendahan hati
merupakan sisi afektif pengetahuan pribadi. Kerendahan hati juga membantu
seseorang mengatasi kesombongan dan pelindung yang terbaik terhadap
perbuatan jahat.
3. Perbuatan bermoral (moral action)
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan
hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus
dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan
(will), dan kebiasaan (habit).
1) Kompetensi
Kompetensi moral memiliki kemampuan untuk mengubah penilaian dan
perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Kompetensi juga bermain
dalam situasi moral lainnya. Untuk membantu orang lain yang mengalami
kesusahan, seseorang harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana
tindakan.
2) Keinginan
Pilihan yang benar dalam situasi moral biasanya merupakan pilihan yang sulit.
Menjadi orang baik sering memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu
penggerakan energi moral untuk melakukan apa yang seseorang pikirkan harus
dilakukan. Keinginan berada pada inti dorongan moral.
3) Kebiasaan
Dalam situasi yang besar, pelaksanaan tindakan moral memperoleh manfaat dari
kebiasaan. Seseorang sering melakukan hal yang baik karena dorongan
kebiasaan. Sebagai bagian dari pendidikan moral, anak-anak memerlukan
banyak kesempatan untuk mengembangkan kebiasaan yang baik, banyak
praktik dalam hal menjadi orang yang baik. Hal ini berarti pengalaman yang
diulangi dalam melakukan apa yang membantu, apa yang ramah, dan apa yang
adil.
Seseorang yang mempunyai karakter yang baik memiliki pengetahuan
moral, perasaan moral, dan tindakan moral yang bekerja sama secara sinergis.
Pendidikan karakter hendaknya mampu membuat peserta didik untuk berperilaku
baik sehingga akan menjadi kebiasaan dalam kehiduapan sehari-hari.

V. Unsur-unsur Karakter

Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal yang berkaitan dengan
terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini menunjukan bagaimana karakter seseorang.
Unsur-unsur tersebut antara lain:

a) Sikap
Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap cerminan
karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap sesuatu yang
ada di hadapannya, biasanya menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Jadi,
semakin baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter baik.
Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang
dengan karakter yang tidak baik.
b) Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang
disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses
fisiologis. Tanpa emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia
selalu hidup dengan berfikir dan merasa. Dan emosi identik dengan perasaan yang
kuat.
c) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio-psikologis.
Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan karakter
manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh
hubungan dengan orang lain.
d) Kebiasaan dan kemauan
kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berkali-kali.
Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter
seseorang karena kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan
perilaku orang tersebut.
e) konsepsi diri (self conception)
proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar
tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi konsepsi diri adalah
bagaimana saya harus membangun diri, apa yang saya inginkan dari, dan
bagaimana saya menempatkan diri dalam kehidupan
BAB III
KESIMPULAN

Karakter merupakan sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam diri seseorang
yang mepengaruhi sikap, tindakan, dan cara berfikir sehari-hari. Sedangkan pendidikan
karakter merupakan proses penanaman dan pengarahan agar peserta didik mampu menjadi
manusia seutuhnya dan berkarakter dalam berbagai dimensi. Mekanisme pembentukan
karakter terdiri dari proses pembentukan karakter dan unsur unsur, dan komponen
pembentukan karakter
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta:


Yuma Pustaka. 2010.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2012.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.

Jamal Ma’mur Asmani. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakterdi Sekolah.


(Yogyakarta: Diva Press. 2011), h.23

Anda mungkin juga menyukai