Anda di halaman 1dari 37

HELLO!

Dzaky Fauzan Hilmy A(201724007)


Khansa Fitria (201724014)

1
SEJARAH ISLAM
DI INDONESIA
Sejarah Islam di
Indonesia

Teori awal masuk dan Faktor penyebab Pergerakan Umat islam


Sejarah persebaran
tersiarnya Islam di pesatnya perkembangan dalam sejarah nasional
Islam di Indonesia
Indonesia Islam di Indonesia Indonesia

Teori Gujarat Perdagangan Faktor Agama Peranan umat Islam

Organinasi Pergerakan
Teori Makkah Perkawinan Faktor Politik
Islam Indonesia

Teori Persia Tasawuf Faktor Ekonomi

Teori Cina Pendidikan

Teori Turki Kesenian

Politik
3
1.
Teori awal masuk dan
tersiarnya Islam di
Indonesia

Pembahasan tentang awal Islam
datang ke Indonesia, sebenarnya
telah selesai pada tahun 1963
dengan diselenggarakannya
“Seminar Nasional Masuknya
Islam ke Indonesia”, dengan
koordinator Mukti Ali dan
dihadiri para ahli sejarah. Tapi,
ada beberapa aspek yang
berkaitan dengan kedatangan
Islam di Indonesia telah
“melahirkan” beberapa teori.

5
TEORI GUJARAT

Teori yang mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh
Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu
Batutah, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India
yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan bahwa, melalui
perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan
umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara
Teori ini kemudian dikembangan oleh Snouck Hurgronje, menurutnya ulama-ulama Gujaratlah penyebar
Islam pertama di nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab. Meski tidak menyebutkan secara eksplisit
daerah mana yang pertama kali didatangi Islam tapi menurutnya abad ke-12 adalah periode paling mungkin
permulaan penyebaran Islam di nusantara. Alasan Snouck menyebutkan teori ini adalah:
1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam ke Indonesia;
2) Hubungan dagang India –Indonesia telah lama terjalin; dan
3) Inkripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera menunjukkan hubungan antara Sumatera dan Gujarat

6
TEORI GUJARAT

Pendapat Snouck ini didukung oleh Moqutte yang menyimpulkan tempat asal Islam adalah Gujarat.
Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatannya akan batu nisan di Pasai, dan di Gresik Jawa Timur yang
sama bentuknya dengan batu nisan di Cambay Gujarat. Pendapat Moquette ini didukung oleh Kern,
Winstedt, Bosquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Sementara Pijnapel mengemukakan tiga argumen
untuk teori ini; Pertama, alasan Mazhab fiqh. Menurutnya dua wilayah India; Gujarat dan Malabar adalah
yang pertama kali menganut Mazhab Syafi’iyah sebelum dibawa dan berkembang di Asia Tenggara. Kedua,
alasan politik, dengan keruntuhan kekuasaan Baghdad, banyak para Sufi yang kemudian melakukan
perjalanan ke wilayah Asia Tenggara melalui India. Ketiga, alasan arkeologi berupa batu nisan yang
ditemukan memiliki kesamaan dengan batu nisan dari India.
Fatimi menentang pendapat Moquette. Menurutnya tidak ada kesamaan batu nisan di Pasai dengan
batu nisan di Gujarat, sebaliknya batu nisan tersebut justru mirip dengan batu nisan di Bengal. Ini menjadi
alasannya untuk menyatakan bahwa tempat asal Islam ke Nusantara adalah Bengal.
Teori ini kemudian dinilai lemah karena adanya perbedaan mazhab muslim nusantara (Syafi’iyah)
dengan muslim Bengal (Hanafiyah). Kelemahan teori ini selain data-data yang ditampilkan lemah, terkesan
juga tidak menjelaskan antara masuknya Islam dengan perkembangan penyebaran Islam di Indonesia.

7
TEORI MAKKAH

Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Teori ini
dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861), dan Veth (1878).
Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun ia menyebut adanya hubungan
dengan orang-orang Mohameddan di India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang
bermadzhab Syafii, sama seperti yang dianut kaum muslimin nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh
Niemann dan de Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai sumber datangnya
Islam, sebab muslim Hadaramaut adalah pengikut madzhab Syafii seperti juga kaum muslimin nusantara.
Sedangkan Veth hanya menyebut orang-orang Arab, tanpa menunjuk asal mereka di Timur Tengah maupun
kaitannya dengan Hadramaut, Mesir atau India. Teori yang sama juga diajukan oleh Hamka dalam seminar
“Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia‟ pada tahun 1962. Menurutnya, Islam masuk ke Indonesia langsung
dari Arab(Makkah), bukan dari India.

8
TEORI MAKKAH

Menurut TW Arnold bahwa untuk menetapkan masuknya agama Islam ke Indonesia dengan tepat tidaklah
mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang Arab pada permulaan abad tahun
hijriah, lama sebelum ada tulisan-tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu. Pendapat yang demikian itu
berdasarkan pengertian kita tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang sejak dahulu dilakukan oleh
orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi perdagangan dengan Ceylon seluruhnya ada di tangan mereka. Pada
permulaan abad ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Ceylon sangat ramai sehingga pada pertengahan abad
ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di Canton, sedang antara abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis,
mereka telah menguasai perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama telah mendirikan tempat-
tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di Indonesia, sebagaimana halnya pada tempat-tempat lainnya,
meskipun tentang kepulauan itu tidak disebut-sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9, menurut berita
Tiongkok tahun 674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar Arab yang menjadi kepala daerah pendudukan
bangs a Arab di pantai Barat Sumatera. Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indo nesia
datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara semenanjung tanah Arab

9
TEORI MAKKAH

Menurut TW Arnold bahwa untuk menetapkan masuknya agama Islam ke Indonesia dengan tepat tidaklah
mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang Arab pada permulaan abad tahun
hijriah, lama sebelum ada tulisan-tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu. Pendapat yang demikian itu
berdasarkan pengertian kita tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang sejak dahulu dilakukan oleh
orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi perdagangan dengan Ceylon seluruhnya ada di tangan mereka. Pada
permulaan abad ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Ceylon sangat ramai sehingga pada pertengahan abad
ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di Canton, sedang antara abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis,
mereka telah menguasai perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama telah mendirikan tempat-
tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di Indonesia, sebagaimana halnya pada tempat-tempat lainnya,
meskipun tentang kepulauan itu tidak disebut-sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9, menurut berita
Tiongkok tahun 674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar Arab yang menjadi kepala daerah pendudukan
bangs a Arab di pantai Barat Sumatera. Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indo nesia
datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara semenanjung tanah Arab

10
TEORI MAKKAH

Kawasan Yaman telah memeluk Islam semenjak tahun 630-631 hijriyah tepatnya pada zaman Ali bin Abi
Thalib. Pengislaman Yaman ini mempunyai implikasi yang besar terhadap proses Islamisasi Asia Tenggara karena
pelaut dan pedagang Yaman menyebarkan agama Islam di sekitar pelabuhan tempat mereka singgah di Asia
Tenggara.
Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti kerajaan Johor, Malaysia berpendapat bahwa
agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7 masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau
Sumatera pada tahun 650 masehi. Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan
Siraf di teluk Persia yang pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat orang-orang
Islam pada waktu itu yaitu kira- kira pada akhir abad ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu
dijelaskan lagi karena pedagang rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-
pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang berdekatan dengan kepulauan itu.

11
TEORI PERSIA
Bukti yang diajukan teori ini adalah ditemukan pengaruh Persia dalam kehidupan masyarakat pada
abad ke-11. Bukti-bukti tersebut mengacu pada pengaruh bahasa, Ini dapat dilihat dari bahasa Arab yang
digunakan masyarakat Indoenesia. Kata-kata yangberakhiran huruf “ta” pada kata marbuthah ketika berhenti
dibaca “h”. Menurut Nurkholis ini menunjukkan bahwa bahasa Arab tidak langsung dari Arab, tapi dari
Persia. Salah seorang tokoh teori ini adalah P. A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini menitikberatkan
tinjauannya kepada budaya yang hidup di kalangan msyarakat Islam Indonesia memiliki kesamaan dengan
India/Gujarat diantaranya:
1) Adanya peringatan 10 Muharram sebagai hari Asyura, yang dikenal sebagai hari peringatan orang
syi’ah atas terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Muthalib.
2) Adanya kesamaan ajaran antara Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj.
3) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam pengajian quran tingkat awal dalam sistem mengeja huruf Arab,
untuk tanda-tanda huruf harakah.
4) Nisan pada makam Malikul Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419 di Gersik).
5) Pengakuan umat Islam Indonesia terhadap Mazhab Syafi’I sebagai mazhab yang paling utama di
daerah Malabar.

12
TEORI CINA

Menurut teori ini Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang muslim Cina, melalui
jalur perdagangan pada abad ke 7-8 Masehi. Adapun tempat yang pertama didatangi adalah daerah Sumatera.
Perlu dipahami bahwa teori ini tidak berbicara tentang awal datangnya Islam ke Indonesia, melainkan tentang
peran muslim Cina dalam menyumbangkan data informasi tentang adanya komunitas muslim di Indonesia
serta dan perannya dalam perkembangan pada abad ke 15/16 Masehi.

Kondisi ini dapat dipahami, karena selain Islam di Cina datang lebih awal tak hanya itu juga lebih
berkembang. Ini dibuktikan dengan data sejarah yang menyebutkan abad ke-7 Guangzhou sudah memiliki
masjid Wha-Zhin-Zi, sementara di Indonesia baru ditemukan makam-makam individu dan atau interaksi
utusan dagang. Teori ini menjadi lemah, karena tidak ditemukan satu pun tanda tentang kehadiran masyarakat
Cina di zaman Lobu Tua, Barus, meski banyak ditemukan keramik Cina. Menurut Guillot berdasarkan
observasi lapangan dan kajian terhadap sumber-sumber tertulis bahwa keramik mencapai Barus melalui
perantara non-Cina.

13
TEORI CINA
Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi.Beliau mendasarkan torinya ini
kepada perpindahan orang-orang Islam dari Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876 .
Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000
muslim. Menurut Syed Naguib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang.
Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam di
kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa,
Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa
Timur.Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah
ditemukannya : batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah
bertarikh 903 M, batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 M, batu isan di pecan
Pahang bertahun 1028 M, batu nisan puteri Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat
Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik
1082 M

14
TEORI TURKI

Teori perkembangan ini diajukan oleh Martin van Bruinessan, menurutnya selain orang Arab dan Cina,
orang Indonesia juga menerima Islam dari orang-orang Kurdi dari Turki. Alasan yang diajukannya adalah:
1) Banyak Ulama Kurdi yang berperan aktif dalam dakwah Islam di Indonesia;
2) Kitab karangan Ulama Kurdi menjadikan rujukan yang berpengaruh luas, diantaranya;
3) Pengaruh Ulama Ibrahim al-Kuarani, seorang Ulama Turki di Indonesia melalui tarekat Syatariyah.;
4) Tradisi Barzanji popular di Indonesia.
Pada hakikatnya teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia memiliki keunggulan dan keterbatasan.
Tidak ada teori yang baku dan pasti. Pendapat ini disandarkan pada pendapat Azyumardi Azra “Sesungguhnya
kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas, yaitu tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok
tunggal, dan tidak dalam waktu yang sama”.24 Argumen ini menjadi dasar bagi semua orang untuk menerima
semua teori-teori di atas, tapi bukan tanpa “sikap”. Idealnya kehadiran teori-teori tersebut tidak membuat
stagnannya penelitian dan diskusi tentang masuknya Islam, karena masih ada ruang yang sangat luas untuk
mengoreksi atau menguatkan teori-teori yang ada .

15
2.
Sejarah persebaran
Islam di Indonesia
PERDAGANGAN

Proses masuknya Islam di wilayah Nusantara tidak lepas dari kegiatan perdagangan. Kepulauan Nusantara
yang terkenal berbagai hasil buminya, menjadi daya tarik bagi para pedagang dari berbagai bangsa. Anara lain
Cina, India,Arab, Persia. Mereka berdatangan ke Kepulauan Nusantara untuk berdagang. Kedatangan mereka
melalui Selat Malaka yang lambat laun tumbuh dan berkembang sebagai salah satu jalur perdagangan
internasional. Melalui Selat Malaka para pedagang mengunjungi pusat-pusat perdagangan, antara lain di Pulau
Jawa, misalnya Jepara, tuban, Gresik.Dari sana pelayaran dilanjutkan seperti ke Banjarmasin,Goa,Ambon, dan
Ternate yang dikenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah.
Melalui hubungan dagang itulah, pedagang Persia,Arab, Gujarat yang telah memeluk agama Islam dapat
memperkenalkan agama dan budaya Islam kepada penduduk Nusantara. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa masuknya Islam di Nusantara berlangsung secara damai melalui hubungan perdagangan. Hanya saja
persoalan "kapan" agama Islam mula pertama diperkenalkan belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini sangat
berkaitan antara lain soal keletakan setiap wilayah secara geografis. Ini dapat dibuktikan dengan setelah kerajaan
sriwijawa lemah dan muncul kerajaan Samudra pasai dan disana terdapat batu nisan yang lebih tua 96 tahun dari
batu nisan Sultan Malik As-Saleh

17
PERDAGANGAN Masuknya Islam melalui
Masuknya Islam melalui
Pedagang Arab
Pedagang Persia
1. Raja-Raja Samudera Pasai
Pendapat ini didukung oleh Umar
Amin Husein,dengan alasan bahwa Masuknya Islam melalui menganut madzab Syafi’,
di Persia ada suku yang bernama pedagang Gujarat yang mana penganut
Laren dan Jawi. Kemungkinan para madzab syafi’i terbesar
Keberadaan para pedagang
pedagang dari dua duku inilah yang adalah Mesir
Gujarat itu bertolak dari catatan
mengajarkan huruf Arab di Pulau
perjalanan Marcopolo, yang 2. Gelar al-Malik yang
Jawa yang dikenal dengan huruf
mengatakan bahwa selama digunakan oleh raja-raja
Pegon, ahli lain yang mendukung
pendapat ini adalah Hossein kunjungannya ke Pureula,tahun Samudera Pasai, berasal
Diajadiningrat yang mengatakan 1292 M,ia telah menyaksikan dari Mesir
bahwa terdapat pasangan dalam banyak pedagang asal Gujarat 3. Para pedagang Muslim
bahasa Arab yang disebut Jabar Jer. giat menyiarkan agama Islam. asal Persia,Gujrat, dan Arab
Istilah ini termasuk bahasa Iran yang Pendapat itu diperkuat dengan sama-sama memiliki peran
dalam bahasa Arab disebut fathah adanya batu nisan Sultan Malik dalam usaha penyebaran
kasrah. Selain itu, Ada tradisi ash-Sholeh.
Muharram. agama Islam di Nusantara.

18
PERKAWINAN

Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu.
Sebelum pernikahan mereka diislamkan terlebih dahulu dengan cara mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah
mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas dan akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan
kerajaan- kerajaan Muslim.Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dinikahi oleh keturunan
bangsawan. Saluran pernikahanan ini merupakan cara yang efektif dan memegang peranan penting dalam proses
internalisasi ajaran Islam di Indonesia. Hubungan antara masyarakat Muslim dan penduduk setempat terjadi sangat akrab
dan baik, sehingga memungkinkan terjadinya pernikahanan campur dan mengikuti kebisaaan orang pribumi.
Jalur pernikahan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak
raja dan anak adipati, karena raja adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi itu. Terlebih
apabila pedagang besar menikah dengan anak putri raja, maka keturunannya nanti akan menjadi pejabat birokrasi, putra
mahkota kerajaan, syahbandar, qadi dan lain-lainya. Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel
dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Djati dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan
Raden Patah (raja pertama Demak), dan lain-lain

19
TASAWUF

Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk
kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang
jelas pada tulisan- tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di
Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati
kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya
memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama
Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga
mudah dimengerti dan diterima.
Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran
mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.

20
PENDIDIKAN

Islamisasi juga dilakukan melalui lembaga pendidikan. Di Indonesia lembaga pendidikan Islam ini
disebut pesantren. Sebelum masa kolonisasi, daerah-daerah Islam di Indonesia sudah mempunyai sistem
pendidikan yang menitikberatkan pada pendidikan membaca al-Qur’an, pelaksanaan salat dan pelajaran tentang
kewajiban-kewajiban pokok agama. Dalam proses pendidikan tersebut, baik pesantren maupun pondok
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon
ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat asalnya untuk mengajarkan Islam kepada
masyarakatnya. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak merupakan didikan dari pesantren yang
didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Gunung Jati, Raja atau Sultan Cirebon pertama
yang merupakan anak didik pesantren Gunung Jati dengan Syeikh Dzatu Kahfi serta Maulana Hasanuddin yang
diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati kelak akan menjadi Sultan Banten pertama

21
KESENIAN

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Cerita dalam
pertunjukan wayang ini sebagian besar masih di petik dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Akan tetapi tema-
temanya itu di buat nuansa Islam, seperti Pandawa Lima dan Kalimasada dengan gambar manusia yang
disamarkan, sehingga manusia tersebut tidak utuh lagi dan tidak menyalahi aturan dalam Islam. Adapun Sunan
Kalijaga merupakan tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat sebagai sarana
untuk memperkenalkan dan menyebarkan Islam kepada masyarakat. Juga dalam cerita Amir Hamzah
dipertunjukkan melalui boneka-boneka (wayang golek) dengan nama-nama pahlawan Islam sebagai tokohnya.
Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni
bangunan, dan seni ukir, Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam

22
POLITIK

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk
agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi
dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku,
kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

23
3.
Faktor penyebab
pesatnya perkembagan
Islam di Indonesia

Dalam waktu yang relatif cepat, agama dapat
diterima dengan baik oleh sebagian besar
lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari
rakyat jelata hingga raja- raja. Sehingga
penganut agama ini pada akhir abad ke 6
H (abad ke 12M), dan tahun-tahun
selanjutnya, berhasil menjadi suatu
kekuatan muslim Indonesian yang ditakuti
dan diperhitungkan. Beberapa hal yang
menyebabkan agama Islam cepat berkembang
di Indonesia. Menurut Dr.Adil Muhiddin Al-
Lusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur
Tengah, dalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu
fi Janubi Syarki Asiyah Al-Hindu wa Indonesia,
menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan Islam cepat berkembang di
Indonesia, yaitu sebagai berikut:

25
FAKTOR AGAMA

Faktor agama, yaitu akidah islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi
kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti
Brahmana dalam sistem kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang diyakinkan bahwa dalam Islam semua
lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena
taqwanya. Mereka juga sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia keturunan bangsawan.
Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling
menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di
kenal dunia dewasa ini. Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di
Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia, yang cenderung menghargai
pada pandangan dunia mistik. Seperti kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan
kesenian, yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme

26
FAKTOR POLITIK

Faktor politik yang di warnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara- negara dan penguasa-penguasa
Indonesia, serta oleh pertarungan negara- negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama
Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut
untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh untuk emlawan dan
menumbangkankekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat di
buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di bangkitkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan
semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang dahsyat.

27
FAKTOR EKONOMI

Faktor ekonomi yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar
kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk Arab/Parsi
yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus
mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-
barang yang masuk maupun yang keluar. Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya
para pedagang, tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum
bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab,
maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai ageb-agen
barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang- barang yang masuk ke Indonesia, banyak
berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka

28
FAKTOR LAINNYA

1. Syarat untuk masuk agama Islam 3. Agama Islam tidak mengenal 4. Penyebaran agama Islam
sangatlah mudah. Seseorang hanya sistem pembagian masyarakat dilakukan dengan jalan yang
butuh mengucapkan kalimat berdasarkan kasta. Dalam ajaran relative damai (tanpa melalui
syahadat untuk bisa secara resmi agama Islam tidak dikenal adanya kekerasan).
menganut agama Islam. berbedaan golongan dalam
masyarakat. Setiap anggota
5. Upacara-upacara keagamaan
masyarakat mempunyai kedudukan
dalam Islam lebih sederhana
2. Sifat bangsa Indonesia yang yang sama sebagai hamba Allah
ramah tamah memberi peluang SWT.
untuk bergaul lebih erat dengan
bangsa lain. Di dalam pergaulan
yang erat itu kemudian terjadi
saling mempengaruhi dan saling
pengertian.

29
4.
Pergerakan umat islam
dalam sejarah nasional
Indonesia
Pergerakan Islam dan nasionalis senantiasa jalan beriringan dalam pertarungan ideologi mengawal terwujudnya
kemerdekaan dari tangan para kolonial. Sehubungan dengan pembentukan negara baru, kalangan muslim menuntut
pembentukan sebuah negara Islam sedangkan pada lain pihak kalangan nasionalis dengan tegas melarang setiap
penglebihan terhadap simbol-simbol muslim yang dilekatkan pada pembentukan negara baru tersebut. Setelah Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ditetapkanlah “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama Pancasila.
Meskipun kalangan muslim menawarkan konsep berbeda yang disisipkan dalam Piagam Jakarta. Umat Islam
memperjuangkan kemerdekaan dari agresi Belanda yang datang dengan bantuan tentara sekutu untuk kembali menjajah
Indonesia. Beberapa tokoh Islam menempati posisi penting dalam ranah politik, baik dalam kabinet maupun memimpin
perjuangan fisik dan diplomatik (Yatim, 2008: 267.).
Aspirasi perjuangan mereka juga tertuang pada pembentukan beberapa organisasi dan partai Islam, komunitas
tersebut mewarnai perkembangan Islam di Indonesia pasca kemerdekaan. Perkembangan Islam di Indonesia tidak hanya
mengalami grafik menukik ke atas namun terkadang mengalami pergeseran ke bawah. Hal ini terjadi karena adanya
gesekan kepentingan pemerintah yang kebijakannya terkadang memberikan tekanan pada ruang gerak muslim, khususnya
dalam hal yang terkait dengan politik. Hal lain yang mewarnai perkembangan Islam di Indonesia adalah terbentuknya
beberapa partai Islam yang kemudian mencoba memasuki dunia politik dengan memperkuat benteng kekuatan masing-
masing untuk ikut serta dalam pertarungan perebutan kekuasaan di Indonesia.

31
Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah memberikan kontribusi besar, serta
dorongan semangat, dan sikap mental dalam perjuangan kemerdekaan. Tertanamnya “ruhul Islam” yang di dalamnya
memuat antara lain:
 
1. Jihad fi sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan penjajah ( sartono kartodirdjo,
1982). Dengan semangat jihad, umat akan melawan penjajah yang dlolim, termasuk perang suci, bila wafat
syahid, sorga imbalannya.
2. Ijin berperang dari Allah SWT sebagaimana dalam Alquran surat Al-Hajj: 39. “Telah diijinkan berperang bagi
orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu dijajah/ditindas, maka allah akan membela mereka (yang
diperangi dan ditindas)”.
3. Symbolbegrijpen (simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat), yaitu “takbir” Allahu Akbar, selalu
berkumandang dalam era perjuangan umat Islam di Indonesia.
4. hubul wathon minal iman”, cinta tanah air sebagian dari iman, menjadikan semangat partiotik bagi umat Islam
dalam melawan penjajahan.
 
Pada kesimpulannya, dr. Douwwes Dekker (Setyabudi Danudirdja) menyatakan bahwa 'Apabila tidak ada semangat
Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh: 1957,
hlm.729). Dengan demikian, ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini punya peranan yang sangat penting,
berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam perjuangan di Indonesia.

32
PERANAN UMAT ISLAM

1. Perjuangan Kerajaan-kerajaan Islam melawan colonial


2. Perjuangan rakyat dipimpin oleh para ulama
3. Pergerakan nasional di Indonesia
4. Peran umat Islam dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
5. Berkah Kemerdekaan dan Dakwah Islam

33
ORGANISASI PERGERAKAN ISLAM INDONESIA
Perjuangan pergerakan nasional Indonesia pada awal abad ke-20 Masehi tidak terlepas dari peran organisasi
pergerakan Islam. Organisasi pergerakan Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi organisasi pembentuk
karakter nasionalis di kalangan umat Islam Indonesia. Kemunculan organisasi pergerakan Islam di Indonesia dipengaruhi
oleh fakor internal dan eksternal. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, berikut
faktor internal munculnya organisasi pergerakan Islam di Indonesia:
1. Adanya keinginan untuk melawan kolonialisme Belanda di Indonesia
2. Adanya keinginan untuk melawan kristenisasi Bangsa Barat di Indonesia
3. Munculnya tokoh-tokoh keagamaan yang memiliki pemikiran progresif
4. Tokoh-tokoh agama Islam ingin mewujudkan kesejahteraan masyarakat pribumi melalui program sosial, politik dan
pendidikan.
Selain dipengaruhi faktor internal, kemunculan organisasi pergerakan Islam di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Berikut faktor eksternal munculnya organisasi pergerakan Islam di Indonesia:
5. Keberhasilan revolusi-revolusi Islam di kawasan Timur Tengah
6. Munculnya paham Pan-Islamisme di negara-negara Timur Tengah

34
MUHAMMADIYAH

Dilansir dari website resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah dildirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada
18 November 1912. Pendirian Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran agama Islam di Jawa. Ahmad Dahlan
menganggap bahwa umat Islam Jawa pada masa tersebut melenceng dari ajaran agama Islam dengan melakukan ibadah-
ibadah yang bersifat mistik.
Selain itu, Ahmad Dahlan juga berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan persatuan umat Islam
melalui kegiatan-kegiatan di bidang agama, sosial dan pendidikan. Pada awalnya, Muhammadiyah berkembang secara
perlahan karena mendapat penolakan dari komunitas agama Islam tradisional di Jawa. Namun, penolakan-penolakan
tersebut tidak menyurutkan Ahmad Dahlan untuk terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah.
Pada tahun 1925, Muhammadiyah memiliki lebih dari 4.000 anggota dan berhasil mendirikan 55 sekolah di
beberapa kota besar di Jawa. Selain itu, Muhammadiyah juga berhasil mendirikan balai pengobatan, panti asuhan dan
rumah dhuafa bagi masyarakat pribumi Nusantara.

35
NAHDLATUL ULAMA

Dilansir dari situs resmi Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31
Januari 1926 di Surabaya. Pendirian Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari peran Kiai Haji Hasyim
Asy’ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah. Kedua tokoh ini dibantu oleh beberapa ulama lain
sepakat menyatukan komunitas-komunitas di lingkungan pesantren untuk menjadi Nahdlatul Ulama.
Pada masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20 Masehi, NU memberikan
sumbangsih yang besar terhadap bidang pendidikan, sosial dan politik di kalangan masyarakat
pribumi Indonesia. Pada perkembangannya, NU berperan aktif dalam melakukan perlawanan terhadap
kolonialisme Belanda.

36
THANKS!
Any questions?

37

Anda mungkin juga menyukai