Anda di halaman 1dari 18

Proses Masuk dan

Berkembangnya
Agama dan
Kebudayaan
Islam di
Indonesia
PERDAGANGAN
Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam yang
paling kentara, bahkan dapat dikatakan sebagai saluran
pertama dan utama penyebaran wal Islam.
Menurut Thome Pires, sekitar Abad ke-7 sampai Abad ke-
16 lalu lintas perdagangan yang melalui Indonesia sangat
ramai. Dalam hal ini pedagang Nusantara dan pedagang
Asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan
Persia) bertemu salaing bertukar pengaruh. Sebagian dari
para pedagang ini tinggal di dekat pantai, yang
disebut Pekojan. Lama-lama jumlah mereka semakin
banyak, demikinan juga pengaruh Islam di tempat tinggal
nya ?
PERKAWINAN
Saluran penyebaran Islam selanjutnya adalah melalui
Perkawinan. Pedagang-pedagang itu dan dan
keluarganya dengan orang peribumi, Putra-putri para
bangsawan (Adipati), dan bahkann dengan anggota
keluarga kerajaan. Hal ini berdampak Positif
terhadap perkembangan Islam: (keluarga) pedagang
atau Ulama itu mensyaratkan perempuan idamannya
untuk mengucapkan kalimat Syahadat terlebih
dahulu
PENDIDIKAN
Perkembangan Islam yang sangat luas
mendorong munculnya para Ulama
dan Mubalig. Para Ulama dan
Mubalig menyebarkan Islam melalui
pendidikan dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren di berbagai
daerah.
KESENIAN
Agama Islam juga di sebarkan melalui Kesenian.
Beberapa bentuknya telah di sebutkan, seperti wayang
(oleh Sunan Kalijaga), Gamelan (oleh sunan Drajad)
serta Ganding (lagu-lagu) yang berisi Syair-sayair
nasehat dan Dasar - dasar Islam. Kesenian yang telah
berkembang sebelumnya tidak musnah, tetapi
diperkaya oleh seni Islam Lagu-Lagu (disebut
Akulturasi). Seni Sastra juga berkembang pesat:
Banyak buku tentang Tasawuf, Hikayat dan babat
disadur kedalam bahasa Melayu.
TASAWUF
Tasawuf adalah ajaraan ketuhanan yang telah
bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat
magis. Ahli-ahli Tasawuf biasanya memiliki kekuatan
magis dan keahlian dalam bidang pengobatan.
Kata "tasawuf" sendiri biasanya berasal di kata "sufi"
yang berarti Kain Wol yang terbuat dari bulu Domba.
Ajaran Tasawuf ini masuk ke indonesia sekitar Abad
ke-13, tetapi baru berkembang Pesat sekitar Abad ke-
17.
DAKWAH
Penyebaran Islam tidak dapat di lepaskan dari peranan para Wali. Ada
Sembilan wali yang menyebarkan Islam dengan cara berdakwah,
yang di sebut juga Walisongo. mereka di kenal telah memiliki Ilmu
serta penghayatan yang tinggi terhadap Agama Islam. berikut
WaliSongo;
 Maulana Malik Ibrahim
 Sunan Gunung Jati
 Sunan Ampel
 Sunan Giri
 Sunan Bonang
 Sunan Kudus
 Sunan Kalijaga
 Sunan Muri
 Sunan Drajad
TEORI-TEORI TENTANG
MASUKNYA AGAMA ISLAM KE
INDONESIA
TEORI GUJARAT
Teori gujarat adalah teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama kali
dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Dalam teori ini
disebutkan bahwa Islam di Indonesia sebetulnya berasal dari Gujarat, India
dan mulai masuk sejak abad ke 8 Masehi. Islam masuk ke Indonesia
melalui wilayah-wilayah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan
Malabar. Seperti diketahui bahwa Bangsa Indonesia pada masa itu memang
telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran Indonesia-
Cambay.[BACA : Sejarah Masuknya Islam di Indonesia] Berdasarkan teori
ini, masuknya Islam ke Indonesia ini diyakini berasal dari Gujarat karena
didasarkan pada adanya bukti berupa batu nisan Sultan Samudera Pasai
Malik as-Saleh berangka tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Selain itu,
teori gujarat juga didasarkan pada corak ajaran Islam yang cenderung
memiliki warna tasawuf. Ajaran ini dipraktikan oleh orang muslim di India
Selatan, mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya
Islam.
TEORI PERSIA
Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan oleh
Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam yang masuk ke
Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam diyakini dibawa oleh
para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Teori persia berlandaskan pada bukti
maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu, ada
kesamaan tradisi budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia.
Peringatan 10 Muharam atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut
di Sumatera Barat dan Jambi sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin
Abi Thalib yang terbunuh dalam peristiwa Karbala menjadi salah satu contohnya.
Bahkan kuatnya tradisi Syiah masih terasa hingga saat ini. [BACA : Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia] Adanya suku Leran dan Jawi di Persia
menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa Islam ke Indonesia.
Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa.
Selain itu, dalam suku Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa atau Arab
Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini
diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan masyarakat Persia.
TEORI MEKAH
Berdasarkan teori Arab, masuknya Islam ke Indonesia diyakini berasal dari Arab, yaitu
Mekkah dan Madinah pada abad perama Hijriah atau abad ke 7 Masehi. Pendapat ini
didasarkan pada adanya bukti perkampungan Islam di Pantai Barus, Sumatera Barat, yang
dikenal sebagai Bandar Khalifah. Wilayah ini disebut dengan wilayah Ta-Shih. Ta-Shih adalah
sebutan orang-orang China untuk orang Arab. Bukti ini terdapat dalam dokumen dari Cina
yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-Fei. Dia
mengatakan adanya pelayaran dari wilayah Ta-Shih yang berjarak 5 hari perjalanan ke Jawa.
Dalam dokumen China keberadaan komunitas muslim Arab di Pantai Barus tercatat sekitar
tahun 625 Masehi. Menilik tahun tersebut, berarti hanya sembilan tahun dari rentang waktu
ketika Rasululloh menetapkan dakwah Islam secara terbuka kepada penduduk Mekkah.
Beberapa sahabat telah berlayar dan membentuk perkampungan Islam di Sumatera. Pelayaran
ini sangat mungkin terjadi mengingay adanya perintah Rasululloh agar kaum muslimin
menuntut ilmu ke negeri Cina. Hal ini berarti Islam masuk ke Indonesia saat Rosululloh masih
hidup. Bukti arkeologis juga ditemukan di Barus, berupa sebuah makam kuno di kompleks
pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah satu batu nisannya tertulis nama Syekh Rukunuddin
yang wafat pada tahun 672 M. Para arkeolog dari Ecole Francaise D’extreme-Orient Prancis
dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menyatakan bahwa sekitar abad 9 sampai 12 Masehi,
Barus menjadi sebuah perkampungan dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India,
Cina, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai