Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 AWAL MASUK ISLAM DI INDONESIA


Datangnya islam di Indonesia tidak seluruhnya bersamaan. Demikian juga dengan kerajaan dan
daerah yang mempunyai situasi politik dan social budaya yang berlainan. Adanya proses masuknya
islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Diantaranya para tokoh ada yang langsung
mengetahui masuk dan tersebarnya budaya dan ajaran agama islam di Indonesia, ada pula yang
melalui berbagai penelitian. Diantara tokoh-tokoh itu adalah Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu
Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.
 Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 7 masehi
 Sejarah masuknya islam ke Indonesia dimulai pada abad ke 7 masehi, berdasarkan para
pedagang arab yang berdatangan. Dikaitkan dengan argument bahwa sejarah masuknya islam di
Indonesia terjadi saat kerajaan Sriwijaya tepat pada abad ke 7 masehi.
 Wilayah yang dijamah oleh pedagang arab untuk menyebarkan islam di Indonesia adalah pulau
Sumatra bagian Samudra Pasai, yang dimulai dari selat malaka lalu pulau jawa.
 Masuknya Islam di Indonesia Abad ke 11 masehi
 Ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa sejarah masuknya islam di Indonesia dimulai sejak abad
11 masehi. Didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti maimun di Gresik
Jawa Timur. Batu ini berangka 1802 masehi.
 Masuknya Islam di Indonesia Abad 13 masehi
Ada juga yang mengungkapkan sejarah msuknya di Indonesia baru mulai pada abad ke 13
masehi. Bukti yang kuat menyatakan bahwa runtuhnya Dinasti Abbasiah di Bagdhad (1258), berita
dari Marcopolo tahun 1292, batu nisan kubur Sultan Malik As-Saleh tahun 1297, dan berita Ibnu
Batuta tahun 1345. Pendapat ini diperkuat dengan adanya ajaran tasawuf di Indonesia.

1.2 SEJARAH PENYEBARAN ISLAM


 Sejarah masuknya islam di Indonesia, dilandasi oleh peran para pedagang arab yang melakukan
penyebaran agama islam di Indonesia. Awal masuknya agama islam di Indonesia pada abad ke 7
masehi, namun dimasa ini belum banyak yang menganut dikarenakan masih terpengaruh oleh
kekuasaan Hindu-Budha di Indonesia.
 Penyebaran agama islam terhitung lama karena dimulai pada abad ke 7 hingga ke 13 masehi.
Selama masa tersebut, para pedagang makin intensif dalam menyebarkan islam. Penyebaran

1
agama islam juga tidak lepas dari peran para pedagang Indonesia yang sudah memeluk agama
islam serta para mubaligh.
 Pengaruh islam makin kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Pada akhir abad ke
12 masehi. Kekuasaan eonomi dan politik kerajaan Sriwijaya mulai turun. Seiring merosotnya
sriwijaya, pedagang islam makin giat dalam melakukan peran politiknya. Kemudian sekitar
tahun 1285, mulai berdiri kerajaan yang bercorak islam yaitu Samudra Psai. Berdiri pula
kerajaan baru yaituu kesultanan malaka.
 Perkembangan agama islam juga tidak lepas dari runtuhnya kerajaan majapahit pada awal abad
ke 15. Banak daerah yang akhirnya melepaskan diri dari majapahit. Kemudian pada tahun 1500
demak berdiri sebagai kerajaan islam pertama di pulau jawa.
 Diluar jawa, perkembangan agama islam juga terlihat dari munculnya kesultanan ternate,
kesultanan banjar hingga kesultanan gowa. Melalui kerajaan-kerajaa islam inilah, agama islam
makin berkembang pesat dan tersebar hingga seluruh wilayah indoesia. Agama islam juga tidak
hanya dianut oleh para penduduk wilayah panti, namun menyebar sampai daerah-daerah di
pedalaman.

1.3 TEORI MASUKNYA ISLAM


Masukya agama islam pertama ke indoesia identic dengan masuknya orang islam ke Indonesia,
yang semakin medekati nilai kebenaran sebuah sejarah. Hal ini di buktikan dengan adanya literature
dan bukti tertulis di kitab arab tentang peta-peta pelayaran pedagang arab pada masa lalu, juga
memperjelas kebenaran sejarah masuknya islam pertama ke Indonesia. Ada beberapa teori tentang
islamisasi awal di Indonesia, yaitu :
1. Teori India
 Teori ini dikemukakan oleh Pijnappel, Snouck Hurgrounje, Mouquette, dan Fatimi. Pada teori
ini dijelaskan bahwa islam pertama kali datang di Indonesia berasal dari benua India sekitar
abad ke 13.
 Pijnappel berpendapat bahwa islamisasi di Indonesia dilakukan oleh orang Arab, tetapi bukan
datang langsung dari Arab, melaikan dari India, terutama dari Gujarat dan Malabar.
 Snouck Hurgronje menyatakan bahwa islam nusantara bukan berasal dari Arab, karena
sedikitnya fakta yang menyebutkan peranan mengenai bangsa Arab dalam penyebaran agama
islam di Indonesia. Ia berpendapat bahwa islam berasal dari India, karena sudah lama terjalin
hubungan dagang antara Sumatra dan Gujarat. Snouck menyebutkan adanya tiga batu nisan
dari abad ke 15 masehi. Ketiga batu nisan tersebut memiliki kesamaan dengan batu nisan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang meninggal pada 1419 masehi.

2
 Moquette berpendabat ada persamaan gaya batu nisan yang ada di pasai, Sumatra Utara
dengan di Cambay, Gujarat. Jadi ada hubungan antara Indonesia denga Gujarat pada periode
tertentu.
2. Teori Arab
 Teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold, Crawfurd, Niemann, dan De Holader. Arnold
berpendapat bahwa islam juga berasal dari Arab, dengan bukti adaya kesamaan madzhab
antara di Coromandel dan Malabar dengan madzhab mayoritas masyarakat islam yaitu
madzhab syafi'i. yang dibawa oleh pedagang yang menyebarkan islam di Indonesia antara
india dengan Indonesia. Arnold juga berpendapat bahwa pedagang Arab membawa islam ke
Indonesia sejak abad ke 7 masehi dan ke 8 masehi. Dan mereka melakukan perkawinan
dengan penduduk setempat, sehingga muncullah komunitas muslim.
 Crawfurd menyatkan bahwa islam dikenalkan langsung dari Arab.dan juga menegaskan
bahwa hubugan melayu dan Indonesia dengan kaum muslim di pesisir timur india merupakan
faktor penting. Niemann dan hollader menyatakan islam datang dari Handramaut karena
adanya kesamaan madzhab.
 Sejumlah para ahli setuju dengan pendapat ini, mereka memberi alasan bahwa madzhb syafi'I
di Makkah mendapat pengeruh yang luas di Indonesia. Mereka juga berpendapat pada tahun
ke 674 masehi telah terdapat perkampungan Arab islam di pantai Barat Sumatra.
 Menurut Azyumardi Azra ada empat hal yang disampaikan histografi tradisional berkaitan
dengan islamisasi Indonesia. Pertama, islamiasi berasal dari Arab. Kedua, islam dibawa oleh
juru dakwah professional. Keiga, yang pertama kali masuk islam yaitu berasal dari kalangan
penguasa. Keempat, sebagian besar juru dakwah datang ke Indonesia pada abad ke 12 dan
abad 13 masehi. Tetapi baru abad ke 12 masehi dampai abad 16 masehi pengaruh islam di
Indonesia tampak jelas dan kuat.
3. Teori Persia
 Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dalam teori ini dinyyatakan bahwa
islam masuk ke idonesia pda abad ke 13 masehi di Sumatra yang berpusat di samudra pasai.
Bukti yang dikemukakan antara lain : adanya peringatan 10 muharram atau asyura yang
merupakan tradisi berkembang dlam masyarakat syiah untuk memperingati hari kematian
Husain di Karbelaka, adanya persamaan ajaran hallaj yaitu tokoh sufi iran dengan ajaran
Syeikh Siti Jenar, persamaan system mengeja huruf Arab bagi pengajian Al-Qur'an tingkat
awal, adanya persamaan batu nisan yang ada di makam Malik Shalih dan pada makam Malik
Ibrahim.

3
4. Teori Cina
 Teori ini menyatakan bahwa islam datang di Indonesia bukan dari timur tengah, Arab maupun
Gujarat atau india tetapi dari Cina. Pada abad ke 9 masehi adanya pengungsi cina ke jawa,
kemudian pada abad ke 8 masehi sampek abad ke 11 masehi sudah ada pemukiman Arab
muslim di Cina dan di Campa.
 Cina memiliki peranan yang besar dalam perkembangan islam di Indonesia. Arsitektur
Demak dan juga berdasarkan beberapa catatan sejarah beberapa sultan dan sunan yang
berperan dalam penyebaran agama islam di Indonesia adalah keturunan Cina, misalya Raden
Patah yang memiliki nama Cina Jin Bung.
 Nurcholis Majdid mengemukakan bukti bahwa islam tidak berasal dari Arab dengan adanya
kata-kata dari bahasa arab yang tidak murni menurut lafal aslinya.
 Proses islamisasi tidak memiliki awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi merupakak
proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi msa kini, uga masa yang kan datang.
 Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat islam berpijak dan berkembang.
Disamping itu islam menjadi tradisi tersendiri yang tertanam dalam konteks sosio, ekonomi
dan politik.

1.4 SALURAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA


Datangnya islam di Indonesia dan penyebarannya dilakukan secara damai. Adapun saluran-
saluran islam yang berkembang adalah :
1. Saluran Perdagangan
Secara umum perdagangan yang dilakukan pedagang muslim dapat digambarkan dengan :
mula-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan yang kemudian diantaranya
ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat
tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan (pejokan).[1] Merupakan saluran yang
dipilih di awal.
2. Saluran Perkawinan
Saluran islam yang melalui perkawinan yaitu antara pedagang atau saudagar dengan
wanita pribumi yang memiliki jalinan erat, jalinan baik ini kadang diterukan dengan perkawinan
antara kaum putri pribumi dengan para pedagang islam yang kemudian wanita tersebut masuk
islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim.
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social yang lebih baik dari
pada kebanyakan pribumi, sehigga penduduk pribumi, terutama putri bangsawan tertarik untuk
menjadi istri saudagar tersebut. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih dahulu. Setelah

4
mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampong-
kampung, daerah-drah, dan krajaan-kerajaan muslim.
3. Saluran Pendidikan
Menyebarkan agama islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren yang merupakan tempat pengajaran agama islam bagi para santri. Untuk
memperdalam ajaran-ajaran agama islam yang kemudian menyebarkannya di Indonesia.
4. Saluran Kesenian
Penyebaran islam menggunakan media-media kesenian seperti pertunjukan wayang, yang
digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang yang disisipkan ajaran agama islam.
Seni gamelan juga mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut, yang
selanjutnya diadakan dakwah agama islam.
5. Saluran Tasawuf
Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dalam membentuk kehidupan social bangsa
Indonesia. Dalam hal ini ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, dan selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakatnya.
Jalur tasawuf, yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara menyesuaikan
pola pikir masyarakat Indonesia yang masih berorientasi pada ajaran-ajaran agama Hindu-Budha
di Indonesia dengan nilai-nilai islam yang mudah dimengerti dan diterima.
6. Saluran Dakwah
Yaitu proses penyebaran islam yang dilakukan dengan cara memberi penerangan tentang
agama islam seperti yang dilakukan oleh para uama terutama peran wali songo.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KISAH KEBIJAKSANAAN HIDUP SUNAN KALIJAGA
Seorang tokoh yang dulunya terkenal sebagai “Berandal Lokajaya”, dan kelak dipanggil Sunan
Kalijaga, adalah salah satu dari sembilan wali (Wali Songo) yang menyebarkan ajaran Islam di
Pulau Jawa secara pesat—bahkan meluas hingga ke penjuru Nusantara. Beliau lahir pada tahun
1450 M sebagai putera dari seorang Bupati Tuban, Tumenggung Wilatikta, dengan nama asli Raden
Sahid.
Namun seiring perjalanan hidup, banyak masyarakat dari daerah yang berbeda yang mengenal
Sunan Kalijaga dengan julukan-julukan tertentu. Beberapa di antaranya; Syeikh Melaya, Lokajaya
(ketika di Hutan Jatisari), Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti (di
Pajajaran), Ki Dalang Kumendung (di daerah Purbalingga), Ki Dalang Bengkok (Tegal), dan Ki
Unehan (di Majapahit).
Pada mulanya, di usia remaja, Raden Sahid tumbuh menjadi jagoan ilmu silat tetapi semakin
nakal. Raden Sahid muda suka melakukan tindak kekerasan semena-mena, bertarung, dan
merampok. Karena itulah Raden Sahid diusir oleh keluarga, sehingga melanjutkan bertempat
tinggal di Hutan Jatisari dan masih merampok kalangan ningrat yang melewati jalur tersebut untuk
dibagikan kepada kalangan rakyat jelata. Dari situlah julukan Lokajaya tenar (Yudi Hadinata, Sunan
Kalijaga, 2015). Sampai suatu ketika, Raden Sahid bertemu dengan Sunan Bonang, dan merampas
tongkatnya yang berdaun emas. Sunan Bonang justru terharu, sambil menasehati Raden Sahid yang
masih muda, tentang tindakannya yang seakan berniat suci, tetapi dilakukan dengan cara yang
kotor. “Bagai wudlu’ menggunakan air kencing”, ungkap Sunan Bonang. Maka sebelum
meninggalkan Raden Sahid, dengan sedikit rasa iba Sunan Bonang pun mengubah buah kolang-
kaling, yang masih di pohonnya, menjadi emas seluruhnya. Seketika itu juga Raden Sahid
mengikuti sosok yang baru dijumpainya tersebut, karena ingin berguru ilmu kesejatian kepadanya.
Dengan bekal ilmu silat dan jiwa yang tangguh, Raden Sahid akhirnya mempelajari banyak ilmu
dari Sunan Bonang. Seperti kesenian, kebudayaan masyarakat lokal, yang membuatnya memahami
dan menguasai kesusastraan Jawa, pengetahuan falak, serta ilmu pranatamangsa (pembacaan
cuaca). Bahkan ilmu-ilmu ruhaniah dalam ajaran Islam juga beliau selami sampai diangkat menjadi
wali di Tanah Jawa. Setelah mendapatkan gelar Sunan Kalijaga, beliau disarankan oleh Sunan
Bonang agar pergi haji, mengunjungi Ka’bah di Mekkah. Namun pada perjalanannya, saat tiba di
wilayah Malaka, beliau bertemu dengan guru-guru lainnya, yakni Maulana Maghribi dan Nabi
Khidir. Kemudian Sunan Kalijaga disarankan untuk kembali ke Jawa dan berdakwah di sana.
Daripada sekadar melihat Ka’bah bikinan Nabi Ibrahim secara zhahir, yang justru akan rentan
menjadi berhala di hati jika terus terbayang-bayang, alangkah baiknya engkau ajarkan ilmumu
6
kepada masyarakat di Tanah Jawa, begitu nasehat dari guru barunya. Sunan Kalijaga menuruti
kembali ke Jawa dan memutuskan untuk mengawali dakwah di daerah Cirebon, tepatnya di desa
Kalijaga, untuk mengislamkan penduduk sekitar, termasuk Indramayu dan Pamanukan.

2.2 METODE DAKWAH SUNAN KALIJAGA


Model dakwah beliau dalam menumbuh-kembangkan nilai-nilai keislaman di Jawa, lebih banyak
dilakukan melalui pendekatan seni dan kearifan budaya lokal (local wisdom). Meski tidak hanya itu
saja yang dijadikan oleh beliau sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga juga diketahui
menyumbangkan banyak ide; seperti perancangan alat-alat pertanian di masyarakat, design corak
pakaian, permainan-permainan tradisional untuk anak-anak, pendidikan politik dan sumbangsih
bentuk ketatanegaraan yang baik di kalangan elit kerajaan pada masa itu (Agus Sunyoto, Atlas Wali
Songo, 2016). Berbagai kisah dan peninggalan sejarah, baik yang berupa manuskrip naskah (serat),
tembang-tembang, gubahan puitis, falsafah, rancangan beserta lakon wayang kulit, formasi alat-alat
gamelan, sampai tutur cerita lisan mengenai Sunan Kalijaga, telah tersebar luas dan tidak lekang
oleh waktu dari masa ke masa. Kelanggengan ajaran dan jasa beliau tersebut tidak lain adalah
karena ketekunan, keistiqamahan, dan kebijaksanaan Sunan Kalijaga dalam berdakwah dengan cara
yang halus, santun, toleran dan tanpa paksaan sama sekali.
Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti “Segala sifat keras hati, picik, sok kuasa
dan angkara murka, hanya bisa dileburkan oleh sikap bijak, lembut hati, dan sabar.” -Falsafah
Sunan Kalijaga- Mengenang masa mudanya sendiri yang berontak terhadap kekuasaan kalangan
elit dan kemelaratan suatu kaum, Sunan Kalijaga menyadari sesuatu, bahwa untuk menyebarkan
nilai-nilai budi pekerti luhur (akhlaqul karimah) kepada masyarakat Jawa, tidak bisa dilakukan
dengan cara kekuatan, apalagi paksaan. Beliau mempelajari watak dan budaya penduduk sekitar,
kalau mereka adalah tatanan masyarakat yang mudah lari jika dipaksa untuk mengikuti sesuatu
yang baru bagi mereka. Tetapi mereka suka dengan kesenian, keramahan, dan nilai-nila luhur yang
serupa. Sunan Kalijaga pun merancang pendekatan yang sesuai dengan penduduk Jawa, yaitu
akulturasi budaya. Dengan menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam segi-segi budaya lokal, Sunan
Kalijaga berharap mutiara agama Islam dapat hidup menyala terang secara abadi di hati masyarakat
selama-lamanya. Urip Iku Urup: “Hidup itu nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi
orang lain di sekitar kita. semakin besar manfaat yang bisa kita berikan, tentu akan lebih baik.”
-Falsafah Sunan Kalijaga- Sepanjang usianya yang diperkirakan 131 tahun, beliau tidak habis-
habisnya berjuang dengan berkeliling ke berbagai daerah demi pengajaran nilai-nilai kemanusiaan
—dengan berbagai kelengkapan dimensinya—kepada masyarakat. Dapat kita saksikan betapa
cerdas dan bijaknya beliau dalam melakukan pertunjukan wayang keliling yang digemari
masyarakat desa, dan tiketnya bukanlah memakai uang atau barter, melainkan dua kalimat syadahat.
7
Kebijaksanaan, keluhuran budi-pekerti, tawakkal dan kewaskitaan ilmu batin beliau tanamkan
melalui hal-hal yang seakan dipandang sepele, tetapi mampu bertahan lama melintasi berbagai
zaman. Mulai dari fase akhir kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, hingga masa awal Mataram.
Beliau juga merupakan salah satu wali yang memiliki banyak karomah dan keistimewaan.
Keistimewaan beliau yang utama adalah keluasan jiwa, toleransi dan tenggang rasa yang tinggi.
Dan dengan keistimewaan dan sosok beliau yang multitalenta itulah yang menjadikan Islam hidup
dan mengakar di Bumi Nusantara. Dakwah beliau tidak hanya menyentuh kalangan elit saja,
melainkan juga menjangkau masyarakat yang terpinggirkan di pelosok-pelosok. Dari kalangang
ningrat hingga rakyat yang melarat. Dewasa maupun kanak-kanak. Tidak pandang mulai dari para
bromocorah, preman, berandalan, hingga para bangsawan dan pejabat tinggi pemerintahan. Kepada
semuanya beliau tetap berlaku sama, egaliter dan toleran. Penuh kasih sayang dan mengayomi.
Mendidik dan membimbing secara lemah lembut. Tetap perlahan dan penuh kesabaran. Sunan
Kalijaga meneladani itu semua dari sang junjungan, Nabi Muhammad SAW. Memayu Hayuning
Bawono Ambrasto Dur Hangkoro “Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan di muka bumi (rahmatan lil-‘alamin). Serta memberantas angkara
murka, serakah, dan tamak dalam dirinya.”

2.3 KAROMAH SUNAN KALIJAGA


Sunan Kalijaga dieknal sebagai wali yang memilki kesaktian yang luar biasa. Karomah sunan
Kalijaga ini diantaranya:
1. Sunan Kalijaga memiliki ilmu malih rupa
Suatu ketika, di pinggiran hutan yang lebat, Sunan Kalijaga tengah melakukan perjalanan
Syiar Islam, beliau dicegat oleh segerombolan perampok yang sudah terkenal kekejamannya.
Dengan polos wali yang juga dikenal sebagai Syekh Malaya ini mengatakan bahwa dirinya
tidak memiliki harta.Walaupun begitu, pemimpin perampok itu tidak mempercayainya. Bahkan
dengan garang dia memerintahkan anak buahnya untuk menggeledah Sunan Kalijaga. Mendapat
perlakuan yang tidak menyenangkan, Sunan Kalijaga hanya tersenyum. Beliau bertekat untuk
memberi pelajaran kepada para perampok itu agar kembali ke jalan yang benar.
Manakala mereka mulai mendekat, dengan tenang kanjeng Sunan Kalijaga mengibaskan
kain panjangnya yang tersampir di pundaknya. Dan apa yang terjadi, tenaga kibasan itu ternyata
mampu membuat para perampok porak-poranda. Melihat Kejadian itu, Ki Jaghana, sang
pemimpin perampok menjadi berang. Dia Langsung memasang kuda-kuda dan bersiap-siap
menyerang Kanjeng Sunan Kalijaga dengan pedangnya. Dengan Gerakan yang garang, dia
mulai mendekati sasarannya. Sekali ini, Sunan Kalijaga merapalkan ilmu malih rupa. Begitu
usai, mendadak tubuh Kanjeng Sunan Kalijaga telah berada tak jauh dari Ki Jaghana.
8
Ki Jagahana semakin marah. Dengan teriakan keras dia langsung menyabetkan
pedangnya ke tubuh Sunan Kalijaga. Aneh, Kanjeng Sunan Kalijaga tak menghindar. Beliau
membiarkan pedang yang demikian tajam itu menghantam tubuhnya. Melihat kejadian itu,
sudah barang tentu membuat para pengikut Ki Jagahana menjadi berang. Dengan ganas salah
seorang anak buah Ki Jagahana melabrak. Begitu dia akan melompat, sebuah tangan milik
Sunan Kalijaga yang halus telah menahan gerakannya. Belum sempat dia membuka mulut,
dengan penuh wibawa Kanjeng Sunan Kalijaga berkata, “Jangan panik, yang diserang hanyalah
pohon asam. Bukan aku!” Ketika anak buah Ki Jagahana pun melakukan apa yang disarankan
oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Dan, apa yang terjadi, mereka melihat, dengan membabi buta Ki
Jagahana yang merasa membabatkan pedangnya ke tubuh Sunan Kalijaga itu ternyata hanya
menetakkan pedangnya ke batang pohon asam. Karena tubuh yang ditebas tak juga roboh,
akhirnya Ki Jagahana kehabisan tenaga. Kemudian, dia menjadi terkejut bercampur malu,
tatkala Kanjeng Sunan Kalijaga mulai mencabut ilmunya, ternyata dia hanya menetak sebatang
pohon asam. Akhirnya, Ki Jagahana menyerah dan menyatakan tobat serta memeluk agama
Islam yang disebarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.
2. Sunan Kalijaga adalah Penunggu Kali
Masyarakat Cirebon memiliki versi yang berbeda tentang kisah Sunan Kalijaga yaitu
nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Konon, Sunan Kalijaga berdiam di sana,
dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali (penunggu sungai).
Adapun versi lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga pernah menunggu tongkat
Sunan Bonang di tepi sungai. Apapun versinya yang jelas Sunan Kalijaga selalu memiliki
hubungan yang sangat erat dengan sungai. Selanjutnya kaidah ini berkembang menjadi sebuah
ritual kungkum. Kungkum (berendam) merupakan teknik ritual pernapasan tenaga dalam dan
kebatinan yang akan memudahkan seseorang untuk membangun kerohanian seseorang.
3. Sunan Kalijaga Menyamar Sebagai Penjual Rumput
Dikisahkan pada suatu saat Ki Pandanaran I merasa sedih karena putri kesayangannya
yang cantik jelita menderita sakit lumpuh. Segala ikhtiar telah dilakukan, namun putrinya masih
belum bisa berjalan. Oleh sebab itu, Ki Pandanaran bernazar, jika ada seseorang yang mampu
menyembuhkan putrinya, dia akan diambil sebagai menantu.
Sunan Kalijaga memebritahukan bahwa di gunung Gede ada orang yang pandai
mengobati bernama Ranawijaya berasal dari Majapahit. Atas permintaan Ki Pandanaran I,
Ranawijaya datang ke Kadipaten untuk meneymbuhkan sang putri. Ternyata, sang putri sembuh
dan akhirnya Ranawijaya diambil sebagai menantu.
Setelah Ki Pandanaran I meninggal dunia, maka Ranawijaya punmenggantikan dengan
gelar Ki Pandanaran II. Daerahnya maju pesat dan rakyatnya Makmur, termasuk perkembangan
9
agama Islam cukup memuaskan. Akan tetapi sayangnya, Ki Pandanaran II menjadi sombong
dan serakah. Ketika mengetahui hal itu, Sunan Kalijaga datang menyamar sebagai penjual
rumput. Saat tawar menawar, Sunan Kalijaga selalu menyisipkan peringatan terhadap perilaku
Ki Pandanaran II yang telah menyimpang dari ajaran agama Islam.
Berkali-kali Sunan Kalijaga memberi peringatan, namun tidak digubrisnya. Akhirnya,
Sunan Kalijaga menunjukkan kesaktiannya, beliau mencangkul tanah dan setiap tanah yang
dicangkulnya berubah menjadi sebongkah emas dan diberikan kepada Ki Pandanaran. Tentu
saja Ki Pandanaran terheran-heran terhadap kesaktian seorang penjual rumput. Ternyata sang
penjual rumput adalah Sunan Kalijaga, maka Ki Pandanaran bersujud dan bertobat. Pandanaran
juga bersedia melepaskan kedudukannya sebagai Adipati dan dia ingin berguru kepada Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga menyanggupinya untuk mengajarkan ilmu di gunung Jabalkat dengan
syarat perjalanan yang ditempuh tidak boleh membawa harta benda. Setelah bulat tekatnya,
Pandanaran Bersama istrinya meninggalkan Semarang menuju ke Gunung Jabalkat.
4. Sunan Kalijaga Dapat Menghidupkan Ayam Tukung
Dalam suatu cerita, atas kehendak Allah sunan Klaijaga dapat menghidupkan kembali
ayam tukung yaitu ayam panggang yang telah hilang brutunya.
5. Sunan Kalijaga Dapat Menghidupkan Ikan yang Tinggal Tulang
Atas kehendak Allah melalui karomah sunan Kalijaga, beliau dapat menghidupkan ikan
gurameh yang tinggal tulangnya saja, karena dagingnya sudah dimakan.
6. Sunan Kalijaga Dapat Bertemu Dengan Nabi Khidir
Atas kehendak Allah, sunan Kalijaga dapat bertemu dan berguru pada Nabi Khidir.
Beliau bertemu di Lulmat Agaib, yang menjelma menjadi bocah bajang (anak kecil) dan
memberi wejangan tentang nafsu lawwamah, ammarah, sufiah, dan muthmainnah.
7. Sunan Kalijaga Memilki Baju Takwa Peninggalan Rasulullah
Sunan Kalijaga memiliki atau mewarisi “baju takwa” bernama “Kiai Antakusuma”
sebagai hadiah peninggalan dari Rasulullah Saw. Baju itu dapat berubah-ubah warnanya
menurut kesukaan yang memandang.
8. Sunan Klaijaga Dapat Merubah Biji Besi Menjadi Sebesar Gunung
Sunan kalijaga bisa mengubah biji besi sebesar biji asam menjadi sebesar gunung terjadi
ketika Sunan Kalijaga membawa besi bahan untuk dijadikan keris kepada Empu Supo.
Karena dipaido (dilecehkan) tidak cukup karena besinya hanya sebesar klungsu (biji
asam), lalu biji besi itu disabda oleh sunan Kalijaga menjadi sebesar gunung sehingga
merepotkan Empu Supo sendiri.
Oleh karena itu, besi itu lalu diubah menjadi ukuran semula dan Empu Supo pun dapat
mengerjakannya menjadi keris yang ampuh.
10
2.4 BIOGRAFI SUNAN KUDUS
Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan lahir pada tanggal 9 September 1400 M / 808 H diPalestina.
Anak dari Raden Usman Hajji atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Ngudung, seorang panglima
perang Kesultanan Demak Bintoro. Ayahnya merupakan putra dari Sultan di Palestina yang
bernama Sayyid Fadhal Ali Murtazha (Raja Pandita / Raden Santri).Kemudian berhijrah sampai ke
Pulau Jawa dan tiba di Kesultanan Islam Demak lalu diangkat menjadi panglima perang. Sunan
Kudus belajar agama dengan ayahnya sendiri dan kepada Kyai Telingsing serta Sunan Ampel. Kyai
Telingsing merupakan ulama China yang datang ke Jawa bersama Cheng Hoo, yang kemudian
menyebarkan agama Islam dan membuat tali persaudaraan dengan orang Jawa.
Setelah itu beliau berdakwah di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu dan
Budha. Selama hidupnya Ja’far Shadiq menjabat beberapa pekerjaan di Kekhalifahan Islam Demak,
diantaranya adalah :
1. Penasehat Khalifah (Sultan Demak)
2. Panglima Perang
3. Qadhi
4. Mufti
5. Imam besar Masjid Demak dan Masjid Kudus
6. Mursyid Tarekat
7. Naqib Nasab keturunan Azmatkhan
8. Ketua Pasar Islam Walisongo
9. Penanggung Jawab Pencetak Dinar Dirham Islam
10. Ketua Baitulmal Walisongo

2.5 METODE DAKWAH SUNAN KUDUS


Zaman dahulu, mayoritas masyarakat memeluk agama Hindu dan Budha. Tidak mudah dalam
memperkenalkan dan mengajari agama Islam, namun tidak bagi Sunan Kudus, beliau menggunakan
metode syiar atau pendekatan budaya sehingga dengan mudah diterima masyarakat. Berikut ini cara
dakwah yang disampaikan beliau :
1. Mendekati Masyarakat Hindu
Masyarakat Hindu sangat berpegang teguh pada kepercayaannya sehingga metode ini sulit
dilakukan, namun beliau mencoba agar masyarakat memeluk agama Islam. Ja’far Shadiq
mengajarkan bahwa umat Islam bertoleransi tinggi terhadap masyarakat Hindu sehingga
berjalannya waktu mereka mau masuk agama Islam. Ajaran tersebut berupa menghormati sapi

11
yang dikeramatkan umat Hindu serta membangun menara Masjid yang hampir sama dengan
bangunan candi Hindu.
2. Mendekati Masyarakat Budha
Metode ini berbeda dengan yang diterapkan ke masyarakat Hindu, disini beliau membuat
tempat wudhu yang berbentuk pancuran sebanyak delapan titik pancuran.Setiap pancuran diberi
arca Kebo Gumarang yang dihormati di agama Budha. Sehingga mereka menjadi penasaran dan
akhirnya masuk ke area masjid kemudian terpengaruh dengan penjelasan Sunan lalu ikut
menjadi umat Islam.
3. Mengubah Ritual Mitoni (Selametan)
Acara ini merupakan acara yang sejak zaman dahulu disakralkan oleh masyarakat Hindu-
Budha. Isi dari mitoni adalah cara mengungkapkan rasa syukur karena telah dikaruniai seorang
anak.Wujud syukur mereka dipersembahkan kepada patung dan arca, bukan kepada Allah SWT.
Tugas utama Sunan adalah meluruskan isi acara tersebut yaitu acara dibuat ke jalan islami dan
tidak dihilangkan begitu saja.

2.6 KISAH PERJUANGAN SUNAN KUDUS


Ayah beliau merupakan pemimpin pasukan Majapahit sekaligus menjadi Senopati Demak.
Ayahnya gugur dalam pertempuran sengit melawan Husain atau Adipati Terung dari Majapahit Dan
akhirnya Ja’far Shadiq menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Senopati Demak. Sebagai
seorang Senopati, beliau tetap menyampaikan dakwah didaerah Kudus dan sekitarnya.
Yang disampaikan dalam dakwah mengutamakan sikap tenang dan halus sehingga masyarakat
dapat menerima ajarannya tidak dengan paksaan. Selain itu Sunan ini dikenal sebagai seorang
ulama yang suka mengembara, pernah sampai ke tanah suci untuk menunaikan ibadah Haji.Saat
berada di Mekkah, beliau membantu menyembuhkan warga yang sedang terkena wabah penyakit.
Yang kemudian penguasa Arab memberikan sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Lalu di
bawa pulang batu tersebut ke Jawa dan meletakkannya di area Imam masjid Kudus yang sudah
berdiri kokoh.

2.7 PENINGGALAN SUNAN KUDUS


Tidak hanya mengajarkan agama Islam, namun beliau meninggalkan bukti sejarah yang sampai
saat ini masih dirawat oleh masyarakat. Beberapa peninggalan tersebut antara lain :
1. Masjid Dan Menara Kudus
Disebut juga Masjid Al Manar atau nama resminya Masjid Al Aqsa Manarat Qudus.
Sebuah masjid yang berada di Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Bangunan Masjid dengan gaya

12
arsitektur Islam, Hindu, dan Budha ini memiliki keunikan dan keindahan sehingga
menunjukkan terjadinya proses akulturasi.
Masjid yang didirikan pada tahun 1549 M ini ramai dikunjungi masyarakat untuk
beribadah serta ziarah ke makam Sunan. Masjid ini menjadi pusat keramaian saat festival
Dhandhangan dalam menyambut bulan Ramadhan.
2. Keris Cintoko
Pusaka ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih dirawat sampai
sekarang. Terdapat ritual rutin setiap tahun usai idul adha yaitu menjamas atau memandikan
keris.
Acara ini merupakan suatu rangkaian sakral wujud menghormati peninggalan Sunan
Kudus. Dilakukan saat menyambut tradisi buka luwur (pergantian kerai di cungkup makam).
3. Dua Tombak Sunan Kudus
Sama dengan Keris Cintoko. Dua tombak ini juga merupakan peninggalan yang masih
dilestarikan sampai sekarang. Upacara tradisi yang sudah berusia ratusan tahun dilaksanakan di
dekat pintu makam Sunan.
Sebagai acara sakral menghormati peninggalannya ini dilakukan dengan cara dijamas atau
dimandikan. Selain menjaga pusaka peninggalannya, acara ini bertujuan mengingat nilai yang
terkandung didalamnya yaitu kebijaksanaan dan kekuasaan (Dapur Panimbal).
4. Tembang Asmarandana
Salah satu peninggalan kesenian yang masih ditembangkan oleh beberapa masyarakat.
Melalui tembang ini Sunan Kudus mengajarkan agama Islam dengan memasukkan lirik yang
terkandung didalamnya. Sehingga dengan mudah diterima baik oleh masyarakat Hindu Budha
saat itu.
5. Peninggalan Lainnya
Adalah permintaan kepada masyarakat untuk tidak menyembelih hewan sapi untuk
berkurban saat Idul Adha. Bertujuan untuk menghormati masyarakat Hindu, sehingga mereka
mengganti hewan kurban dengan memotong kerbau. Dan kepercayaan ini masih dianut
masyarakat sampai sekarang.

13
BAB III
KESIMPULAN

Islam masuk di Indonesia tidak secara instan, melalui proses yang sangat lama, mulai
dari abad tujuh masehi dan baru ramai di akhir abad ke 12 masehi. Datangnya islam di
Indonesia itupun dilakukan secara damai, metode penyalurannya pun beragam; ada yang lewat
perdagangan, perkawinan, kesenian, dakwah dan lainnya.
Sampai kini, Islam yang ada di Indonesia berkembang pesat hingga Indonesia menjadi
pemeluk Islam terbanyak di dunia, bukan malah di Arab Saudi.
Itu semua tak lain dan tak bukan atas jasa ulama’ yang merelakan waktunya dulu kala.
Salah satu penyebar Islam di Indonesia adalah Wali 9.
Disini kami memaparkan dua Wali dari kesembilan wali tersebut, yaitu Sunan Kalijaga
dan Sunan Kudus. Dari dua sunan tersebut banyak yang bisa diambil kisah inspiratifnya. Sunan
Kalijaga yang mulanya brandal bisa jadi handal, berubah 180 drajat, sedang sunan kudus
merupakan putra dari raja yang merantau untuk berdakwah. Dakwahnya tidak ekstrim dan
secara perlahan merangkul ummat yang asalnya hindu ataupun budha masuk ke agama Islam.
Mereka adalah penerus ajaran Nabi yang sesungguhnya, menyebarkan secara tulus bukan malah
modus. Ketulusanlah yang menjadikan Islam besar dan berkembang pesat mulai jaman dahulu
sampai sekarang. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan mampu menerapkannya di
kehidupan sehari-hari kita.
Sekian, terimakasih

14
DAFTAR PUSTAKA
https://Sejarah%20Masuknya%20Islam%20di%20Indonesia%20Halaman
%201%20-%20Kompasiana.com.html
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/98552/belajar-kebijaksanaan-hidup-dari-
sunan-kalijaga
https://www.romadecade.org/sunan-kudus/#!

15

Anda mungkin juga menyukai