5. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira
6mg/dl. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai
kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga
Sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin direk) memperlihatkan warna kuningkehijauan atau
kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat (Nelson,
2014).
a. Gambaran klinis ikteruS fisiologis :
1) Tampak pada hari 3,4
2) Bayi tampak sehat (normal)
3) Kadar bilirubin total <12mg%
2) Cepat berkembang
&Sarwono, 2016).
8. Therapy
a. Tindakan umum
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
Menghilangkan Anemia
Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
Meningkatkan Badan Serum Albumin
Menurunkan Serum Bilirubin
b. Tindakan Khusus
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke
Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses
tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4
-5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram
harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg/dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2) Tranfusi Pengganti / Tukar
a) Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
Tes Coombs Positif.
Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
Bayi dengan Hidrops saat lahir. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
b) Transfusi Pengganti digunakan untuk :
Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
Menghilangkan Serum Bilirubin
Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
3) Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
enterohepatika (Sarwono et al, 2015)
9. Komplikasi
a. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
b. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking
(Prawirohadjo &Sarwono, 2016)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (data subyektif dan data obyektif)
a. Identitas pasien dan keluarga
b. Riwayat Kehamilan & kelahiran
1) Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif ; lahir
prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia
3) Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak
kuning.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis)
5) Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
6) Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang
ikterus.
c. Keadaan kesehatan saat ini : 1) Aktivitas / Istirahat Letargi, malas.
2) Eliminasi
Bising usus hipoaktif. Pasase mekonium mungkin lambat. Feses
mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Urin
gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze), diare, peristaltic
usus meningkat
3) Nutrisi/ Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui dari
pada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum (reflek
menghisap dan menelan lemah sehingga BB bayi mengalami
penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limfa,
hepar
4) Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi
vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin
ada dengan inkompatibilitas Rh berat. Kehilangan refleks Moro mungkin
terlihat. Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel
menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis)
5) Pernafasan
Riwayat asfiksia
6) Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates. Dapat mengalami ekimosis
berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial. Dapat tampak ikterik pada
awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh; kulit
hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi. 7)
Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan
retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu
diabetes. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin,
asfiksia, hipoksia, asidosis, hipoglikemia. Terjadi lebih sering pada bayi
pria dibandingkan perempuan.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat
lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-
6fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin);
inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit infeksi (misal, rubella,
sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran
dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali
pusat, atau trauma kelahiran.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Lemah, lesu, pucat, kulit berwarna kuning/ merah tua
2) Tanda vital
Nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat,
subu tubuh meningkat
3) Mata
Ikterus terlihat pada sclera
4) Reflek reflek menghisap kurang/lemah
5) Tonus aktivitas letargi, hipotonus, peka rangsang, tremor, kejang, dan
tangisan melengking
6) Abdomen
Pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepid an permukaan), ditemukan
adanya pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran kandung empedu,
dan masa abdominal
7) Ekstremitas atas/bawah
Jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan adanya selaput
lender, turgor kulit menurun.
3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Riwayat Perawatan
Dx Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi
1. Ikterik neonatus Setelah diberikan asuhan a. Foterapi neonatus
Observasi:
berhubungan dengan keperawatan selama…x 24
1. Monitor ikterik pada
kesulitan transisi ke jam diharapkan integritas sclera dan kulit bayi
kehidupan ekstra uterin kulit dan jaringan meningkat 2. Monitor suhu dan tanda
vital tiap 4 jam sekali
ditandai dengan profil dengan KH: 3. Monitor efek
darah abnormal 1. Elastisitas kulit samping fototerapi(mis:
hipertermi,rush pada
(hemolisis, bilirubin meningkat kulit)
serum total > 2mg/dL, Terapeutik:
2. Suhu kulit membaik
bilirubin serum total pada 4. Berikan penutup mata
rentang risiko tinggi 3. Perfusi jaringan 5. Lepaskan pakaian bayi
menurut usia pada kecuali popok Edukasi:
meningkat
normogram spesifik 6. Anjurkan ibu menyusui
waktu), membrane 4. Tekstur membaik sekitar 20-30 menit
mukosa kuning, kulit 5. Tidak ada kemerahan 7. Anjurkan ibu menyusui
kuning, sklera kuning. sesering mungkin
pada kulit Kolaborasi:
6. Warna kulit normal 8. Kolaborasi pemeriksaan
darah vena bilirubin direk
dan indirek
b. Perawatan bayi Observasi:
9. Monitor tanda-tanda vital
bayi
Terapeutik:
10. Mandikan bayi dengan
suhu ruangan 21-24˚C
11. Bersihkan pangkal tali
pusat yang telat diolesi air
matang
12. Lakukan pemijatan bayi
13. Ganti popok bayi jika
basah Edukasi:
14. Anjurkan ibu menyusui
sesuai kebutuhan bayi
15. Ajarkan ibu cara merawat
bayi dirumah
16. Ajarkan cara pemberian
makanan pendamping ASI
pada bayi usia >6 bulan.
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
3. Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan a. Manajemen Hipertermia
Obsevasi
dengan penggunaan keperawatan selama …x…
Identifikasi penyebab
incubator ditandai jam diharapkan suhu tubuh hipertermia (mis.
Dehidrasi, terpapar
dengan akral kulit pasien kembali normal lingkungan panas,
hangat,suhu tubuh penggunaan incubator)
dengan kreteria hasil :
Monitor suhu tubuh
meningkat dari rentang 1. Suhu tubuh pasien kembali Monitor kadar elektrolit
normal, kulit merah, normal (36,5°C – Monitor haluan urine
pucat, kejang, crt > 2 Monitor komplikasi akibat
37,5°C) hipertermia Terapeutik
deti, letargi, hipotonus, 2. Turgor kulit elastic Sediakan lingkungan yang
peka rangsang, tremor, dingin
3. Mukosa bibir lembab
Longgarkan atau lepaskan
dan tangisan melengking 4. Tidak terjadi kemerahan pakaian
Basahi dan kipasi
pada kulit pasien. permukaan tubuh
5. Tubuh pasien tidak teraba Berikan cairan oral
panas. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjukan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
b. Regulasi temperature
Observasi
Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,50C-37,50C)
Monitor suhu tubuh anak
jika perlu
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia atau
hipertermia Terapeutik
Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
Gunakan kasur pendingin,
water circulating blankets,
ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
4. Risiko gangguan Setelah diberikan asuhan Perawatan integritas kulit
Observasi
integritas kulit/ jaringan keperawatan selama …x 24 - Identifikasi penyebab
berhubungan dengan efek jam diharapkan integritas kulit gangguan integritas kulit
Teraapeutik
samping terapi radiasi meningkat dengan KH: - Ubah posisi tiap 2 jam jika
ditandai dengan kulit tirah baring
1. Kerusakan jaringan
- Lakukan pemijatan pada
berwarna merah tua, menurun area penonjolan tulang jika
perlu
kerusakan jaringan/ 2. Kerusakan lapisan kulit - Gunakan produk berbahan
lapisan kulit. petroleum atau minyak
menurun pada ulit kering Edukasi
3. Suhu kulit membaik - Anjurkan menggunakan
pelembab
4. Tekstur membaik - Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan
(Doenges M. E, Moorhous M.F, Geissler A.C, (2012))
a. Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uterin ditandai dengan profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >
2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu), membrane mukosa kuning, kulit kuning, skleras
kuning.
Evaluasi :
1) Elastisitas kulit meningkat
2) Suhu kulit membaik
3) Perfusi jaringan meningkat
4) Tekstur membaik
5) Tidak ada kemerahan pada kulit
6) Warna kulit normal
b. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor
kulit menurun, volue urine meningkat, bayi lemah, diare, peristaltic usus
meningkat. Evaluasi :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB normal 2) Tekanan
darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3) Kadar hematokrit dalam batas normal.
4) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit elastis, membran mukosa
lembab.
c. Hipertermia berhubungan dengan penggunaan incubator ditandai dengan akral
kulit hangat,suhu tubuh meningkat dari rentang normal, kulit merah, pucat,
kejang, crt > 2 detik, letargi, hipotonus, peka rangsang, tremor, dan tangisan
melengking. Evaluasi :
1) Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5°C – 37,5°C)
2) Turgor kulit elastic
3) Mukosa bibir lembab
4) Tidak terjadi kemerahan pada kulit pasien.
5) Tubuh pasien tidak teraba panas.
d. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan efek samping
terapi radiasi ditandai dengan kulit berwarna merah tua, kerusakan jaringan/
lapisan kulit. Evaluasi :
1) Kerusakan jaringan menurun
2) Kerusakan lapisan kulit menurun
3) Suhu kulit membaik
4) Tekstur membaik
DAFTAR PUSTAKA
Graner, Daryl. K, Murray, Robert .K. 2015. Biokimia Hepar. Edisi 29. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Hassan, R., 2017. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak..Jilid 3 Cetakan Kesebelas. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Enam. Jakarta : Salemba Medika.
Sacher, Ronald, A., Richard A., McPherson. 2012. Tinjaun Klinis Hasil Pemeriksaan
Laborotorium. Edisi 11. Editor bahasa Indonesia: Hartonto, Huriawati.
Jakarta: EGC
Sarwono, Erwin, et al. 2015. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kesehatan
Anak. Ikterus Neonatorum(Hyperbilirubinemia Neonatorum). Surabaya:
RSUD Dr.Soetomo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Kreteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan